Kelemahan

21 4 0
                                    

   "Gimana tadi kerja'annya? Lancar?" tanya Tio pada sang kekasih

   "Yah kamu taulah Bu lilis tetep galak, Tari tetep jones, dan laporan perusaha'an masih banyak, kaya biasanya" balas April sambil memotong tenderloin steaknya.

   Seperti biasa, ia dan Tio keluar makan siang. Hari ini Tio mengajaknya ke restoran di dekat taman raya, memesankan makanan kesukaan April-terderloin steak-sambil menanyakan hal-hal remeh yang membuat April semakin jatuh cinta pada lelaki itu.

   "by the way, Tio, kapan kamu ngenalin aku ke orangtua kamu? Bukannya ngejar-ngejar kamu, tapi kita udah 3 tahun pacaran, tapi kamu kenalin aku ke orangtua kamu aja belom pernah"

   Tio menghela napas dalam, ia sudah sering menghadapi pertanyaan ini dari April, gadisnya itu sering merusak suasane romantis yang sudah susah-susah ia bangun

   "sayang, bisa ngga kita jangan bahas itu sekarang? Kita lagi makan makan siang, aku pikir seharusnya kita santai aja. Lagi pula sebentar lagi kamu harus ké kantor lagi kan"

   Menghembushkan napas, April kembali memasukan porongan tenderloin steak ké dalam mulutnya. Ia heran, kenapa Tio selalu menghindari pertanyaannya yang satu itu

   Sudah 3 tahun berlalu, namun April hanya tahu orangtua Tio melalui foto-foto di Handphone kekasihnya itu. Ia bahkan belum pernah bertatap muka dengan mereka. Sebenarnya Tio ini serius ngga sih sama hubungan mereka.

   Tapi jika diingat ingat lagi, Tio adalah pacar yang setia, ia juga sangat royal kepadanya. Tidak mungkin ia hanya dipermaikan oleh lelaki itu kan.

   Setelah selesai menyantap makan siangnya, mereka berdua memasuki Audi hitam Tio dan segera meluncur ke perusahaan tempat April bekerja. Dalam perjalanan mereka saling diam.

   Walau tangan kanan April digenggam Tio, namun April enggan membuka suara. Moodnya tidak sebagus tadi pagi, akibat pembicaraannya dengan Tio di restoran tadi.

   "sayang, aku minta maaf deh. Kamu jangan ngambek dong, kan kita mau jauhan" rayu Tio membujuk kekasihnya yang keluar dari Audi hitamnya

   "huh, iya deh iya. Yaudah sana kamu pergi gih, aku mau masuk"

   "jangan cemberut gitu dong, ayo senyum. Nah gitu dong, sini aku sun dulu, muach"

   April tersenyum manis kearah Tio, yah, ia tahu kelemahannya ada pada Tio. Di bujuk sedikit saja ia sudah luluh. Uh andai saja Tio membujuknya menikah, pasti ia akan langsung setuju. Sayang itu hanya angan saja.

   "bye sayang, hati-hati dijalan yah" ia melambaikan tangan pada Tio, lalu masuk ke gedung besar dihadapannya.

Jodoh untuk AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang