Wilayah Asing

14 3 0
                                    

Awwww awwww

Membuka matanya.

"Oh kau sudah bangun gadis kecil ?" Tanya Sang beo kepada gadis kecil yang baru saja bangun.

Ana tak menjawab gangguan Sang beo. Matanya masih terlalu berat. Ia seperti setengah sadar dan tak mampu berpikir apapun. Lalu ia memaksakan tubuhnya untuk berdiri.

Tling...

"Rantai?" Pikir ana yang masih heran melihat rantai yang mengikat kaki dan tangannya.

Ia masih bingung. Kenapa dia berada pada keadaan dirantai. Apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa ia ditempat ini.

Seorang laki-laki membuka pintu dari atap.

"Oh kau sudah bangun anak   manis?" Ucap seorang pria tua dengan kumisnya yang sangat panjang.

"Dimana aku? apa yang sebenarnya terjadi? Kumohon, beritahu aku paman." Tanya gadis itu kepada pria tua.

"Apa kau belum sadar juga?kau berada di sebuah kapal." Jawab pria tua itu.

"Mengapa aku bisa berada disini?" Tanya gadis kecil itu kepada pria tua.

" Kau ini berisik sekali. Jangan
bertanya terus. Ini makanlah. Jika terjadi apa-apa denganmu, aku yang akan rugi." Jawab pria tua itu.

Sang gadis kecil itu hanya menundukkan kepalanya. Masih tak mengerti apa yang sedang terjadi. Setelah menghabiskan makannya, ia memilih tidur karena tubuhnya yang masih butuh istirahat.

"Hei....Bangunlah gadis kecil, bangun, bangun" Ucap sang beo kepada gadis kecil itu.

sebuah alat pengail besar mengangkat sebuah kurungan yang mengurung gadis kecil itu. Sekarang ia berada diatas kapal.

Ia terkejut. Ternyata tidak hanya dirinya yang berada didalam kurungan seperti kandang burung dan terantai. Tapi banyak anak lainnya yang seumurannya juga mengalami hal yang sama. Apa yang sebenarnya terjadi, ia masih belum mampu mengingat apapun.

Stop!!
"Lemparkan jangkarnya!!" Ucap salah seorang awak kapal.

" Nah gadis manis, kita sudah sampai. Bersiaplah ya." Ucap seorang pria tua dengan wajah tersenyum.

Semua anak yang berada didalam kandang dikeluarkan lalu diikat kembali pada satu rantai dan Membuat mereka berbaris panjang. Mereka berjalan menuju daratan.

"Ha?" Gumam ana dalam hatinya yang masih terkejut.

Ia merasakan sesuatu yang aneh ketika melangkahkan kaki keluar dari kapal itu. tak hanya itu, ia juga terkejut dengan tempat asing yang ia lihat. Bangunan besar,  transportasi besar, alat-alat bergerak, Orang-orang yang berpakaian aneh. Ia sungguh terkejut melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat ini. Matanya masih berbinar-binar melihat kemegahan yang ia lihat.

"Cepat jalan" ucap seorang penjual budak itu.

Mereka terus berjalan pada keadaan berbaris panjang dan terantai , menuju ketempat tujuan dimana tempat perbudakan manusia dilakukan. Dalam sebuah perjalanan, ketika mereka masuk sebuah pasar, Tiba-tiba salah satu anak yang terantai jatuh dijalan, dan membuat anak- anak yang lain jatuh juga. Hal itu karena mereka berada pada satu rantai yang panjang.

"Ha?apa yang kau lakukan gadis sialan? Cepat jalan! Jangan menghambat!" Teriak Sang penjualan budak sambil memegang sebuah rotan.

" Tunggu! Kau tidak boleh berteriak kepadanya. Tidakkah kau lihat? Dia sedang kelelahan." Ucap Ana dihadapan Sang penjualan budak.

"Berani sekali kau gadis sialan" Mengarahkan rotan kearah wajah ana.

" Tarrrr... " Menghantam sebuah tangan seorang bangsawan.

"Apa yang kau lakukan pada gadis kecil ini ditempat umum paman? Tidakkah kau tahu apa akibat yang kau lakukan? Tanya seorang bangsawan tersebut.

" Aaa aa ak aku, tidak melakukan apa-apa. Gadis itu yang memulai. Dia menghambatku. " Ucap sang penjualan budak dengan wajah cemas.

"Hmmm benarkah? apakah melakukan kekerasan ditempat umum adalah tindakan yang benar? Tanya lelaki bangsawan tersebut.

" Memangnya kenapa? Dia hanyalah budak. Ia adalah milikku" Jawab Sang penjualan budak dengan mulut bergetar.

" Begitu ya, kalau begitu kedua gadis kecil ini sekarang milikku" Jawab Sang lelaki bangsawan sambil tersenyum.
" Tidak bisa, aku harus mengantar mereka sesuai pesanan pelangganku" Jawab Sang pejual budak dengan tegas.

"Oh ternyata kau kuat ya, baiklah akan aku laporkan perbuatanmu" Ancam Sang lelaki bangsawan kepada pria penjual budak itu.

" Ah tidak-tidak, baiklah aku beri mereka, tapi aku tak bisa menurunkan harga, karena ini adalah standar dan perjanjian yang aku lakukan dengan bosku." Jawab Sang penjual budak.

" Baiklah tak masalah " Jawab lelaki bangsawan tersebut dengan wajah senyum.

Lalu lelaki bangsawan tersebut membawa kedua gadis kecil tersebut menjauh dari tempat perbudakan tersebut. Ia membawa mereka ke sebuah rumah besar bak istana.

"Bagaimana? Apa kalian suka?" Tanya Sang bangsawan kepada kedua gadis kecil itu.

" Aku suka sekali" Jawab Sang gadis kecil yang kelelahan tadi.

" Mengapa kau membeli kami?" Tanya ana kepada lelaki bangsawan itu.

Ia tak menjawab dan hanya tersenyum. Lalu lelaki itu membawa kedua gadis kecil itu ke sebuah ruangan besar.

" Tolong bersihkan dan beri pakaian terbaik kepada mereka, lalu siapkan makan malam lebih cepat " Ucap sang lelaki kepada pelayannya.

" Baik tuan, ayo nona kecil" Ajak Sang pelayan dengan wajah senyum.

Menuju sore,

"Kau tak tidur" Tanya magi Sang gadis kecil kepada ana.

"Aku belum mengantuk " Jawab ana didepan sebuah jendela.

Sore itu ia tak melepaskan pandangannya dari jendela sedikit pun. Tidur hanya membuatnya bermimpi buruk tentang suara tembakan yang berulang.

Pahlawanku, Pahlawannya Rakyat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang