Part 2

347 42 6
                                    

Sungguh So-eun tak habis pikir oleh apa yang dilakukan Sehun saat ini. Awalnya So-eun belum menyadari karena ia terlalu fokus pada luka di tangannya, namun saat mendengar rintihan dari seseorang, seketika So-eun terkesiap saat ia mendapati Sehun tengah memberi tamparan membabi buta pada pelayan yang tadi tidak sengaja menumpahkan kopi panas hingga mengenai tangannya.

Detak jantung So-eun menggebu, lebih tepatnya merasa tak percaya dengan apa yang di lihat-nya sekarang. Sehun tengah menganiaya seorang wanita. Tentu melihat hal itu So-eun tak akan membiarkannya begitu saja. Oleh sebab itu, dengan cepat So-eun menghampiri Sehun dan menghentikan aksi pria itu yang semakin menjadi, tapi nyatanya sangat sulit.

So-eun berdiri di tengah, memisahkan jarak antara Sehun dan sang pelayan. Sehun tetap terus mencoba menjangkau sang pelayan yang sekarang berdiri di belakang tubuh So-eun dengan keadaan mengenaskan.

"Menyingkir Oh So-eun!." Suara Sehun nyaris membentak. Tatapan Sehun masih tak lepas pada sang pelayan yang menangis sesenggukan di belakang tubuh sang istri.

So-eun menggeleng, "tidak. Jika kau kembali melukainya." Tolak So-eun yang masih mencoba bertahan menjadi tembok penghalang antara Sehun dan sang pelayan.

Penolakan So-eun membuat emosi Sehun semakin tersulut. Seakan hilang kesadaran ia mendorong tubuh So-eun hingga tersungkur, lantas secara kasar Sehun kembali menjangkau tubuh sang pelayan dan menganiaya-nya bak orang kesetanan.

So-eun merintih saat Sehun mendorongnya, namun ia mengabaikan rasa sakit yang di dera-nya saat mata-nya berserobok dengan perbuatan Sehun.

Sehun mengangkat tangannya tinggi hendak mengayunkan pada pipi pelayan yang sudah membengkak parah. Bahkan kelihatanya pelayan itu mulai hilang kesadaran.

Plak.

Suara tamparan keras menggema. Dalam sekejap ruangan yang awalnya sedikit ricuh kini menjadi hening. Beberapa pelayan yang memang sedari tadi hanya berani melihat dengan sembunyi-sembunyi serentak menahan nafas.

"So-eun?", Gumam Sehun dengan nafas tercekat. Tangan Sehun masih terangkat kaku. Menatap lurus pada So-eun yang kini memegang pipinya yang memerah, Sehun dengan jelas melihat bekas tamparan di sana dan sudut bibir istrinya berdarah.

Sehun tak bisa mengeluarkan sepatah kata-pun. Otak jeniusnya masih mencoba mencerna apa yang terjadi, dan seketika tubuh Sehun menegang kaku saat menyadari apa yang baru saja ia lakukan.

Dengan gerakan patah-patah bak robot, Sehun menurunkan tangannya yang masih terangkat. Tubuh Sehun bergetar dengan kedua tangan yang terkepal kuat di sisi-nya. Keringat dingin bercucuran melewati pelipis-nya, serta mata Sehun bergerak gelisah tidak fokus sama sekali.

"Apa yang telah aku lakukan?", Bisik Sehun setelah menyadari bahwa dirinya telah menampar So-eun, istrinya.

Sehun mulai panik di susul dadanya yang mulai sesak, dan berakhir pada nafasnya yang memburu tak beraturan. Tak lama kemudian Sehun jatuh berlutut.

"Aku telah menyakitinya!", Gumam Sehun berulang kali. Sehun menjambak rambut kepalanya kuat saat di bagian itu mulai merasa berdenyut.

So-eun yang menyadari keadaan Sehun mencoba menenangkan pria itu. "Hunnie..?", Pantau-nya lembut mencoba meraih tangan Sehun yang sedang menjambak rambutnya sendiri.

"Jangan sentuh aku sialan!.", Sehun membentak So-eun seraya menepis tangan wanita itu. Suara bentakan Sehun membuat So-eun memundurkan langkahnya, menjauh dari pria itu.

Nafas Sehun masih memburu, sebelah tangan pria itu mencengkram kaos di bagian dada-nya kuat. Dengan sedikit tertatih Sehun berdiri, lantas berjalan terseok menuju salah satu kamar, masuk ke dalam ruangan itu dan menguncinya dari dalam.

Panic AttackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang