Aku, Kamu dan Cerita Malam Itu

1.7K 275 133
                                    

Ceritaku ngebosenin apa ya? Vomentnya ngga nyampe setengah yang baca :'(((

Dah lah, flashback aja dulu kita.











Seperti pekatnya kopi hitam, malam menyembunyikan senyuman dibalik rona merah penuh bahagia. Dan menyembunyikan tangis dibalik bibir yang terpaksa mengukir tawa.















"Eunha, bolehkah aku memilikinya?"

"M – maksudmu?"

"Sisa kopi di sudut bibirmu, bolehkah aku memilikinya?"

Eunha mematung, dengan wajah merona manik galaksinya menatap lekat binaran doe milik Jungkook. Eunha masih mematung saat Jungkook semakin mempersempit jarak dan meraih bibirnya. Lumatan lembut yang Jungkook berikan membuatnya terbuai dan mulai menikmati peraduan bibirnya dengan sang kekasih. Pikiran Eunha mendadak kosong, dirinya hanya mengikuti alur saat Jungkook mulai membaringkannya di sofa dan menindih tubuh mungilnya. Lumatan – lumatan yang terkadang menjadi gigitan kecil itu membuat Eunha mengerang. Saat tatapan keduanya bertemu, luapan hasrat tergambar jelas pada mata mereka. Sesuatu yang membuat keduanya sadar kalau apa yang akan terjadi selanjutnya adalah bentuk rasa yang menggebu dan keinginan untuk saling memiliki.

Perlahan dan tanpa malu – malu Eunha membalas ciuman yang Jungkook layangkan.

Tatapan mata Jungkook terasa sangat lembut. Lelaki itu sudah berhasil membuka kemeja bagian atasnya menampilkan dada bidang dengan otot perut yang ketara. Kedua tangan Jungkook mulai beralih dan berusaha membuka kancing baju Eunha. Dengan satu tarikan Eunha mulai merasa kehangatan tangan Jungkook pada permukaan kulit punggungnya.

Jungkook kembali melayangkan ciuman yang semakin menuntut pada bibir Eunha. Saat Jungkook berusaha membuka kemeja yang Eunha kenakan sepenuhnya, Eunha yang mulai merasakan sakit pada bagian perut, tanpa aba – aba mendorong dada Jungkook hingga lelaki itu tersungkur di lantai.

"Ma – maaf. aku harus ke kamar mandi." Bergegas berlari menuju kamar mandi, Eunha mengabaikan Jungkook yang masih tersungkur dan menatap kepergiannya.

Rasa sakit itu kembali menyerang. Eunha sudah merasakan rasa sakit ini sejak tadi siang namun tak dihiraukan karena Eunha kira hanya sakit sesaat. Bercak merah yang Eunha temukan pada celana dalamnya adalah bukti kalau dugaannya ternyata benar.

Eunha duduk cukup lama di dalam toilet, memikirkan cara paling tepat untuk menyampaikan hal ini pada Jungkook. Ketukan dari luar pintu kamar mandi mulai terdengar.

"Eunha, kau baik – baik saja?"

Bergegas membuka pintu kamar mandi, Eunha menemukan Jungkook sedang menantinya dengan tatapan panik.

"Kau sakit?"

Eunha menggigit bibir, menatap Jungkook ragu dengan wajah memerah. "Tamu bulanan."

"Apa?"

"Menstruasi."

Ekspresi panik Jungkook perlahan menghilang berganti dengan wajahnya yang berubah merah menyadari apa yang baru saja Eunha katakan. Eunha bisa melihat Jungkook salah tingkah, kemungkinan lelaki itu bingung apa yang harus dilakukannya sekarang. Eunha berjalan melewati Jungkook sembari merapikan pakaiannya, perempuan itu harus bergegas membeli pembalut dan minuman pereda kram sebelum kondisinya semakin memburuk. Jungkook masih mematung di depan pintu kamar mandi saat Eunha akan keluar dari ruangannya. Eunha rasakan tangan Jungkook meraih lengannya sebagai upaya menghentikan langkahnya.

Be My Coffee?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang