Tripod sudah masuk, kamera juga perlengkapan yang lain. Clara mengamati Jonathan meneliti barang-barangnya sebelum diangkut ke mobil. Begitu juga Isyana yang menyiapkan gaun cadangan. Mereka sudah berkumpul di sini jam enam pagi. Kali ini Mondy ikut sesi photo prewed karena asistennya sakit.
Clara memberi mereka asisten satu per satu sesuai kebutuhan. Gadis itu masih memakai setelan baju tidur warna marun dan menjepit rambutnya ke atas.
"Sudah ok semua?" Clara memeriksa lagi tas-tas yang akan diangkut ke mobil.
"Sudah," jawab Isyana.
"Lo ikut, Is?"
"Nggak. Dia bisa ganti sendiri kok." Dia yang dimaksud Isyana adalah calon mempelai wanita. Pakaian gantinya lumayan kasual, jadi isyana tidak perlu terjun langsung. Namun, dia tetap menugaskan satu asistennya untuk menemani calon pengantin dan merapikan gaun broklat salem yang dikenakan olehnya saat ini.
"Ok." Clara juga memastikan semua berjalan sesuai rencana.
Secangkir cokelat panas mendarat di depan Clara saat gadis itu masih bicara. Dia sedikit tercengang ketika Jo menyodorkan cangkir untuknya dan membawa ransel besar di tangan satunya. Kejadian kecil itu sempat tertangkap oleh mata Isyana.
"Thank's." Clara segera menerima cangkir itu sebelum menjadi pusat perhatian semua orang.
"Halo?" Clara sedikit berlari dan membawa cokelatnya naik ke ruang pribadinya ketika mengangkat telepon. Dia tahu betul nomor siapa yang menghubunginya.
"Selamat pagi, Pacar."
Mau tidak mau Clara mengembangkan senyum. "Ada apa?"
"Kangen."
"Nggak ada kata lain?"
"Wow, kamu lebih terdengar bosy." Jaya terkekeh di seberang sana. "Aku maunya nyamperin kamu ke sana, tapi sudah pasti kamu larang."
"No! Di sini banyak orang."
"Sepagi ini?" Lelaki itu tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Jam enam baru lebih seperempat lho."
"Benar. Hari ini ada pasangan yang photo prewed. Jadi mereka harus prepare karena calon pengantinnya minta outdoor."
"Ok, aku tidak mau mengganggumu bekerja." Jaya mengakhiri sambungan selulernya.
Gadis itu menghabiskan cokelat di cangkir yang dia bawa. Lalu mandi, dan bergegas turun lagi sebelum semua curiga.
***
Siang itu Monic menemui Clara. Dia sengaja mampir ke Quin&King. Beberapa album foto pengantin sudah terletak di atas meja tamu. Sofa panjang itu lebih nyaman di pakai untuk mengobrol daripada di ruang kerja Clara. Isyana pun ikut mondar-mandir memberikan referensi gaun yang bagus koleksi Quin&King.
"Jadi kapan nih tanggalnya?" goda Isyana merasa ada mangsa baru.
"Doain aja. Mungkin awal tahun depan." Monic tersipu dalam senyumnya.
"Siapa sih calonnya?" tanya Clara yang duduk di seberang Monic dan Isyana.
"Oh, iya, gue belum kenalin ke elo. Nanti kalo dia mau biar mampir ke sini."
Clara mengangguk. Dari raut wajahnya, Monic sepertinya adalah wanita beruntung. Dipinang oleh lelaki yang dia cintai.
"Artis juga?" Isyana ikut penasaran. Bagaimana tidak, Monic juga salah satu model yang sering muncul di majalah.
"Bukan sih. Ray bukan model. Dia kerja di pelayaran."
"Wuah keren!" teriak Isyana spontan. "Jadi apa dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Quing&King Wedding Organation
RomanceClara Anggriyani mulai tersenyum melihat sayap bisnisnya telah berkibar. Wedding Organation yang awalnya hanya sebagai pelarian, kini telah berkembang pesat. Artis papan atas sekelas Simon-Natasya pun memakai jasa WO milik Clara. Namun, siapa sang...