[3]. Pikiran dan Pesan

33 2 0
                                    

Keep enjoy:)

Happy reading ♥

#OLINPOV

"Wait, lo mau marahin gue kan karena gue hilang begitu aja."

Kali ini kesabaranku hilang. Apa dia tidak lihat keadaanku yang panik begini. Dan dia seenaknya saja mencariku untuk menyuruh bekerja.

"Dengerin dulu, semua orang nyariin lo buat ngabarin bahwa Buk Ita nyuruh lo ke kantor, Lin."

"Tuh kan, lo ngaduin ke Buk Ita kalau gue nggak kerja Leo!"

"Ya ampun, nggak sama sekali Lin. Nggak pernah sekalipun tadi gue mikir buat begitu. Yang ada gue ngasih ini ke lo."ucap Leo sambil menyerahkan sebuah kertas kecil.

"Buk Ita ngasih surat izin ke lo. Kayaknya darurat Lin. Apa lo nggak coba telpon orang tua lo aja?"

Deg

Apa barusan aku sudah berpikir negatif lagi ke orang. Aku semakin yakin diriku ini benar-benar bodoh. Terlalu cepat mengambil kesimpulan.

"Ayo Lin, lo nggak boleh diam aja. Lo harus cepat."

Aku hanya mengangguk. Dan langsung mengambil tas ke kelas. Toh aku sudah dapat izin. Tapi ' kenapa harus dari Buk Ita' ?

Pikiranku fokus pada apa yang terjadi di rumah. Ada berita buruk apa? Sembari pergi ke parkiran, aku berusaha menelpon keluargaku. Berharap ada sesuatu informasi yg didapat.

"Olin, kunci motor gue mana?"

Sosok itu kembali muncul di depanku. Aku mengangguk dan mengeluarkan sesuatu dari saku tasku.

"Nih, makasih banyak ya Leo untuk semuanya!"

"Ah, itu mah nggak seberapa. Yang penting lo hati-hati ya Lin. Fokus bawa motornya."

Aku mengangguk. Dan langsung saja melajukan motorku menuju rumah.

Di rumah

Sampai rumah aku dikejutkan dengan anggota keluargaku yang sibuk berkemas.

"Mama, apa yang terjadi?"

"Olin, kamu sudah pulang nak. Kenapa telpon Mama tidak diangkat?"

"Maaf Ma, hp nya Olin tinggal di kelas. Olin lagi sibuk di luar kelas Ma."

"Nggak papa. Sekarang ayo siap-siap nak, kita ke Bogor sekarang. Nenek sakit lagi."

"Ma..."rautku sedih mendengar yang Mama bilang barusan.

"Berdo'a terus untuk kesembuhan Nenek ya Olin. Sekarang pergi ke atas untuk bersiap-siap."

"Baik Ma. Olin ke atas dulu."

Di kamar

"Shahine?"

"Eh naka."

"Ngapain coba lo ke kamar gue?"

"Eits naka jangan pakai "lo-gue" ntar dengar sama kak Zeeshan trus ngaduin ke mama atau papa lagi. Bisa kena marah lo naka nantinya."

"Iyaa naka tau. Tapi adek tuh lancang masuk kamar orang."

"Tapi adek udah ketuk pintunya tadi kok naka. Seperti yang naka ingetin semalam."

"Mau diketuk atau nggak. Yang penting nggak boleh masuk sembarangan kalau orangnya nggak ada di dalam."

"Maaf naka."

"Udah udah."

Aku harus bersabar menghadapi Shahine. Mau bagaimana pun dia akan tetap selalu menjadi adik kesayanganku satu-satunya.

LEOLINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang