Selamat Membaca

58 5 17
                                    

kring...

Suara bel itu berhasil membuka kelopak mata pemuda berambut hitam legam itu. Dia bangun dari posisinya yang terbaring. Indra pendengarannya menangkap suara rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Pemuda dengan perawakan tinggi itu mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam iris matanya yang hitam kecokelatan itu. Kepalanya terasa pusing seperti telah terbentur sesuatu.

"Sudah bangun rupanya. Syukurlah," ucap seorang gadis yang mengenakan seragam putih, seragam khas penjaga UKS.

"Sudah berapa lama aku tidak sadarkan diri?" tanya pemuda itu sembari memegang kepalanya yang masih terasa pusing.

"Sejak sebelum waktu istirahat pertama," jawab gadis berambut panjang itu. Pemuda dengan name tag bertuliskan Yamato Keiji itu melirik jam dinding yang berada di sudut ruangan. Alangkah terkejutnya dia karena jam telah menunjukkan pukul tiga sore, sedangkan jam sebelum istirahat pertama itu pukul sebelas.

"Apakah selama itu aku terbaring di sini?"

"Tepat sekali. Apa kau merasa pusing, Yamato-kun?" tanya gadis itu sembari duduk di depan pemuda yang tengah duduk di atas kasur tersebut.

Yamato memandang gadis itu sejenak, lalu menggelengkan kepalanya. "Sudah tidak terasa pusing," jawabnya dengan cengiran konyolnya.

Gadis itu berdiri. "Kalau begitu cepatlah pulang," ujarnya dan melangkahkan kakinya ke arah pintu.

"Tunggu dulu!" teriak Yamato mencegah langkah gadis itu yang semakin menjauh. Tetapi nihil, gadis berponi itu tetap berjalan keluar ruangan seolah tidak mendengar teriakannya.

"Padahal aku belum mengetahui namanya," keluhnya lemas.

....

Hujan masih deras. Yamato berdiri di depan pintu gedung sekolahnya. "Ah, aku lupa untuk membawa payung. Padahal aku tahu bahwa sekarang adalah musim hujan," batinnya.

Iris matanya mendapati seorang gadis berdiri di halte seberang jalan. Rupanya itu gadis yang tadi berada di UKS dengannya. Muncullah keinginannya untuk mengetahui nama gadis itu. Segera saja dia berlari menuju halte, tetapi langkahnya terhenti karena datang sebuah bus di depan halte tersebut, dan setelah bus itu pergi, si gadis sudah tidak berdiri di tempatnya.

"Huh, aku terlambat," ujarnya lalu menundukkan kepalanya. Perasaanya bercampur. Ada rasa senang karena telah bertemu dengan gadis itu, dan ada rasa sedih karena tidak mengetahui namanya. Entah mengapa dia ingin dekat dengan gadis itu dan ingin lebih jauh mengenalnya. Setelah berdiam diri beberapa saat, dia memutuskan berlari untuk pulang tanpa memakai payung karena dia sudah terlanjur basah.

Akhirnya dia sampai di apartemennya. Apartemen Yamato sangat sederhana dan tidak luas, tetapi cukup untuk dirinya tinggal. Dia merebahkan badannya di kasur setelah mandi dan berganti pakaian. Dia mengingat-ingat apa yang terjadi sehingga dia tak sadarkan diri. Ternyata kepalanya terbentur bola saat dia melintas di lapangan sekolah.

"Sepertinya aku butuh tidur," ujarnya dan semuanya menjadi gelap.

....

Yamato merentangkan tangannya, matanya terpejam dan membiarkan otot-ototnya merenggang. Dia membuka matanya, melirik ke arah jendela yang menampakkan koridor sekolah. Betapa terkejutnya Yamato, manik matanya terpaku ke arah seorang gadis yang baru saja melintas. Gadis itu berambut panjang dan berseragam putih.

"Dia pasti menuju UKS," gumam Yamato yakin karena memang gadis itu berjalan ke arah UKS. Terlintas ide cemerlang di kepalanya. Dia mengangkat tangannya, meminta izin kepada Ryuji sensei untuk ke UKS karena kepalanya pusing. Tanpa bersusah payah, dia akhirnya bisa keluar kelas. Segera saja dia pergi ke UKS untuk bertemu gadis itu.

DI BAWAH HUJAN [ONE SHOOT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang