Alisky

7 2 1
                                    


"Kamu keliatan buru-buru, mau kemana?" Tanya Jeffrey yang kepalanya menyumbul dari balik kaca mobil mewahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu keliatan buru-buru, mau kemana?" Tanya Jeffrey yang kepalanya menyumbul dari balik kaca mobil mewahnya.

Calla membuyarkan lamunannya, menatap kagum pria d sebrangnya ini.

"Ke kampus." Jawab Calla seadanya. Kedua tangannya mencengkram binder hitam yang sedang ia peluk kuat-kuat  Ia masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya itu.

"Ayo masuk, saya antar."

Calla menggeleng cepat, tidak mau merepotkan Jeffrey apalagi notabennya Jeffrey adalah orang penting di negara ini. Bisa hancur reputasinya jika ia ketahuan semobil dengan gadis biasa yang latar belakangnya tidak jelas seperti Calla.

"Hng..gausah. Aku bisa naik bus." Calla sudah ingin melanjutkan langkahnya namun suara bariton milik Jeffrey mengejutkannya lagi.

"Saya gasuka penolakan, ayo masuk. Saya tau kamu telat."

Namun kuisnya yang paling utama. Dosen killer itu pasti akan mengamuk dan menyuruhnya tidak usah ikut kuis jika datang terlambat. Ia akan datang sia sia jika tidak tepat waktu. Calla tidak ingin kejadian dua minggu lalu terulang lagi saat ia terlambat datang lalu berakhir tidak diizinkan masuk. Untung saat itu ada Mark yang menemaninya bersedih-sedih ria di kantin fakultas.

Calla mengangguk kaku sedangkan Jeffrey tersenyum kemenangan.

Ia masuk kedalam audi milik Jeffrey. Demi dewa yunani, Jeffrey terlihat sangat tampan dengan pakaian semi formalnya. Rambutnya juga ditata rapi hingga separuh jidatnya terlihat.

Bau vanilla menyeruak menusuk halus indra penciuman Jeffrey, ia tau ini wangi khas Calla. Sebab saat kemarin ia berjabat tangan dengan Calla, wangi vanilla itu masih menempel sampai Jeffrey balik ke apartemennya.

"Kampus apa?"

"Alisky."

Jeffrey mengangguk. Sungguh, saat ini jantungnya berdegup kencang. Apa karena ini adalah kali kedua ia membawa seorang gadis selain Roseanne ke dalam mobilnya?

Gadis disebelahnya memainkan jari tangannya. Ia tidak tahu apa yang Calla pikirkan. Apakah ia gugup atau merasa tidak nyaman berada disatu mobil dengan Jeffrey?

"Santai aja, saya gak gigit."

Calla tersentak dari kegiatannya. Sebenarnya bukan itu.

"Disini gaada kamera pengintai kan, Tuan?" Calla tampak gelisah sambil melihat kearah belakang dan kaca spion mobil.

Jeffrey yang sudah melajukan mobilnya tampak bingung.

"Maksudnya?."

"Anu..Aku takut ketangkap kamera karena satu mobil sama Tuan Jeffrey."

Jeffrey menatap sinis gadis disebelahnya ini. Sudah ia bilang kan bahwa Jeffrey tidak suka dipanggil Tuan.

"Panggil Jeffrey aja."

Calla menaikan alisnya. Menatap Jeffrey polos.

"Eh? Gapapa?"

"Apanya yang gapapa? Saya gasuka dipanggil Tuan."

"Yaudah. Panggil Kak Jeffrey aja ya?"

Gadis disebelahnya ini benar-benar terlihat lugu, membuat Jeffrey menyunggingkan senyum tipisnya.

Calla canggung. Ia tidak tahu harus bersikap apa dihadapan Jeffrey. Perasaan semalam Calla hanya bermimpi menjadi seorang kekasih pangeran bukan semobil dengan Jeffrey. Hari-harinya selalu penuh kejutan.

"hm. no problem."

Diliriknya lagi Calla yang tampak gelisah. Ia selalu melihat kearah spion.

"Beneran gaada kamera pengintai kan, Kak?"

Jeffrey dibuat terperangah lagi karena ucapan Calla, lalu ia tertawa terbahak-bahak sampai kedua lesung pipi dalamnya terlihat jelas. Jeffrey tau apa yang Calla khawatirkan.

Mana mungkin seorang CEO muda sekaligus tampan seperti pangeran Disney ini tidak punya fans. Dan media pun sangat gencar menguak informasi terbaru dari seorang Jeffrey Navison untuk bahan berita.

"Aku cuma takut bakal ngerusak reputasi Kak Jeffrey"

Demi tuhan, Jeffrey tidak pernah takut reputasi atau sahamnya akan turun jika ia tidak membuat kesalahan. Toh Jeffrey hanya mengantar Calla, kan? Ia bukan sedang mengantar buronan atau bandar narkoba. Oh ayolah, Jeffrey hanya membantu seorang gadis yang hampir telat datang ke kampusnya.

"Don't worry. Pasti ada media yang paparazzi tapi saya sama sekali gak masalah." Jeffrey memutar stir kearah kanan masuk ke jalan besar.

Jeffrey mungkin tidak khawatir, tapi Calla? Bisa mati kutu jika wajahnya terpampang di layar televisi dengan judul berita seperti,

Seorang gadis yang tidak diketahui identitasnya terlihat sedang jalan berdua dengan CEO E-tech di daerah Grance.

"Saya bisa takedown semua portal berita kalau nanti terjadi sesuatu sama kamu."

Jangan lupakan juga bahwa Jeffrey dan staff nya itu ahli di bidang teknologi.

🌼

Setelah mengucapkan terimakasih karena sudah mengantarkan dirinya sampai kampus dan sempat bertukar kontak juga, Calla keluar dari mobil Jeffrey lalu berlari masuk ke gerbang fakultas, sebelum melesat pergi Jeffrey sempat membunyikan klaksonnya lalu pergi dari Alisky.

7 menit lagi kelasnya akan mulai. Calla berlari cepat sambil sesekali memegang bindernya yang hampir jatuh.

Tepat waktu, ia datang tepat semenit sebelum dosen itu datang.

Disisi lain

"Darimana aja sih lo?"  Omel David yang sedang memainkan ponsel berlogo buah itu.

"Kliennya belum dateng? Trus Haris mana?." Jeffrey mengalihkan pembicaraan. Lalu duduk di kursi hitam cafe tersebut.

"Haris ke kamar kecil, kliennya lagi dijalan. Tadi sempet nyasar soalnya."

"Lo abis dari mana?"

Pertanyaan itu muncul lagi. Dalam hati ia mengumpat kepada David.

David itu orang yang sangat kritis. Ia akan terus bertanya dan tidak akan berhenti jika jawaban dari lawan bicaranya kurang memuaskan. Cocok saja jika ia sedang berdebat dengan Haris, sama-sama saling bertukar urat.

"Nganter temen."

"Lo punya temen selain kita Jeff?." Sambar Haris dari belakang, ia baru saja selesai dengan urusannya.

Jeffrey hanya mendesis sambil menatap Haris sengit. Jeffrey memang tidak punya teman dekat selain dengan David dan Haris.

"Temen? siapa?."

Demi Tuhan, David terus saja bertanya. Bukannya Jeffrey tidak mau menjawab, ia hanya takut bocah dua itu meledeknya habis habisan dengan klaim 'oh lo udah mulai lupa sama rose ya?'

Begitu.

Ting!

Pintu restoran itu terbuka, terlihat dua orang pria memakai jas formalnya. Pasti itu adalah kliennya.

Jeffrey, David dan Haris buru-buru berdiri dan membungkukan badannya kearah dua pria tersebut.

Beruntung sekali kliennya ini menyelamatkan ia dari pertanyaan beruntun dari seorang David Alvaro.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CALREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang