Sepeda itu terkayuh, melewati dataran tinggi bewarna kuning. Makin lama Kayuhan itu makin cepat, melintasi rel kereta api dengan sekantung plastik hitam di stang kiri sepedanya.
Sepeda itu terhenti di pinggir jembatan layang yang terlihat tua, turun dari sepedanya lalu mendekati temannya yang mungkin sudah lama menunggunya.
“Kenapa lama sekali?”
“Maaf, tadi aku bingung”
“Mereka sudah lama menunggu, lebih baik kita bergerak cepat!”
Mengambil alih si plastik lalu berlari beriringan melompati rantai besi yang menghalangi pinggir jembatan, melewati rumput ilalang. Kemudian mereka berhenti sejenak untuk membungkukkan kepala mereka.
“Permisi kak, kami izin melewati jalan ini”
Tanpa menunggu balasan dari yang lebih tua mereka kembali berlari, sementara orang yang dimintai izin tadi langsung menarik resleting celananya sesudah mengeluarkan Urine miliknya.
Kemudian ia berjalan pelan menduduki tong tong yang sepertinya bekas minyak, kemudian ia duduk dan mengambil apel yang memang ia taruh di sana. Menggigitnya perlahan lalu membuka topi yang ia kenakan
“Tak nikmat”
Setelah berucap ia menaruh apel miliknya ke dalam topi, hingga telinga nya menangkap suara kebisingan di bawah jembatan. Kedua bocah itu masuk ke Markas miliknya ternyata.
Dengan perlahan pemuda itu berjalan mendekati kedua bocah itu yang ternyata sedang dirundung oleh teman temannya.
“Kenapa berisik sekali, sialan”
Semuanya diam, hening tanpa suara sekecil air mengalir pun. Menatap pemuda itu dalam dalam, seseorang memberanikan diri untuk maju mendekati nya lalu menepuk pundaknya pelan.
“Bocah bodoh ini salah membeli produk rokok, Yeol.”
“Bukan kah termasuk pemborosan?”
“Mereka hanya membuang-buang uang kita saja”
“Dasar bocah dungu”
Teman temannya yang lain ikut memanas manasi, yang mana kian membuat emosi nya berlabuh dan diakhiri dengan membuat kedua bocah tak bersalah itu babak belur di buatnya .
Lantas ia berjalan menjauh mendekati motornya, diikuti beberapa temannya meninggalkan dua bocah yang masih tergeletak menggenaskan di bawah jembatan.
“Ingin kemana?”
“Sudah ingin pulang saja bos?”
“Tidak ingin bersenang-senang dahulu?”
Pria itu berbalik menatap temannya satu persatu, lalu berdehem pelan. “Ada urusan yang harus aku kerjakan”
“Baiklah, berhati hati lah di jalan
—Park Chanyeol”
KAMU SEDANG MEMBACA
Berandal [ChanBaek]
Teen FictionJudul pertama :: Love in Silence "Jangan katakan ini pada siapa pun" "Kembalikan! kembalikan brengsek!" Warn¡! - Bahasa Kasar - Kekerasan - 18+ - BxB