Part 3 - Bee Datang...

21.4K 740 8
                                    


Lanjut lagi :) Jangan lupa vote dan comment-nyaaa yaaa :) Ada kan yang nunggu cerita ini? Sedih aku lihat vote-nya dikit banget :(

Warning 18+

Rose

Aku sama sekali tidak menyangka keputusan mengantar Bee ke kamarnya akan menjadi penyesalan terbesar hidupku. Kilasan kejadian semalam terus terulang di kepalaku saat ini.

Berjam-jam aku mengguyur tubuhku di bawah air pancuran shower tidak memberikan efek apapun. Aku tetap merasa kotor dan hina.

Bee memperkosaku. Bee mengambil kesucianku secara paksa.

Flashback On

Bee terus menyalahkanku atas kesalahan yang tidak kumengerti sambil terus melumat bibirku. Sakit, hanya itu yang kurasakan di bibirku saat ini.

Lumatan yang dilakukan Bee sama sekali tidak lembut dan romantis seperti yang digambarkan dalam kisah-kisah percintaan. Apa yang kualami saat ini murni hanya pelecehan dari sahabatku sendiri.

Tidak cukup hanya melukai bibirku dengan lumatan dan gigitan kasarnya, Bee juga melancarkan tangannya untuk menyentuh seluruh tubuhku. Remasan kuat dilakukannya di kedua payudaraku. Sakit, kembali hanya itu yang kurasakan.

Robekan kasar yang dilakukannya pada gaunku pun membuatku meringis ngeri.

"Bee... please don't do this..." aku mencoba memohon padanya ketika tubuhku sudah polos kecuali celana dalam yang masih kukenakan.

"Fuck Rose... you are so sexy... let me do you once and I'll forgive you..." aku menggeleng kuat mendengar jawaban Bee.

"Jangan Bee... please..." aku terus menangis dan memohon sampai kemudian aku mendadak berteriak karena Bee membanting tubuhku dalam posisi terbalik.

Saat ini tubuhku tengkurap di atas ranjang dengan kedua tangan diikat kebelakang menggunakan dasi oleh Bee.

"Rentangkan kakimu jalang..." ucap Bee kemudian sambil melebarkan kedua kakiku.

Tak lama kemudian aku merasakan jemarinya kini telah menyentuh alat kelaminku melalui celah dari kedua belah bokongku.

"Masih kering... hmmm..." ucap Bee saat menemukan aku memang tidak sama sekali turn on dengan perlakuannya saat ini.

Kupikir setelahnya Bee akan menyerah dan melepaskanku. Namun pikiranku sama sekali tidak terjadi. Bee malah mengambil sejenis lotion dan mengoleskannya ke alat kelaminku dan mungkin alat kelaminnya.

Sesaat kemudian...

"Acckkkkk...." teriakanku terdengar.

Rasa sakit luar biasa kurasakan.

Bee memasukiku dengan kuat dan aku merasakan tubuhku terbelah dan seperti ada yang robek di sana.

"Bee... hiks... sakitttt..." teriakku kembali ketika Bee semakin kencang menggenjot tubuhku dari belakang.

Kali ini Bee juga sudah mengangkat bokongnya dan memasukiku dengan posisi itu.

Sambil terus keluar masuk dalam tubuhku, Bee juga sesekali memukul kencang bokongku.

Rasa sakit masih terus menjalari tubuhku. Terutama ketika Bee terus memukul dan meremas bebeapa bagian tubuhku.

Tak lama kemudian aku merasakan ada gejolak aneh dari dalam tubuhku. Walau semuanya terasa sakit, namun sejenak ada rasa aneh yang memaksa keluar dari dalam.

Saat itu juga tubuhku menyemburkan sesuatu dari dalam dan Bee menyemburkan sesuatu ke dalamku.

Aku lelah dan tidak bisa bergerak setelahnya. Namun tidak dengan Bee. Bee kembali melakukan berbagai hal pada tubuhku sepanjang malam hingga pagi menjelang.

Flashback Off

*****

Kini sudah satu minggu setelah kejadian mengerikan itu menimpaku. Selama seminggu itu juga, aku mengurung diriku di kamarku.

Aku tidak keluar bahkan untuk mengurus butikku. Aku mempercayakan berbagai tugas pada karyawan baru yang sangat kupercaya, Anita.

Anita baru saja kurekrut untuk membantu pengelolaan keuangan di butikku saat ini. Walau masih baru beberapa bulan bersamaku, aku bisa mempercayakan banyak hal padanya. Dia gadis yang periang, jujur, dan selalu berkata apa adanya.

"Nit... aku titip butik ya..." ucapku kembali pagi ini memberikan kabar padanya.

"Mba masih sakit? Aku jenguk ya?" tanyanya khawatir.

"Nggak usah Nit... Aku cuma perlu istirahat sebentar lagi..." ucapku mencoba mencegahnya menemukan keberadaanku yang hancur berkeping-keping kini.

"Yaudah cepet sembuh ya Mba... Oh ya Mba... temen Mba ada yang nyariin kemarin..." jelasnya.

"Teman aku? Siapa?" tanyaku penasaran.

"Mas Bee... katanya Mba nggak bisa dihubungi... tumben bukannya yang ngehubungin Mba biasanya cuma Mas Bee? Hehe" tanyanya sambil terkekeh.

Aku kembali merinding mengetahui Bee mencariku. Apa lagi yang diinginkannya dariku? Tidak cukupkah dia menghancurkanku malam itu?

"Mba... mbaa? Kok diem? Ini masih nyambung gak sih?" terdengar sayup-sayup suara Anita melalui telepon dan menyadarkanku kembali dari pikiran burukku.

"Nit..." aku memanggilnya mencoba berbicara lebih tenang.

"Ya Mba?" Anita menjawab cepat.

"Kalau Bee datang lagi... kamu jangan kasih tau aku nggak masuk karena sakit ya..." aku meminta tolong padanya.

"Yah Mba... Aku udah terlanjur bilang Mba udah nggak masuk seminggu... terus Mas Bee nanya Mba kenapa? Aku jawab sakit... Habis itu Mas Bee pergi..." Anita kembali menjelaskan.

"Oh..." hanya itu yang dapat kujawab dan kemudian memutus sambungan telepon segera.

Perasaan takut menyelimutiku. Bagaimana jika Bee datang menemuiku? Aku belum siap bertemu dengannya. Tidak akan pernah siap sejak aku terbangun di ranjang hotel saat itu.

Saat aku terbangun dengan paha penuh lelehan darah dan tubuh memar di mana-mana. Aku berusaha menguatkan diriku untuk pergi meninggalkannya walau berjalan tertatih.

Aku berusaha membangun kembali kepercayaan diriku seminggu ini, walau sulit. Akan tetapi semuat itu akan sia-sia jika Bee kembali datang.

*****

Sore hari pun tiba, ketika aku masih terlelap dalam tidur nyenyakku.

Namun tidurku terganggu ketika bunyi bel terus menggema memenuhi kamar apartemenku.

Aku membuka mata dan mencoba menyadarkan diri untuk menuju ke pintu apartemenku.

Sambil masih berjalan, tiba-tiba tubuhku berhenti ketika suara bel kini dibarengi juga dengan gedoran keras di pintu.

"Rose... Aku tahu kamu di dalam... buka pintu ini... sekarang..." suara Bee terdengar menyalak di luar sana.

Bee datang.

Bersambung

Istri yang Tak Diinginkan: Second Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang