Marah

14 3 0
                                    

   Jam sudah menunjukan angka 3, artinya 1 jam lagi April bisa pulang. Biasanya ia akan dijemput sang pacar, kadang mereka pergi jalan-jalan sebelum pulang kerumah.

   Namun, hari ini Tio belum menefolnya sama sekali, dan April sedang sibuk sekali menyelesaikan laporan pengeluaran perusahaan yang jatuh tempo besok.

   "aaahh... Capek banget ri, aku dah selesai nih, mau ke atas nyerahin laporan. Kamu uda selesai belom?"

   April merenggangkan otot-otot tubuhnya lalu mencabut flasdisk dari komputernya, sambil berjalan menuju  printer yang ada diruangannya.

   "belom nih mba, masii banyak banget lagi. Ugh, ngga kuat dedek pengen pingsan aja"

   Tari masih berkutat dengan Komputernya, ia sudah terlihat kacau dengan kertas-kertas bersebaran dan rambut yang diikat asal, makeup tipisnya sudah luntur, pun dengan wajahnya yang suntuk.

   "Dilanjut besok aja ri kali ngga kuat, besok dateng pagi-pagi, atau kamu selesai-in dirumah aja, ngga ada acara keluar kan kamu"

   Streeett... Streettt....

   "aku mau keatas nih ri, sekalian ke pantry, ada yang mau nitip makanan gak nih?"

   "mba Pril, tolong bawain kopi dong, tadi mang Kasman udah gue mintain tolong dari jam 2, tapi sampe sekarang ngga nyampe-nyampe. Kerjaan gue masih numpuk banget nih. Makasih ya" ucap Reza dari balik kubikelnya. Tak kalah kacaunya dengan Tari, ia nampak kesetanan mengetik di komputernya

   "oke sip, tip-nya dua kali lipat ya za, Hahaha"

   Setelah menyerahkan laporannya ké Bu lilis, April menuju pantry di lantai 2. Sambil menunggu coffee maker selesai bekerja, ia membuka Handphone.

   Heran, biasanya Tio akan meneleponnya, atau minimal mengirim pesan-pesan beriai perhatian-perhatian kecil kepadanya.

   Namun hari ini, satu pesan pun tak ada. Percakapan terakhir mereka tadi pagi saat Tio menjemputnya. Mungkin Tio sibuk, ia pernah bilang bahwa ia mengurus usaha kuliner. Dan April juga sudah pernah dinner romantis bersama Tio di restorannya.

   Ia berinisiatif menelepon Tio, bertanya apakah lelaki itu sedang sibuk atau tidak.

   "Hallo, sayang kamu sibuk? Kok ngga telepon aku sih, aku nungguin tau. Nanti pulang gimana kalo kita ke restoran seafood di deket Butik Zalora itu dulu? Aku lagi pingin seafood nih yang"

   Ucap April dengan nada manja, ia berharap Tio bisa meluangkan waktu sedikit untuknya malam ini. Namun suara diseberang membuat napasnya tercekat

   "maaf, emmm mba, Mas Tio-nya lagi dikamar mandi. Nanti saya sampaikan, anu mba-"

   Seorang wanita?! Dan apa katanya tadi, Tio dikamar mandi?!. Tanpa menunggu si wanita tadi menyelesaikan ucapannya, April menutup teleponnya. Apa yang Tio lakukan hingga handphone bisa ada ditangan seorang wanita. Moodnya hancur, April pikir malam nanti ia bisa melepas rindu dengan kekasihnya.

   Namun sekarang ia kesal bukan main. Setelah tidak mengabarinya, Tio malah bersama wanita lain, dan ia berakhir di kamar mandi!

   Cukup, setelah 3 taun pacaran, kali ini April harus tegas. Ia marah!

   April belum pernah marah pada Tio, ia terlalu mencintai lelaki itu hingga untuk marah saja ia tak bisa. Setelah mengakhiri teleponnya. April mengambil cangkir berisi Kopi pesanan Reza dan kembali ké lantai 3.

   Hari ini ia akan pulang naik taksi saja.

Jodoh untuk AprilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang