1 The Famous Young Lady

1 2 0
                                    

"Nona Mckenzie, apa hari anda berjalan dengan baik? "

Sang empunya nama tersenyum sambil menyodorkan semangkuk kue kepada wanita yang berusia dua tahun lebih tua darinya.

"Seperti biasa." jawabnya lalu duduk di samping wanita itu.

"Jadi kapan kau akan memberitahu mereka soal nama tengahmu? " tanya wanita itu sambil tersenyum.

Asley terkekeh, dia mengambil sepotong kue lalu memakan kue tersebut sambil memasang ekspresi berpikir.  Wanita di sebelahnya masih menunggu dengan penasaran.

"Novel ini akan diterbitkan dengan nama pencipta, Asley Valentine Mckenzie.." Asley memberi jeda perkataannya.  "Bukan Asley V.  Mckenzie lagi. " sambungnya sambil tersenyum.

"Tiga tahun.  Selama itu kau membuat orang-orang diluar sana menerka-nerka nama dari pencipta novel yang mereka baca. " Ujar Wanita itu.

"Carol, nama tengahku itu agak melenceng dari kepribadianku." Ulas Asley.

"Aku tahu. Nona Valentine dan novel horor, sama sekali tak terpikirkan. " balas wanita bernama Carol.

Asley terkekeh,  ia pun agak heran dengan dirinya.  Namanya sangat feminim dan penuh cinta, namun yang dia kenalkan pada orang lain sangat jauh dari namanya.  Sejak dulu ia sangat menyukai cerita horor dan psikologi, sejak ia berusia 11 tahun ia tidak bisa terlepas dari kedua hal tersebut. Menjadi seorang novelis terkenal dengan gaya horor yang kental membuat dunianya semakin indah hingga saat ini. 

"Apa kau melamun?" tanya Carol menyadarkan Asley dari lamunannya.

"Aku hanya...kurasa aku harus mencari inspirasi untuk novel ini. " jawab Asley sambil tersenyum.

"Novel ini sudah memiliki judul,  tapi kau belum tau alurnya?" tanya Carol heran.

"Aku bisa mengganti judulnya selama itu belum diterbitkan,  lagipula judul itu yang paling bagus untuk saat ini. 'Creepy lullaby' bagaimana kedengarannya?" jelas Asley antusias.

"Terdengar menyeramkan." jawab Carol sambil terkekeh. "Jadi kali ini kau akan kemana untuk mencari inspirasi?" lanjut Carol bertanya.

"Aku akan menyewa rumah atau kosan yang sangat murah lalu tinggal untuk beberapa lama.  Tempatnya harus kumu dan tak terurus, lebih bagus jika tempat itu punya sejarahnya sendiri." jawab Asley.

"Di New York?  Yang benar saja, itu berbahaya." ujar Carol.

"Di Cina. "

Carol melotot mendengar jawab tidak masuk akal dari Asley.  Bagi Carol  Asley sudah seperti adiknya sendiri, ia tak bisa membiarkan gadis polos itu pergi ke Cina sendirian dengan tujuan seperti itu.

"Kau tahu?  Jawabanmu tidak membuat keadaan jadi lebih baik. " Ujar Carol serius.

"Kau tahu? Jawabanku tak akan berubah." balas Asley sambil tersenyum.

Carol menghela napas panjang,  ia pasrah. Ia tahu Asley keras kepala,  tapi ia tak menyangka gadis itu akan sangat nekat.

"Tapi kenapa harus di Cina?" Carol kembali bertanya sambil memijat kepalanya.

"Tidak ada alasan khusus." Jawab Asley santai sambil mengangkat bahu.

"Mungkin ini terdengar aneh.  Tapi...apa mungkin kau berencana mencari cinta pertamamu yang kebetulan berada di Cina?  Apa ada kemungkinan judul novel itu akan berubah menjadi beautiful lullaby?  Kemungkinan terakhir, apa kau ingin bertemu psikiater yang kau idolakan itu?" Banyak pertanyaan aneh mulai meluncur dari mulut Carol.

"Haha, kau terlalu banyak berpikir.  Kau tahu,  Carol?  Semakin jauh kita dari zona nyaman kita, samakin banyak hal baru yang kita temui. Aku tidak peduli itu hal yang baik atau buruk, life is life must gone." Jelas Asley.

"Baiklah, kau harus menjaga dirimu kau tau? Aku harus menerima novelmu dalam waktu dekat untuk mengurus proses penerbitannya.  Kau bisa berbahasa mandarin kan?" Carol sudah pasrah dengan keputusan Asley.

"Jangan meragukanku. Akan ku belikan sesuatu yang bagus untukmu. " Ucap Asley sambil tersenyum.

"Apapun asalkan bukan baju bertulisan i love Cina, mengerti? " gurau Carol.

"Kalau begitu akan kucari yang bertuliskan I love Tiongkok, kau akan suka. " balas Asley sambil terkekeh.

~~~~~π

Sudah larut malam dan Asley masih segar sambil mengutak-atik ponselnya. Tebak ia sedang apa?  Ya,  gadis itu sedang sibuk mencari informasi mengenai rumah sewaan atau kosan di Cina.

"Beijing? Tidak, itu ibu kota. Semakin terpencil semakin bagus." ujarnya pada dirinya sendiri dan lanjut menggeser-geser layar ponselnya.

Setelah kira-kira 20 menit akhirnya Asley menemukan tempat yang cocok.  Gambar awalnya cukup menarik perhatian gadis itu sehingga ia mulai mencari info detail tempat itu. 

"Kos Mochi, kos campur putra putri, harga murah, kualitas dan fasilitas bagus." Asley membaca isi tautan tersebut.

"Hm, aku yakin bagus dalam artian lain." gumamnya.

Asley melihat foto-foto dari kosan tersebut.  Ya, lumayan bagus.  Tapi kemudian Asley menangkap sesuatu di foto tersebut, sebuah kalender bertuliskan tahun 2010.

"Bagaimana keadaan tempat itu sekarang?" tanyanya sambil terkekeh.

"Baiklah, waktunya tidur. Besok aku harus siap-siap, pesawatnya pagi." gumamnya lalu ia langsung mematikan ponselnya dan segera tidur.

~~~~~π

Hai semuanya, makasih banyak udah baca ceritaku. Maaf kalo dalam penulisan atau jalan cerita ada kesalahan 🙏

Kalo kalian menikmati cerita ini silahkan di vote ya,  biar aku makin semangat updatenya.  Sekali lagi makasih :)

When That Psycho Got MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang