Di kala malam dengan pakaian gelapnya diiringi tangisan langit yang kelam, terlihat seorang wanita dengan darah di keningnya, tersapu air hujan. Wanita itu menangis sambil menatap sepupu perempuannya. Sepupunya itu berbisik di telinga wanita itu, "Bagaimana rasanya menjadi seorang antagonis? Terimakasih telah membantuku menjadi tokoh protagonis, sepupuku sayang." Mendengar hal itu, sang wanita langsung terkejut dan tak bisa berkata-kata, sementara sepupunya menatapnya dengan begitu puas.
Pedang terlihat terangkat tepat di atas tengkuk wanita itu, lalu...cahaya di matanya hilang kala besi tajam itu membuat kepala wanita itu menggelinding ke tanah.
Semua menjadi gelap. Wanita itu ditunjukkan pada kenangannya ketika masih hidup. Begitu banyak keburukan yang dia lakukan hingga membuatnya menyesal dan meminta kesempatan untuk memperbaikinya.
"Ariadna Ruveliss Karlotte, kau menjadi seorang antagonis dalam kehidupanmu karena jebakan yang disusun oleh sepupumu. Ku beri kau kesempatan sekali lagi untuk memperbaiki semua yang telah kau perbuat dan tunjukkan pada dunia, keadilan dan antagonis yang sebenarnya. Wahai anak terkasih para Dewa"
Wanita itu menangis ketika mendengar suara yang menggema itu. Seketika, semua menjadi gelap kembali.
"Nona! Nona Ariadna! Kami mohon, sadarlah!" Terdengar teriakan yang memanggil wanita bernama Ariadna itu
Ariadna membuka matanya. Terlihat langit-langit kamarnya dan beberapa pelayan yang terlihat begitu khawatir.
"Dimana..." Ucap Ariadna lemas
"Syukurlah Nona sudah siuman" ucap salah satu pelayan dengan lega.
"Kenapa aku ada di kamar?" Tanya Ariadna kebingungan
"Nona tiba-tiba pingsan 4 hari yang lalu" jawab pelayan yang lain
"Pingsan?"
"Benar, Nona. Kami sangat khawatir"
'Tidak mungkin. Aku masih ingat bagaimana besi tajam dingin itu menempel di leherku. Kenapa aku masih hidup? Pelayan-pelayan ini...bukankah mereka pelayan yang berkhianat ketika aku masih berusia- konyol sekali, aku kembali ke kehidupanku saat berusia 16 tahun.' Batin Ariadna dengan keringat dingin bercucuran.
"Ariadna Ruveliss Karlotte. Baguslah kau sudah sadar. Perayaan kedewasaan mu akan segera tiba, sebaiknya kau tidak membuat keributan seperti pesta ulangtahun mu sebelum-sebelumnya" ucap seorang pria paruh baya dengan dingin.
"Ayah, kakak baru saja siuman, bukankah perkataan Anda terlalu dingin?" Tanya seorang pria muda di sampingnya yang kelihatannya adalah adik Ariadna.
"Sayang, ayahmu hanya mengingatkan kakakmu saja" ucap wanita dengan pakaian mewah kepada adik Ariadna.
'Ayah...beliau masih tetap sama. Menganggapku yang seorang anak perempuan ini seolah tak berguna dan hanya bisa mengacau. Yah...itu normal, karena peranku adalah sebagai seorang antagonis' batin Ariadna dengan kesal.
"Ayah, Ibu,..dan Kenzie, terimakasih telah memperhatikan saya. Tolong maafkan saya karena tidak dapat menyapa Anda sekalian dengan pantas" jawab Ariadna dengan tenang dan membuat seluruh orang di ruangan itu terkejut.
"Aria...sepetinya tata krama mu sudah lebih baik ya sekarang. Sepertinya saat pingsan, kau mendapat pelajaran dari Dewa. Mengapa kau tidak memperbanyak ilmu dari Dewa saja?" Ucap wanita yang merupakan ibu Ariadna itu dengan tajam sambil mendekatkan kipas yang dipegangnya ke bibirnya.
'Secara tidak langsung kau mengatakan kalau sebaiknya aku tidak sadarkan diri selamanya kan? Dasar ular'
"Tentu saja Dewa sudah menunjukkan saya jalan yang seharusnya ibu, oleh karena itu saya memperbaiki tata krama saya" jawab Ariadna tenang
"Aria. Sepertinya kau sudah sehat. Temui kaisar, beliau ingin kau untuk menghadap" ucap ayah Ariadna lalu pergi begitu saja bersama istrinya
Adik Ariadna, Kenzie, yang melihat orang tuanya pergi itu, mendekati Ariadna.
"Tolong tinggalkan kami berdua" ucapnya. Kemudian para pelayan pergi meninggalkan kamar Ariadna.
"Kak, syukurlah kau sudah siuman. Kau tahu betapa khawatirnya adikmu ini?" Ucap Kenzie khawatir sambil memegang tangan Ariadna.
"Kenzie. Seharusnya kau senang kalau aku tidak sadar selamanya. Bukankah dengan begitu kau lebih mudah mewarisi gelar 'Duke'?" Tanya Ariadna datar.
"Kak, sudah kukatakan berkali-kali aku tidak ingin gelar itu. Kakaklah yang seharusnya mendapat gelar itu"
"Kenzie, aku harus segera menemui kaisar. Tolong keluarlah, aku harus berganti baju"
"....baiklah. Kalau begitu, sampai bertemu nanti, Nona Ariadna"
"Tentu, Tuan Muda Kenzie"
'Ini adalah kehidupan yang pernah aku alami. Dewa benar-benar mengabulkan permintaan ku. Kali ini aku harus memperkuat pengaruhku supaya wanita brengsek itu tidak bisa macam-macam kepadaku'
Kekaisaran Quinsblade, merupakan kekaisaran yang benar-benar kuat. Quinsblade dipimpin oleh seorang kaisar bernama Noah Ruveliss Quinsblade dan permaisurinya, Liza Evane Quinsblade. Kaisar Noah merupakan kakak Rosilabeth Ruveliss Quinsblade yang merupakan ibu kandung Ariadna.
Puteri Rosilabeth menikah dengan Duke Victor Fildora Karlotte yang merupakan ayah kandung Ariadna. Tentu saja pernikahan itu bukan didasari cinta, tapi didasari kepentingan politik. Duke Karlotte merupakan satu-satunya bangsawan di kekaisaran ini yang memperoleh gelar 'Duke'
Pasangan Duke dan Duchess itu dikaruniai seorang putri yang cantik dan jenius berdarah kaisar, yang diberi nama Ariadna Ruveliss Karlotte. Mereka yang memiliki darah kekaisaran diberi nama tengah 'Ruveliss'
Victor sama sekali tidak peduli dengan kehidupan Ariadna. Hanya Rosilabeth lah yang membesarkan Ariadna dengan penuh kasih sayang. Ketika Ariadna menginjak usia 5 tahun, Victor membawa seorang wanita dari kalangan rakyat biasa ke kediaman Karlotte dalam keadaan hamil. Rosilabeth yang tidak menerima hal itu menjadi stress dan suatu hari, beliau ditemukan dalam keadaan tak bernyawa dengan bekas tusukan tepat di jantungnya.
Meskipun berdarah kaisar, Ariadna diperlakukan secara kasar oleh keluarga Duke itu dan para pelayannya. Hanya pengasuhnya dan pengawal pribadinya yang membela Ariadna.
Beberapa bulan kemudian, Kenzie lahir. Karena tidak memiliki darah kekaisaran, dia tidak diberi nama 'Ruveliss'. Kehadiran Kenzie membuat keberadaan Ariadna semakin tersingkir. Demi membalas ketidakadilan itu, Ariadna memutuskan untuk belajar pedang secara diam-diam dan berhasil menjadi komandan pasukan elit kekaisaran tanpa diketahui keluarga Karlotte.
Kekejaman Ariadna ketika menggunakan pedang membuatnya menjadi seorang antagonis. Posisinya sebagai komandan sekaligus keponakan kaisar membuatnya arogan sehingga banyak musuh yang ia ciptakan
Untuk menjatuhkan pengaruh Ariadna yang begitu kuat, Duke Victor membuat Ariadna bertunangan dengan seorang penerus bangsawan bergelar viscount. Ariadna tidak bisa menolak pertunangan itu karena sifat arogannya membuat banyak laki-laki di kekaisaran menolak menikahinya
Hingga dia bertemu dengan Beatrice, sepupunya, yang dengan baik hati membantunya membatalkan pernikahannya dengan laki-laki itu. Namun, Ariadna justru melampiaskan kekesalannya kepada Beatrice. Pernikahan mereka tak bisa dihindari. Beberapa bulan berlalu, Ariadna mengandung bayi mereka. Tapi, laki-laki itu justru sering terlihat bermesraan dengan Beatrice dan membuat Ariadna sebagai pelampiasan kemarahannya. Hingga suatu hari, laki-laki itu mendorong Ariadna yang tengah hamil besar hingga jatuh dan membuat Ariadna keguguran. Sementara Beatrice tengah mengandung buah cintanya dan suami Ariadna.
Ariadna dipenuhi dengan kemarahan dan kesedihan. Hingga...dia dituduh dengan percobaan pembunuhan terhadap Beatrice, padahal itu semua, sejak awal merupakan rencana Beatrice yang tersusun secara rapi. Bahkan kaisar tidak bisa menolong Ariadna karena tak ada bukti yang memberatkan Beatrice. Ariadna yang selama ini merasa bahwa dirinya adalah seorang tokoh antagonis kini mengetahui kebenaran bahwa Beatrice adalah tokoh antagonis yang begitu sempurna. Dia bersumpah akan memenggal kepala Beatrice di kehidupan selanjutnya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge Of A Villainess
FantasyAriadna Ruveliss Karlotte, seorang bangsawan dengan berbagai bakat luar biasa, namun tumbuh tanpa mendapat kasih sayang, membuatnya dijuluki "wanita berdarah dingin. Dia tidak segan membunuh siapapun yang menghalanginya Di sisi lain, Beatrice de Wit...