15 : Malam

2 1 0
                                    

Dari Jurnal Andhika

Hufft.. Kemah ya? Aku tidak tahu apa yang harus ku bawa, sejak dulu, aku belum pernah berkemah sama sekali. Jangankan berkemah, pramuka saja aku membolos. Bagiku pramuka adalah hal yang paling menyebalkan, berteriak sambil menepuk-nepuk dada dan bernyanyi hal yang tidak jelas. Yang paling anehnya lagi, mereka bisa tertawa dengan ketidak jelasan mereka.

Di surat yang dibagikan oleh guru, semua murid diharuskan membawa pakaian dua stel, baju pramuka lengkap, alat sholat, alat mandi, obat-obatan, dan makanan. Untuk makanan diharuskan membawa tempe, telur, dan mi instan. Sungguh merepotkan. Siang ini acara sudah dimulai, dan paginya aku belum mempersiapkan sesuatupun. Aku mengambil tas ranselku dan mengisinya dengan kaos dan beberapa celana dalam, aku juga memasukkan training kedalamnya. Jaket, sajadah, dan peci haji saja yang kubawa. Aku memasukkan sabun, sampo, dan sabun mukaku kedalam satu plastik yang sama, untuk mempermudah saat mandi. Dua plastik kosong dan beberapa bawang yang kuambil dari kebun belakang. Dan yang paling penting, ponselku. Kurasa ini sudah cukup, kemudian aku berganti seragam dan pergi meninggalkan rumah.

Aku membeli dua bungkus mi instan dan setengah balok tempe, walaupun aku berniatan untuk mengambil beberapa punya adik kelas, setidaknya ini untuk berjaga-jaga. Disekolah ternyata sudah banyak murid yang datang. Apalagi anak kelas 7 yang sepertinya sudah semua datang. Aku menghampiri tenda reguku, dan menaruh tasku disana.

"Nggak mau tau! Cari sekarang kompor ma! Nanti kita makan apa kalo nggak ada kompor?" bentak Rahman.

Aku yang mendengar bentakan Rahman, keluar dari tenda.

"Ada apaan sih ribut-ribut?" tanyaku heran.

"Ini loh ka, si Rama nggak bawa kompor" jawab Fahmi.

"Gak bawa kompor? Santai elah" jawabku ringan, "Sini geh ma, ikut saya cari kompor" lanjutku.

Rama pergi mengikuti, aku mengarahkannya ketenda anak kelas 7.

"Coy! Sini geh bentar!" panggilku kepada salah satu anak disana.

"Gini, nanti kami minjam kompor kalian buat masak ya. Bentaran doang" sahutku.

"Tapi kak.. nanti regu aku gimana?" jawabnya.

"Ya nggak gimana-gimana lah, kan cuma sebentar, sekali masak udah kok. Oke?" paksaku.

Anak itu hanya membalasnya mengangguk, aku langsung menghampiri tenda anak tersebut.

"Eh kalian, temen kalian ini tadi udah minjemin kompornya buat kelas 9 loh ya. Jadi kalau saya ataupun regu saya yang mau pake, pinjamin dulu. Oke?" sahutku.

Mereka semua membalasnya dengan heran dan juga ragu, "I-iya kak". Aku tersenyum mendengar jawaban mereka.

Aku menyerahkan sisanya kepada Rama untuk mengurus bagian masak-memasak. Kemudian aku pergi meninggalkan buper dan tidur di area SD hingga maghrib.

-

"Ka, Dhika, bangun! Bentar lagi maghrib" suara itu membangunkanku.

Rama berdiri didepanku sambil menggoyangkan tubuhku. Awalnya kukira panitia yang akan membangunkanku, ternyata anak ini. Aku berdiri setengah mengantuk, berjalan sempoyangan keluar kelas. Aku menuju toilet dan membasuh wajahku, mengambil wudhu dan langsung menuju tempat sholat.

Skenario Kehidupan oleh TuhanWhere stories live. Discover now