❝But most of all I miss the feelings that I used to have
I wish someone could tell me why I'm so fucking sad.❞I'm so sad, Gnash
🌻🌻🌻
Hari ini bukan hari yang cerah, awan hitam menutupi sinar matahari, namun tak setitik air kunjung turun dari langit. Seperti biasa, saat dirinya sedang tidak bekerja, Nuca terduduk di sudut kedai kopi yang memiliki pemandangan ke dunia luar. Setiap ada orang yang melewatinya, Nuca selalu memperhatikannya dengan teliti, pertanyaan-pertanyaan seperti "apa rasanya jika bertukar kehidupan dengannya?" terus memenuhi otaknya. Bisa dibilang, kebiasaan Nuca adalah suka overthink.
Overthink bisa menjadi hal yang baik dan buruk bagi Nuca; ia bisa lebih memahami dan peka terhadap keadaan di sekitarnya. Namun di lain sisi, terkadang ia terlelap dan masuk terlalu jauh ke dalam pikirannya yang membuat dirinya merasakan hal-hal yang seharusnya ia tidak perlu rasakan. Nuca tidak suka akan hal itu.
Buktinya saat ini, tangan Nuca terus membolak-balik halaman buku yang sedang ia baca, tak ada satu kata pun yang bisa dicerna karena otaknya sedang memikirkan orang asing yang berlalu di hadapannya. Seberapa pun usahanya untuk fokus, tetap saja pikirannya tidak bisa diajak kerja sama. Nuca akhirnya menyerah, ia menutup bukunya, lalu menyesap cokelat panas yang kini sudah tak lagi panas.
"Mikirin apa, pak? Serius amat."
Nuca terperanjat, setetes cokelat panas (yang sudah tidak panas) membasahi lengannya. Suara tersebut mengembalikan pikiran Nuca ke dunia nyata. Ia melihat ke arah sumber suara dan memutarkan bola matanya saat melihat si pemilik suara. Siapa lagi kalau bukan Ziva?
"Mau apa?"
"Mau ngutang, boleh gak?"
"Gak."
"Dompet gue ketinggalan di mobil. Ambilin dong di parkiran."
Nuca menatap Ziva aneh, sementara yang ditatap hanya tersenyum tidak jelas. Nuca menunggu anak itu berkata 'bercanda' tapi kata tersebut tak kunjung keluar dari bibirnya. Satu menit lagi ia menunggu, anak itu masih terdiam. Nuca menggeleng tidak percaya. Apa anak ini serius menyuruhnya? Kurang ajar.
"Lo suka baca, kan?" Melihat ekspresi Nuca yang datar, Ziva menambahkan, "Gue bawa buku banyak buat lo, ada di mobil. Nanti sekalian ambil."
Mendengar kata buku, mata Nuca berbinar. Ia langsung berdiri dengan sigap, tangannya diangkat menunjukkan sikap hormat dan segera berlari keluar. Langkahnya sempat tertunda untuk mendengar Ziva meneriakan jenis dan warna mobilnya, lalu kembali berlari dengan semangat.
Langkah Nuca melambat saat ia menyadari orang-orang menatapnya dengan aneh. Ia mengoreksi penampilannya dari ujung kepala sampai mata kaki secara kilat. Merasa tidak ada yang salah dengan dirinya, ia melanjutkan langkahnya. Batin Nuca menduga-duga; mungkin mereka hanya aneh melihat ada orang tersenyum dan terlihat bersemangat di bawah cuaca yang mendung ini. Mungkin, hidup mereka tidak sesederhana Nuca.
Tak terasa, Nuca sudah sampai di parkiran mobil, bertepatan dengan jatuhnya setetes air hujan di keningnya. Nuca melemparkan pandangannya ke seluruh penjuru parkiran, mencari mobil milik Ziva. Suara kecil di hatinya bersyukur kedai kopinya tidak terlalu ramai saat ini sehingga tidak butuh waktu lama bagi Nuca untuk menemukan yang dicari.
![](https://img.wattpad.com/cover/215406950-288-k866551.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
jar of hearts || nucalini
FanfictionRaja Giannuca atau yang biasa dikenal Nuca disukai oleh hampir semua orang. Suara lembutnya saat menyapa, senyuman manis yang selalu ditebar, serta sikapnya yang sopan membuat cafe-nya selalu ramai pengunjung. Kehadiran Nuca sebagai bartender di caf...