part 1

517 48 7
                                    

Kim So-eun mendesah lelah saat membuka pintu kamar dan ia masih mendapati sang suami terlelap pulas. Padahal matahari sudah mulai meninggi. Wanita itu berjalan menuju ranjang dan duduk disisi-nya.

"Hunnie, ayo bangun." Suara lembut wanita itu mengalun mencoba membangunkan lelaki yang tertidur pulas itu, dengan tangan yang mengguncang pelan lengan kekar milik sang suami.

"Hemmm sebentar lagi..", bibir So-eun mengerucut mendengar gumaman sang suami. Bukannya bangun, Pria yang telah menjadi suaminya selama delapan bulan itu malah memindahkan kepalanya ke atas pangkuannya.

Suaminya yang bernama Oh Sehun itu sekarang tengah meringkuk memeluk dirinya, dengan melingkarkan kedua lengannya disekitar pinggang miliknya, wajah pria itu terbenam di perutnya dengan mata yang terpejam.

"Ayolah Hunnie bangun..", sekali lagi So-eun mencoba membangunkan sang suami dengan nada sedikit merengek, yang sayangnya selalu tak digubris oleh pria itu. Yang ada suaminya malah mengeratkan pelukannya.

Di ujung mata-nya So-eun melirik jam yang ada di nakas yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. So-eun kembali menghela nafas, sungguh menghadapi Sehun yang manja seperti ini sangat sulit baginya. Dan hal ini sudah menjadi kebiasaan wanita itu di hari minggu seperti sekarang ini, karena Sehun akan malas turun dari ranjang dan kerjaannya hanya ingin bermanja-manja dengan dirinya.

Dirasa sudah cukup siang, So-eun kembali membangunkan Sehun dengan mengusap rambut pria itu. Namun usaha-nya lagi-lagi tak berhasil. Suami tercintanya itu hanya bergerak untuk sekedar merubah posisi. Sekarang Sehun tidur terlentang dengan kepala yang masih berada di pangkuannya dan menghadap kearahnya, yang secara langsung membuat So-eun dapat melihat keseluruhan wajah pria itu.

So-eun tersenyum tipis saat melihat raut wajah Sehun yang pulas. Tanpa sadar bola mata So-eun bergerak mengamati setiap inci karya tuhan yang terpahat apik di wajah Sehun. Semua terlihat pas dan sempurna. Tidak ada kecacatan sama sekali. Sungguh tak bisa dipungkiri, dari dulu ia selalu mengagumi wajah Sehun. Dalam keadaan apapun wajah pria yang telah menjadi suaminya itu selalu terlihat tampan.

So-eun menggerakkan tangannya menyusuri wajah Sehun. Mulai dari dahi yang sedikit tertutupi oleh helaian rambut hitam legam yang terasa halus ditangannya. Ia singkirkan helaian itu dengan pelan sehingga dahi putih mulus itu nampak dengan jelas. Dahi yang selalu berkerut samar saat sang pemilik sedang dalam keadaan bingung dan merajuk.

Tangan So-eun terus bergerak. Kali ini tangan wanita itu menuju kearah mata Sehun yang terpejam. Ia mainkan bulu mata panjang milik suaminya dengan mengusapnya pelan, sesekali So-eun tersenyum saat mendapati Sehun terusik akan ulahnya. Tangan So-eun masih betah berada di sekitar mata Sehun. Mata yang terlihat indah dan polos saat terpejam, sangat berbeda saat mata itu terbuka.

So-eun tak menyangkal jika mata Sehun sangatlah tajam saat sudah terbuka. Penuh aura intimidasi, Membuat siapa saja tak berkutik bila sudah ditatap-nya. Mata yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kali-nya pada pria itu.

Setelah puas bermain dengan mata Sehun, kini tangan So-eun mengusap pelan hidung Sehun. Hidung bangir yang gemar mencium dan mengendus-nya. Hidung yang selalu membuatnya geli saat sang pemilik sedang mencumbu tubuhnya.

Dan untuk yang terakhir, tangan So-eun berhenti di atas bibir Sehun yang berwarna merah alami. Bibir yang menjadi area favoritnya. So-eun usap bibir Sehun dengan pelan, ia dapat merasakan kelembutan bibir yang selalu betah menciumnya itu. Bibir yang selalu mencumbunya tanpa kenal waktu dan tempat. Pipi So-eun merona ketika banyangan Sehun yang sedang mencium dan mencumbunya terlintas di kepalanya.

"Sudah puas mengagumi wajahku, sayang?", Dengan cepat So-eun menjauhkan tangannya dari bibir Sehun. Wanita itu mengerjap bak orang bodoh saat mendapati mata Sehun sudah terbuka dan menatapnya sayu.

Panic AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang