Cina, Sanghai 17:08 am.
Asley berjalan menyusuri tanjakan sambil menarik kopernya. Ia sangat lelah tapi juga semangat. Lokasi kosan tersebut jauh dari pusat kota, terletak di distrik kecil di Shanghai dan daerah tersebut sangat sepi terutama saat malam.
Asley sesekali mengecek ponselnya sambil berharap ada taksi yang lewat atau setidaknya seseorang akan lewat. Beruntungnya dia, di depan ada warung kecil dan ada seorang wanita tua disana. Asley bergegas menuju warung tersebut, setidaknya ia harus membeli air.
"Permisi, selamat sore. " sapa Asley ramah.
"Ah, ya selamat sore, cantik. " balas wanita tua itu agak kaget.
"Aku ingin membeli air kemasan." ujar Asley.
"Aku hanya punya satu merek air kemasan, dan ini mahal. Jangan heran, aku harus berjuang untuk menbeli stok barang. " kata wanita tua itu.
"Aku mengerti." ucap Asley sambil memberikan uang pada wanita itu.
"Hey, ini terlalu banyak aku tak punya kembalian." ujar wanita tua itu.
"Tidak apa-apa, sebagai gantinya bisakah kau memberitahuku dimana kos Mochi?" tanya Asley.
"Hey anak muda, jangan tertipu dengan nama kosan itu yang terdengar manis. Kau punya uang, lebih baik kau mencari kosan di pinggiran kota." Wanita tua itu menasehati Asley.
"Aku tidak apa-apa. Aku punya urusan disana. Tapi terima kasih." Ujar Asley sambil tersenyum.
"Kau sangat sopan, carilah pacar orang kaya bukan seorang pemabuk. Baiklah, kau sudah tidak jauh dari kosan itu. Lihat, dari sini kau belok kanan lalu kau tinggal lurus kedepan." jelasnya.
"Terima kasih sudah membantu. " ujar Asley sambil membungkuk sopan.
"Ahahaha, tidak masalah. Jaga dirimu ya, jangan lupa untuk mencari pacar orang kaya. " ujar wanita itu.
Asley mengangguk sambil tersenyum lalu pergi sesuai arahan wanita itu. Ia pikir setelah ia belok kanan kosan itu sudah di depan mata sehingga ia hanya perlu berjalan lurus, tapi tidak. Selalu saja terjadi, ekspetasi tidak sesuai dengan kenyataan. Setelah Asley berbelok ia malah menemukan tanjakan yang jauh dan kosan itu masih belum terlihat.
"Ini lebih mengerikan dari sekedar nyanyian pengantar tidur yang dibawakan hantu, ini mimpi buruk." keluh Asley sambil menghelah napas panjang.
Setelah mengumpulkan tekad, Asley langsung melanjutkan perjalanannya sambil menyeret-nyeret koper. Sesekali gadis itu berhenti untuk istirahat dan minum lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Asley tampak senang akhirnya ia dapat melihat sebuah rumah susun kecil yang kumuh terdapat baliho bertuliskan kos Mochi. Yah sudah tak jauh, tinggal kira-kira satu tanjakan lagi.
"Hampir sampai..hahhh. " gumam Asley.
"Kakak butuh bantuan?"
Asley menoleh dan mendapatkan seorang pria muda berusia sekitar 18 tahunan berdiri tak jauh darinya.
"Kakak tampak lelah. Mau ku pinjamkan sepasang tangan?" tawar pria itu.
"Trima kasih, aku mau kesana. " ujar Asley sambil menunjuk ke arah kos Mochi.
Lelaki itu tertawa kecil lalu langsung mengambil koper yang dibawa Asley. Asley agak sedikit tersentak tapi kemudian ia tersenyum kaku.
"Aku juga akan kesana, biar kubawakan." kata pria itu.
"Kau tinggal disana? Siapa namamu?" tanya Asley.
"Kakak orang asing ya, biasanya orang asing sulit mengucapkan namaku. Makanya aku membuat nama khusus, hehe. Panggil aku Hanry, hehe. Lalu aku masih bersekolah, umurku 18 tahun tapi bulan depan aku genap 19 tahun." jelasnya panjang lebar.

KAMU SEDANG MEMBACA
When That Psycho Got Me
Roman d'amourSeharusnya Asley tidak pernah menjadi seorang novelis, atau setidaknya ia tidak menulis novel horor. Tidak, seharusnya ia berpikir dua kali untuk tinggal di kosan itu hanya untuk mencari inspirasi. Lelaki itu memiliki banyak nama, kadang James C...