Pria bersetelan jas hitam itu menatap kaca besar yang langsung disuguhi dengan banyak gedung pencakar langit, dibawahnya terdapat suasana lalu lintas yang tampak hiruk pikuk.
Tangan besar pria itu mengusap kasar surai hitam tebalnya yang sedikit basah karena keringat padahal ac ruangannya sudah 15°.
"Arghhh"
Jeffrey Navison. Pemilik perusahaan teknologi terbesar nomor 2 di dunia itu tampak frustasi, ia menatap bingkai ukuran 4R dengan tatapan sendu. Disisi bingkai itu terdapat ukiran bernama Roseanne.
Rose...tunangannya yang sudah meninggal sejak 1 tahun silam karena kecelakaan beruntun. Roseanne merenggang nyawa karena pendarahan hebat diotaknya. Mereka yang 2 minggu menuju pernikahan pun gagal total.
Beginilah keadaan Jeffrey sekarang...kacau dan tidak ada semangat hidup. Bahkan David pernah memergoki Jeffrey yang hampir bunuh diri di rooftop perusahaannya.
Ia lelah hidup, ia ingin menyusul Roseanne. Jeffrey sangat mencintai Rose.
Jeffrey mengambil ponselnya diatas meja kerjanya lalu menekan dial phone...
"Halo ris? Ada David gak di ruangannya?"
Jeffrey menelpon Haris, bawahannya sekaligus teman dekatnya juga sejak sekolah menengah atas.
Tadi Jeffrey menelpon David namun pria itu menonaktifkan ponselnya sejak habis jam makan siang."Tadi gue liat sih baru aja keluar ruangan Jeff, mungkin karena istrinya?"
Ah iya, Jeffey baru ingat kalau istri David tengah mengandung dan masuk bulan tua untuk melahirkan. Istrinya yang bernama Sabrina itu sering merasakan kontraksi sehingga David sering izin pulang secara mendadak. Takut-takut Sabrina akan segera melahirkan.
"Kenapa Jeff?"
"Gue mau keluar, jaga ruangan gue sebentar bisa kan? Laporan penawaran yang gue buat tinggal dikit lagi, lo lanjutin aja ya? Tugas lo ditinggal dulu gapapa."
Haris mengangguk disebrang sana, membalas perkataan Jeffrey 'ok' lalu memutuskan sambungan teleponnya sepihak.
Jeffrey melihat kalender, sudah tanggal 27. Ini agenda rutinnya setiap bulan untuk menjenguk Rose.
Disisi lain...
"Selamat siang paman—Heii ada Anna, kesini sama siapa? Bunda yaa?" Sapa Calla Valerie.
Gadis cantik berdarah Amerika. Mempunyai manik mata biru saphire, hidungnya yang bangir dan bibirnya berwarna ranum segar. Pahatan tuhan yang sungguh sempurna. Namun siapa sangka, Calla mempunyai segudang kisah sedih didalam hidupnya.
"Kakakkk!!!" Anna yang sedang menyusun bunga di Bell's Gardenia langsung memeluk tubuh Calla.
"Kak lala tumben kok datangnya siang? biasanya agak sore?" Tanya Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
CALREY
Fanfiction"Calla Valerie..." Pria itu membaca badge nya "Ya?" "Nama yang cantik"