Lily's-3

12 2 0
                                    


Merasakan cinta tanpa mau mengungkapkan adalah rasa tersakit. Mencintai dalam diam artinya siap melihatnya bahagia dengan yang lain.

Dan merasakan dicintai dengan tulus oleh orang lain adalah hal terberat. Harus merasakan yang namanya cinta segitiga.

Ketika hatiku merasakan dia juga mencintaiku, otakku menepis jauh jauh perasaan itu. Selalu berpikir bahwa pria famous tidak akan mencintai gadis nerd sepertiku.

Hubungan cinta segitiga akan semakin rumit dengan datangnya tokoh baru.

Haruskah aku mengikhlaskan orang yang kusayangi demi sahabat?

Atau aku harus mengikhlaskan sahabat demi orang yang disayangi?

***

Ila menemaniku makan siang dikantin. Ralat. Bukan menemani tapi makan bersama.

"Li-Lily!!" Teriak Ila sambil menepuk nepuk lenganku, tapi dengan pandangannya menatap ke arah pintu.

"Sakut tau, ish!" Balasku menjauhkan lenganku dari tepukan kerasnya, hingga telapak tangan Ila menepuk meja dengan keras.

Namun kerasnya tepukan itu tak mampu menyadarkan lamunan Ila pada sosok yang berdiri didepan pintu mencari tempat kosong.

Aku mengedarkan pandanganku mencari sumber perhatian Ila.

Aku menemukannya. Dua orang pria tengah berdiri didepan pintu, nampak satu dari mereka mendengarkan musik melalui headphone- nya dan memasukkan telapak tangannya ke dalam saku.

Rean.

Satu nama yang mampu membuat orang yang mendengarnya hilang kesadaran. Orang tampan famous sekolah yang disegani oleh siswa siswi SMP 11.

Aku memutar bola mataku malas. Setiap ada pria itu, pasti ada gravitasi besar yang menarik perhatian Ila pada pria itu.

Aku melambaikan tanganku pada Reo, memberi kode untuknya untuk duduk bersama kami.

Nampak Reo yang berjalan mendekati kami dengan adik kembarnya yang mengekor dibelakang. Mereka duduk didepan kami dengan Ila yang masih belum mengedipkan matanya.

"Matanya dikondisikan, nanti kesambet," celetuk Reo saat menyadari saudaranya diperhatikan Ila. Ila yang merasa dibicarakan pun menatap Reo dengan sengit.

"Ketahuilah gue sama adek gue itu ganteng gue, keren gue, tajir gue. Tapi nasib mengatakan adek gue lebih cepet narik perhatian cewek," imbuhnya dengan menaruh kepalanya ditumpukkan tangan.

"Jangan belagu lo! Ganteng dan keren darimana, gantengan cowok didepan gue," ucap Ila mendapat tatapan tajam dari Reo.

"Lo berdua kalau ngomongin orang janagn didepan! Kena bacok skakmat kalian," Rean yang sedari tadi bungkam muali mengeluarkan kalimat mautnya.

"Emang lo tega bunuh kakak lo?"

"Semisal di hidup gue gak ada dosa dan hukum, gue bunuh lo sejak kecil," ucap Rean mulai mengalihkan pandangannya dari gadget kesayangannya yang berlogo apel itu.

"Lo jadi adek jangan serem gitu sama kakaknya," ucap Reo.

"Lily, lo beliin gue sama Rean makanan dong, lo tahukan kesukaan kita," perintah Reo padaku. Aku hanya mengangguk saja karena merasa suasana canggung.

Reo kembali melihat Ila yang masih sibuk menatap kagum pria didepannya. Dengan menyedot minuman esnya yang sudah habis.

"Itu minumnya udah habis neng, tinggal es doang," celetuk Reo membuat Ila menatapnya jengah.

Lily's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang