Jalan Menuju Mimpi

16 3 0
                                    

"Peringatan! Peringatan! harap segera menyingkir dari jalan" Teriak seorang tentara.

Semua orang yang berada disana saat itu, segera menuju bahu jalan dan menyaksikan sesuatu yang akan lewat. Pagi itu adalah pagi yang tak biasa bagi negara ini. Hari ini adalah hari dilaksanakannya upacara besar memperingati kemerdekaan negara ini setelah Perang besar antarbenua terjadi. Orang-orang berkumpul dibahu jalan, menyaksikan kedatangan Sang pemimpin negeri ini.

Dari jalan masuk perdagangan sampai menuju pusat kota, jalanan dipenuhi oleh kereta canggih dan berbagai macam pasukan khusus negara ini. Semua orang memandang kagum pasukan berseragam. Ini adalah momen yang tidak bisa dilihat setiap saat.

" Kalian berdua, ikutlah bersama pelayanku, ia akan menunjukkan sekitaran kota" Ucap lelaki bangsawan kepada kedua gadis kecil.

" Hm" Ucap kedua gadis kecil itu sambil menganggukkan kepalanya.

" Nah baiklah, sekarang kalian ikut, aku, jangan sampai ketinggalan ya." Ucap sang pelayan.

Mereka pun pergi bersama untuk melihat sekitar kota, belajar mengenali berbagai tempat dan fungsinya. Kota ini benar-benar kota besar yang tampak tentram dan damai. Akan tetapi, hal itu membuat Ana merasakan sesuatu yang aneh tentang kota ini.

" Tunggu bibi" Ucap ana kepada Sang pelayan.

" Ha? Ada apa ana? Apa kau memerlukan sesuatu? " Tanya Sang pelayan.

" kenapa paman pergi keatas sana?" Tanya ana sambil menunjuk sebuah bangunan besar bak istana di sebuah puncak.

" Oh, paman adalah orang penting. Dan upacara itu juga sesuatu yang sangat penting bagi orang seperti mereka. ini adalah hari kemerdekaan. " Jawab Sang pelayan dengan senyum.

Mereka pun terus melanjutkan perjalanan sampai berhenti di sebuah toko kue.

" kalian ingin kue? " Tanya Sang pelayan?

"Kue?" Tanya ana

"Ha? Kue? Aku suka itu, itu tampak cantik. " Ucap magi Sang gadis kecil.

" Baiklah, kalian tunggu disini ya" Ucap sang pelayan.

Sembari menunggu Sang pelayan, Ana dan Magi duduk di sebuah taman tepat didepan toko kue. Mereka menikmati suasana taman yang indah. Tapi tidak dengan Ana, ia masih bingung. Ada sesuatu yang menggangu pikirannya.

" Ana, tempat ini benar-benar menyenangkan ya?" Ucap magi.

" Mungkin saja" Jawab Ana.

" Ha? Apa maksudmu Ana?" Tanya magi dengan penasaran.

" Kau ingat ketika pasukan-pasukan itu datang?" Tanya ana kepada magi.

" Hm iya, aku ingat. Mereka sangat keren." Jawab magi dengan senyum.

" bukan itu maksudku. Kau tidak lihat bagaimana ekspresi wajah yang mereka sembunyikan. ini adalah hari kemerdekaan, perayaan bagi semua orang. Tapi pasukan itu seperti menyembunyikan ekspresi benci dan dendam. Mereka seperti kehilangan sesuatu." Jawab Ana dengan panjang.

Magi tidak menjawab pernyataan Ana tersebut. Bagi magi, apa yang dikatakan Ana sama sekali tidak ia mengerti. Tentu saja,diumur mereka, kata-kata seperti itu adalah hal yang tidak biasa dan sulit. karena mereka hanyalah anak-anak  . Akan tetapi, hal itu keluar dari mulut Ana. apa yang diucapkan oleh Ana bukanlah ucapan seorang gadis kecil. Apa yang Ana ucapkan adalah sesuatu kepekaan dari apa yang pernah ia rasakan. Hanya saja ia belum mengingat apapun saat itu.

" Ayah... ayah... Tolong aku" Teriak anak laki-laki di sebuah gang.

Ana berlari kearah gang itu dengan cepat. Ia merespon hal tersebut tanpa sadar.

Pahlawanku, Pahlawannya Rakyat KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang