3

15 5 2
                                    

Reva memasuki area sekolahnya. Hari ini ia berangkat sendiri, Adit tidak masuk dikarenakan sakit. Dari arah berlawanan ia melihat Rey sedang berjalan ke arahnya sambil senyam-senyum tidak jelas, ia hanya memutar bola matanya malas dan berharap Rey melewatinya begitu saja seolah-olah tidak kenal.

Namun apa yang diinginkan tidak tercapai, terbukti kini Rey sedang menghalang jalan Reva. Padahal hari ini Reva sedang malas berantem, karena Adit yang ga sekolah dan mengharuskan ia sendiri. Reva tuh paling males kalau sendiri.

Reva berdecak dan menatap malas Rey, "Mau apa si lo?"

"Tumben sendiri? Mana chairmate lo?"

"Ngapain lo nanya-nanya Adit? Suka lo?"

Rey bergidik geli. "Ogah! Mendingan lo," ucapnya sambil menaik turunkan alisnya. Reva yang melihatnya eneg banget, rasanya pengen deh ninju mukanya yang songong.

"Sakit jiwa ya lo!" tukasnya kesal. "Minggir sana," lanjut Reva sambil mendorong tubuh Rey, hingga Rey jatuh.

"Aduhh. Sakit nih pantat gue!" ujar Rey sambil meringis yang kesakitan.

"Lemah banget si jadi cowo, di dorong gitu aja jatoh." Ujar Reva lalu pergi dari Rey. Rey tertawa mendengarnya, dia jatoh karena ingin diperhatikan sama Reva sebenarnya.

###

"Body guard lo mana Rev?" tanya Gilang saat Reva baru menempati bangkunya. Reva melirik sinis, memangnya Adit itu penjaganya apa.

"Ngaco lo Lang, yang ada si Adit di jagain sama Reva." Balas Dito sambil tertawa renyah. Reva mendelik tajam ke arah duanya, sudah siap menyemburkan bisanya hari ini.

"Maksud lo berdua apa ha? Ga usah ya ngata-ngatain temen gue, urusin hidup lo sendiri. Laki ko kaya wadon si, mulutnya ember, tuh aer lu bececeran kemana-mana." Sembur Reva. Gilang dan Dito langsung kicep mendengarnya.

"Udah yu ah bakil-bakil." Gilang dan Dito kembali ke tempat duduknya, wajahnya sudah masam karena dapet semburan dari si queen judes.

"Kenapa si Rev? Jangan marah-marah dong, ntar cantiknya hilang, hehe." Raja. Cowo tukang ngerdus sana sini. Raja memang tertarik sama Reva, bahkan Raja pernah mentraktir Adit biar dapetin info tentang Reva. Namun, Adit langsung di musuhin sama Reva selama lima hari.

"Cuiih, ga usah lo ngerayu-rayu gue! Ga mempan." Reva berdecih. Bukan Raja kalau menyerah, walaupun kena senburan berkali-kali tapi dia pantang nyerah.

"Bukan ngerayu sayang, tapi FAKta." Reva mendelik bengis saat Raja menekan kata FAK.

"Pegi sana, jangan rayu-rayu gue! Gue ga tertarik sama bujuk rayuannya setan."

Glekk. Raja menelan salivanya susah, dia memang ga sakit hati mendengarnya. Hanya aja dia khawatir kalau orang lain yang akan diginiin, apakah orang itu akan terima. Mulut Reva memang tajam, melebihi celurit.

"Rev, boleh gua kasih lo petuah?" tanya Raja sedikit memelankan suaranya, agar Reva mau tunduk. Terbukti, Reva langsung memperhatikan Raja.

"Lo ga boleh ngomong kasar gitu, apalagi lo cewe. Gue ga papa lo gituin, tapi gimana kalau orang lain terus dia sakit hati dan pendendam? Lo bisa di apa-apain sama dia Rev." Reva langsung merapatkan bibirnya, meresapi apa yang dikatakan oleh Raja. Apa kali ini perkataannya begitu menyakitinya, karena dia tau Raja biasanya kebal.

"Lo...sakit hati ya?" tanya Reva pelan, dia tak enak dengan Raja. Padahal Raja baik orangnya, namun Reva memang tipe orang yang ga suka di rayu-rayu agar dia menyukai orang, dia tuh mau menyukai orang karena orang itu emang tulus baiknya.

"Engga Rev, gue kan kebal, udah di suntik kebal sama kecantikan lo Rev."

"Gue cuma ga suka kalo ada orang yang ngerayu-rayu gue agar orang itu bisa gue sukain. Maaf kalo gue keterlaluan Ja," ujar Reva lirih. Dia butuh Adit, kalau ada Adit dia pasti ga akan kaya tadi, menyakiti hati orang-orang di sekitarnya. Biasanya Adit yang bakalan membantu buat ngusir orang-orang itu.

"Gue ngerti. Gue selalu maafin lo Rev, yaudah gue balik dulu ke bangku gue ya. Inget kan kata gue tadi?" Reva mengangguk. Reva orang yang penurut kalau kita memeberikannya nasihat.

Raja tersenyum lalu dia mengacak rambut milik Reva, setelahnya dia ke bangkunya. Teman sekelasnya memperhatikannya dari awal, mereka juga tau kalau Raja mengincar Reva, walaupun Raja masih suka ngegodain cewe di luaran kelas lain.

Selama ini Reva paling susah untuk menurut dan kali ini, entah ada angin apa Reva menuruti perkataannya Raja. Padahal Reva sangat ga suka sama Raja, karena dia suka ngegodain Reva.

###

Hari ini Reva benar-benar mendengarkan apa kata Raja tadi dikelasnya, dia hanya diam saja di kelas. Biasanya kalau istirahat dia ke kantin, walaupun dia sendiri.

"Ga ke kantin Rev?" tanya Gilang. Baru Reva akan memarahinya, karena orang itu terlalu kepo. Tapi dia inget kata-kata Raja, mungkin dia harus memilih-milih kata yang baik-baik, agar lawan bicaranya tidak sakit hati.

"Engga. Lo bisa ga kepo ga? Kalau kepo cepet mati tau," Reva berujar dengan pelan, biasanya dia akan bicara dengan urat yang muncul.

"Udah di nasehatin sama Raja masih aja kumat." Reva terbelalak mendengarnya. Padahal dia sudah menjaganya ko, kata-katanya juga sudah ia pilih-pilih yang baik.

"Lo sakit hati? Padahal gue udah milih kata yang baik." Gilang bingung dengan 'kata yang baik' menurut Reva tuh bagaimana si, padahal itu masih nyess loh.

"Kata yang baik menurut lo itu beda sama kata yang baik menurut orang baik."

Apasih Gilang, ngomongnya ko muter-muter. Reva jadi pusing dengernya.

"Jadi gue ga baik?" tanya Reva tak terima, kini macan di tubuh Reva sudah bangun, dia sudah tidak mengidahkan kata-kata Raja tadi. Sakit hati loh dia.

"Ehh, ga gitu Rev." Gilang menggeleng-geleng. Ternyata Reva emang menakutkan ya, Gilang bahkan sampai pucat. Gilang tau kalau Reva ini jagonya silat, dia takut di banting.

"Jangan banting gue ya Rev," pinta Gilang sambil memohon pada Reva. Reva mengernyit bingung.

"Apaan si! Gue ga banting orang Gilang," sinis Reva. Enak aja, emang dia itu tukang nyari ribut apa.

"Kan lo jago silat, kalau lo marah begitu, bisa aja gue di banting." Gilang berkata jujur. Reva tertawa mendengarnya, Gilang sampai terdiam melihat tawanya Reva. Reva kalo tawa manis juga.

"Manis banget si Rev." Gilang berujar tanpa sadar, Reva yang mendengarnya langsung memberhentikan tawanya.

"Gue emang jago silat, tapi gue ga bakal salah gunain ilmu itu. Jangan ngadi-ngadi lo ya," ujar Reva. Gilang langsung nyengir mendengarnya, dia sudah was-was kalau akan di banting Reva. Dia bukannya takut, tapi dia takut patah tulang dan di urut, kan dia ga mungkin membalas ke cewe.

Dari kejauhan, ada yang memperhatikan Reva dab Gilang. Oang itu ikut tersenyum saat melihat Reva yang sudah mau berbicara pada teman sekelasnya. Orang itu juga ikut tertawa saat melihat Reva yang tertawa, jarang sekali Reva bisa tertawa tanpa paksaan.

###

Akhirnya bisa nulis juga. Soalnya akhir-akhir ini mood ku lagi ga bagus, lagi males, hehe.

Tq U yang udah mau nyempetin baca karyaku yang remahan rengginang ini.

Jangan lupa comment & vote nya, kalau bisa share ya.

Luv U ❤❤

Tatawww.

Revalia (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang