Only Then

562 64 0
                                    

"Kookie..? " panggil Yeri pelan sambil dia memasuki apartemen yang kali ini terasa lebih sunyi dari biasanya.

Biasanya ada suara Jungkook yang nyaring sambil bermain games online dengan Yugyeom atau Mingyu, walaupun Jungkook tidak pernah mengundang mereka ke apartemen nya mereka selalu berkomunikasi secara online sambil bermain.

Karena untuk Jungkook apartemen ini hanya untuk dia dan Yeri saja, tidak boleh ada orang lain kesini kecuali untuk hal yang penting dari member nya yang lain.
Keep it clean and private! motonya.

Tapi kali ini begitu Yeri masuk, sunyi senyap seperti tidak orang. Membuat Yeri tidak yakin apakah benar Jungkook mengiriminya text kalau dia benar-benar sudah sampai disini.

Yeri kemudian berjalan menuju dapur dan mengambil banana milk dari dalam kulkas, setelah menghabiskannya dia menuju ke kamar tidur. Mungkin aku bisa rebahan dulu sambil nunggu, pikirnya.

Sesungguhnya kali ini Yeri tidak seceria biasanya, kepalanya penuh rasa khawatir dan cemas. Terlalu banyak berita tentang Jungkook yang membuat alisnya berkerut dan hatinya sedih, mengingat dulu dia juga sering sekali mendapatkan kondisi seperti ini. Hanya saja seiring berjalannya waktu, Yeri merasa lebih kuat.

Begitu membuka pintu kamar, Yeri terkejut mendapati Jungkook di dalam kamar duduk di sudut ruangan, kakinya terlipat ke dada, tangan nya memeluk lututnya, kepalanya tertunduk. Dan terlihat sedikit gemetar. He's crying.

Yeri segera bergegas mendatanginya, dan duduk di hadapan Jungkook. Tangan Yeri membelai lembut kepalanya.
"Baby.. "

Jungkook mengangkat pelan kepalanya. Dan terlihat lah wajah memerah yang basah oleh air mata, kedua matanya bengkak dan merah, bibirnya bergetar tidak tahu harus berkata apa.

Yeri memeluknya seketika, sambil terus membelai rambut dan mengusap punggung nya, Yeri mengecup bahu nya dan mengucapkan kata-kata manis untuk mengiburnya.

"Jangan sedih, semuanya akan baik-baik saja.. Kamu tetap dan akan selalu dicintai oleh banyak orang.. Jangan khawatir, baby? " ucap Yeri lembut.

Jungkook memeluk Yeri dengan erat, meletakan kepalanya di pundak Yeri, mencium aroma vanilla dari tubuh Yeri yang seketika membuatnya lebih tenang.

Perasaan campur aduk yang Jungkook rasakan dari tadi sedikit mereda dalam pelukan hangat Yeri. Rasa kecewa, malu, sakit, dan marah kepada diri sendiri membuatnya benar-benar down.

"Tapi Rim, semua ini salahku.. Harusnya aku.. " Jungkook tidak sanggup melanjutkan kalimatnya, dia tersengal oleh tangisan nya sendiri.

Yeri kemudian memegang kedua pipinya dan menghapus air matanya dan memberikan senyumnya yang menenangkan.

"Everything will be fine, aku tau kamu kuat, kamu bisa lewati semua ini, dan menjadi lebih dewasa dan lebih baik setelahnya. " ucapnya lembut.

Jungkook menatapnya sedih, kemudian berbisik pelan "Kamu juga kecewa kan? "

Sebagai jawaban Yeri mengecup keningnya dan memeluknya lagi lebih erat
"Aku selalu bangga sama kamu, jangan pernah ragukan itu baby.."

"Really? " Jungkook tercekat, dan memeluk Yeri lebih erat lagi.

"Always. Kita bisa lewati ini sama-sama, dan berjuang bersama juga. We are a great team and couple, don't we?"

"Yes, Yeri. We are, thank you so much.. Aku engga bisa melewati ini tanpa kamu, thank you baby, thank you.."
Jungkook memejamkan mata dan menghela napas pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

a chapter of Jungri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang