💓🏃😬Senam Jantung😬🏃💓

614 124 27
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 08:50 pagi, tapi belum ada satupun orang dari keluarga Mas Sehun yang datang di kediaman Irene.

Tiga hari yang lalu sudah ditetapkan bahwa acara ijab qabul akan diadakan dipagi hari, tepatnya jam 9 di masjid komplek tempat Irene tinggal.

Sedari tadi Irene harap-harap cemas karna Mas nya belum juga datang, padahal 10 menit lagi acara ijab akan diadakan.

Sudah berkali - kali dihubungi, di chat gak dibalas,  di telpon juga gak diangkat. Udah gak karuan perasaan Irene saat ini, takut kalau semuanya tiba - tiba batal mau ditaro mana muka cantik badai dia?!

"dek, udah di telpon masnya? " tanya bunda yang baru saja datang ke kamar Irene, ia pun sama khawatir. Padahal kemarin udah bagi - bagi bingkisan, ngasih tau kalau hari ini kembang desa mau nikah, sekalian meminta doa agar menjadi keluarga yang samawa. Aamiin.

"udah bundaa tapi gak diangkat" ucap Irene yang lemas, lesu, serta mata yang berkaca - kaca.

"aduh adek jangan nangis" bunda menghampiri anak gadisnya, sudah diperingatkan untuk tidak menangis, justru Irene malah nangis sesenggukan.

Di usapnya punggung Irene sambil memberikan prasangka - prasangka baik guna menenangkan anak bungsunya tersebut. Seperti contoh "dateng kok, lagi macet dijalan dek"

Irene bukan anak - anak lagi kan? Dia sudah dewasa, menghasilkan anak pun dia bisa. Irene gak sepolos itu meng-iyakan omongan bunda, sekarang ini semua orang keluar kalau ada keperluan mendesak saja kan? Gak mungkin juga semua orang mendadak punya keperluan mendesak, dan membuat jalanan sesak.

Cukup.
Irene rasanya ingin pingsan saja, nafasnya mulai melemah, dadanya semakin sesak karna menangis.

"adek, astagfirullah dek" dengan cepat bunda melepas pelukannya membaringkan Irene pada kasurnya.

"bibi, tolong minyak angin dilaci"

"bibi tolong panggilin Ayah dibawah "

"tolong bi sekalian air hangat" dengan segera bibi yang biasa membantu pekerjaan rumah, keluar dari kamar.

Bunda yang melihat Irene terbaring lemah pun ikut merasakan lemas selemas lemasnya, baru memangis sebentar saja sudah pingsan, astagfirullah.

"kenapa bun adek? " tanya Ayah yang baru saja masuk.

"ayahh si adek pingsan yah, ya Allah gimana ini? " tanya bunda menangis.

"astagfirullah, udah kasih minyak angin? Di buka aja bun kancing atasnya biar gak sesak, udah bunda juga jangan nangis ya" ucap ayah menghapus air mata yang jatuh di wajah istrinya tersebut.

"yah... Ayah.. "

"disini bang, kamar adek"

"loh adek kenapa bun? Pingsan? Kok bisa? " tanya abang

"iya bang, nangis dia gara - gara masnya belum dateng - dateng, dihubungin juga gak bisa"

"udah dateng kok bun "

"Alhamdulillah... " ucap Ayah dan Bunda berbarengan

"tapi masih di pos depan komplek, gaboleh masuk katanya bun, malah disuruh balik" ucap abang Suho dengan nada jengkel

"bener - bener deh si jojo gembul itu! Udah dibilangin suruh masuk aja habis di periksa, orang pada sehat semua. Ayo bang ke depan, ayah omelin tuh si gembul"

"bukan yah, tadi sehun bilang si supri satpamnya"

"pantes atuh disuruh pulang, kemarin dikasih tau info malah molor aja! Biar Ayah yang ngomong! Suruh tunggu disitu bang!"

"iya yah"

Ayah dan Abang Suho segera menyusul Mas Sehun yany tertahan di pos satpam, sementara bunda masih menunggu Irene membuka mata seraya mengoleskan minyak angin pada Irene agar cepat tersadar dari pingsannya.

***

Sudah 5 menit Ayah menceramahi supri sang satpam komplek, yang memang rada eror tingkahnya.

"lain kali kalo saya ngomong tuh dengerin supri, kamu nih semenjak saya sediain kasur sama tv bagus malah jadi males ya? Rebahan terus sampe ketiduran gak dengerin pengumuman saya"

"aduh iya maafin saya Ayah boss" ucap supri penuh penyesalan

"hayolo supri, si gembul juga kemana dia? Bukannya jaga pos" tanya Abang Suho

"maap bang boss si gembul dirumah, anaknya lagi sakit"

"ini mereka udah di cek kan? " tanya Ayah sembari menunjuk keluarga Mas sehun

"udah Ayah boss, udah aman " seraya mengangkat tangannya memberi hormat

"udah aman tapi malah di suruh pulang" sindir Mami pelan, dari tadi udah jengkel sama satpam bernama supri ini,  liat aja nanti udah Mami tandain orangnya.

"ayo Mami, udah mau setengah sepuluh nih. Udah ditunggu dari tadi gak enak" ucap Mas Sehun

"ayo deh mami mau ketemu Irene " ujar mami dengan mata yang berbinar. Dari sebelum subuh Mami sudah yang paling semangat, bangunin Mas sehun dan seisi kost. Gak tau aja kalau mas sehun baru tidur jam 3 pagi buat menghafal ijab qabul saking deg - degan nya.

"langsung ke masjid kan? " tanya om Ahmad, selaku kakak kandung mami Boa. Dan juga wali Mas sehun semenjak papi Mas sehun meninggal.

"maaf pak kita ke rumah saya dulu, calon pengantin perempuan tadi pingsan, jadi mungkin akan ditunda dulu ijab qabul nya" kata Ayah mencoba menjelaskan, gak enak juga sebenarnya menunda acara apalagi keluarga besan sempat disuruh pulang sama satpam komplek.

"astagfirullahalazim, yasudah pak tunda saja dulu, kasian kalau dilanjut. Ga papa ya mas? Kita istirahat dulu dirumah Irene sembari nunggu siuman" ucap om Ahmad merangkul pundak keponakannya yang tampaknya sangat sedih sekali belahan jiwanya pingsan saat ini.

"ya sudah yuk, mari saya antar" ucap Abang Suho

***

".....dibayar tunai! "

"Sah?! "

"Sah! "

"Alhamdulillah"

Gak sia - sia Mas Sehun begadang menghafal ijab sampai jam 3 pagi. Bersyukur juga sewaktu Smp om Ahmad memaksa Mas Sehun menghafal Al-Qur'an. Tidak ada yang meminta mas sehun untuk mengaji surat Ar-Rahman sebelum ijab qabul sebenarnya. Mas sehun memang sudah berencana sperti itu jika suatu saat dia akan menikahi seseorang.
Allah SWT berfirman:

فَبِاَ يِّ اٰلَآ ءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
fa bi'ayyi aalaaa'i robbikumaa tukazzibaan

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"
(QS. Ar-Rahman 55: Ayat 13)

Sebuah pengingat untuk selalu bersyukur katanya.

Sikap Mas Sehun tentu saja membuat Mami dan om Ahmad merasa bangga, merasa berhasil mendidik Mas Sehun. mertuanya pun bangga sekaligus terharu bukan main. Tidak salah Ayah mempercepat pernikahan anak gadisnya itu.

Suasana yang cukup haru tatkala Mas sehun dan Irene telah sah menjadi sepasang suami istri, perasaan bahagia yang begitu membuncah membuat mereka meneteskan air mata bahagianya.

Irene sekarang duduk berhadapan dengan suaminya tersebut, melakukan bakti seorang istri untuk pertama kalinya, dengan cara mencium tangan berbalut kain milik Mas Sehun. Tanpa sadar ia meneteskan air mata pada tangannya tersebut. Yang dengan cepat mas sehun hapus air mata pada pipi sang istri dengan senyum yang menyejukkan.

***

Thank you ✨

[020620]

Luv
Lucky_cha 💓

~ KOST-AN ~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang