•DIASVAR• -2

22 6 4
                                    

[Kami rasa kalian tahu bagaimana cara menghargai author:)]

©achsfia

-♡happy reading♡-

Siang itu mendung. Di lahan yang luas dengan banyak batu nisan rapi tersusun ditanah,  seorang gadis tengah duduk sambil menatapi dua batu nisan yang berada di depannya dengan tatapan kosong. Itu Leta.

Tatapan kosong nya seketika melebur, lalu muncul rekaman memori nya dulu. Dimana ia masih bisa bahagia, masih bisa merasakan pelukan hangat papanya, juga mamanya.

Ia rindu,sangat rindu.

"Pah, mah, Leta kangen. Gak ada sosok mamah di samping Leta, Leta gak bisa dapat elusan lembut dari mamah, Leta gak bisa seperti anak perempuan di luar sana yang bisa belajar masak dengan mamah nya, shopping dengan mamahnya," Leta mulai terisak.

"P-pah, gak ada papah, Leta rapuh. Leta pengen diajarin papah cara memimpin yang benar, tapi sekarang papah ga ada. Leta bakal jadi pemimpin untuk hidup Leta sendiri pa," tanpa perintah, air mata Leta jatuh begitu saja. Keluar mengalir deras dari mata hitam - birunya. 

"Leta di sini baik-baik aja, kalian di sana bahagia terus ya, Leta bakal segera nyusul kalian," ucap leta sambil mengelus dua batu nisan di hadapannya.

"Leta yakin, mama sama papa disana jagain Leta kan? Makasih ya ma, pa."

Ia terus bercerita bagaimana kesehariannya akhir - akhir ini, seraya mengelus nisan kedua orang tuanya itu. Lalu memberi doa kepada orang tua nya, setelah itu baru ia beranjak pergi dari sana.

Tidak jauh dari tempat Leta tadi, ada seorang pria yang juga sedang berjongkok menghadap ke sebuah batu nisan.

"Pah, Gio rindu papah, mama juga rindu papah, Gio janji akan terus jagain mamah. Papah tenang aja," Gio tersenyum getir. Kemudian menunduk, meneteskan air matanya satu persatu.

"Maafin Gio udah nangis pah. Tapi Gio kangen papah, Gio pengen diajarin papah bagaimana cara menjadi seorang pemimpin yang hebat kaya papah, Gio pengen jadi hebat kayak papah. Sudah 5 tahun kita gak bertemu pah. Bahagia selalu disana ya pah, gio sayang papah," Gio mendongak, sesekali ia membaca tulisan diatas batu nisan tersebut.

"Gio bakal cari siapa dalang dari semua nya pah, Gio janji,"

"Papa yang tenang ya disana, disini Gio sama mama baik - baik aja, bahagia terus ya pah, gio pamit dulu pah," 

⚠⚠⚠

Ia menginjakkan kakinya di depan pagar rumah yang begitu tinggi menjulang, semua memori terputar di kepala Leta saat ia melihat rumah yang berdiri tinggi nan kokoh dihadapannya saat ini. 

Kini ia berpijak tepat pada tempat dimana nyawa kedua orang tua nya melayang karna seorang lelaki gila, yang berhasil membuat dia kehilangan rasa kasih sayang sejak umur 12 tahun, kelas 6 SD. 

Ia menundukkan kepala nya sambil menutup matanya, tangannya ia kepal untuk menahan perasaan yang ada di dirinya saat menghirup atensi udara ditempat keramat ini. Rasanya campur aduk. Marah, sedih, dan rindu.

Leta mengangkat kepala nya dan berjalan menuju pintu utama.

Ia membuka perlahan pintu yang berada di depan nya, saat pintu itu sepenuhnya terbuka, ia di tampak kan oleh perabotan rumah yang sama sekali tidak berubah dari dulu. hanya saja sekarang perabotan itu di tutupi oleh kain putih, juga rumah itu sekarang kotor dan berdebu. Persis seperti rumah-rumah yang ada di film horor pada umumnya.

Ia melangkah menuju ruang keluarga, sampai di sana, memori tentang kehidupannya 4 tahun yang lalu mulai terputar kembali layaknya sebuah film.

lama ia mengingat memori 4 tahun yang lalu, ia beranjak pergi ke arah halaman belakang rumah. Terpampang jelas keadaan di sana, daun kering yang mengambang memenuhi kolam renang, tak jauh dari kolam renang terdapat kursi kayu di lengkapi oleh bunga di belakang nya. 

Ia melangkah kan kaki nya menuju kursi kayu tersebut, di bersihkannya kursi itu dari dedaunan kering lalu ia duduki, kemudian terdiam seraya memandang lurus kedepan.

Lama ia berdiam di sana menatapi sekitar, tapi pikirannya saat ini hanya tertuju kepada kedua orang tua nya.

Drrrttt drrtttt

Leta melirik handphone nya yang berada di genggamannya, tertulis di sana

Bang Artya is calling....

Ia arah kan handphone ke arah telinga nya dengan otomatis panggilan tersambung.

"Halo Ta," panggil bang Artya di sebrang sana

"Hm"

"Ada gengster yang berulah," ucap bang Artya

Leta melirik jam yang berada di pergelangan tangan kirinya, 16.30.

"Berani juga mereka berulah sore-sore," pikir Leta

"Mereka mengganggu siapa? Dimana mereka beraksi?."

"Yang gue tau mereka ngeroyok dua cowok SMA, di jalan setyopa****," jawab bang Artya

"Gue otw, suruh 5 anggota ikuti gue dari jauh."

Setelah Leta mengucap kan begitu ia langsung memutuskan sambung tanpa menunggu jawaban dari bang Artya.

Leta buru-buru masuk ke mobil nya yang terparkir di depan pagar rumah, sebelum itu dia telah menutup pagar rumah dengan memencet tombol yang hanya keluarga dia yang tau.

Sampai sudah di tempat ia tuju, tak jauh dari tempatnya sekarang Leta melihat ada dua pria yang melawan sekitar 10 pria.

"Dasar, beraninya keroyokan," gumam Leta

Leta mengambil jubah hitam nya di jok belakang, dan memakai masker hitam, itu sudah kebiasaannya selama ini, untuk berjaga-jaga bila ia dalam situasi seperti ini.

INFO
Ada tiga jubah yang biasa di pakai
-jubah merah(untuk melakukan aksi)
-jubah hijau(biasa untuk berlatih)
-jubah hitam(cadangan,tapi blm pernah di pakai, ini pertama kalinya)

Setelah ia siap, Leta keluar dari mobil sport nya, perlahan ia mendekati kerumunan itu, saat ini belum ada yang menyadari keberadaan nya.

"DASAR BERANI NYA KEROYOKAN, BANCI," teriak Leta

Seketika semua orang yang berada di sana menoleh ke arah nya.

"SIAPA KAU," teriak salah satu pria di sana

Leta melirik ke arah pria yang meneriakinya, ia mengenali pria tersebut, dia adalah pria yang kemarin melawan nya pada malam hari.

"BACOT NJIR," ucap Leta ngegas, langsung ia menghajar pria tersebut.

Mulai lah adu jotos kembali.





-to be continue-
©achsfia

•DIASVAR•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang