Hari Ketiga

22 8 0
                                    

Hari ketiga, Jun memilih untuk tidak datang.

Jun tidak berkonsentrasi dengan tugasnya. Ia masih berpikir mengenai semua yang dikatakan Shunya. Begitu santai, seakan tanpa beban. Mengapa bisa seperti itu? Padahal Jun yakin Shunya adalah manusia yang mungkin hanya tinggal menghitung waktu sebelum tamat.

“Melamun terus, senpai.”

Urano Shuta berkata pelan seraya menepuk bahunya. Mahasiswa seni musik itu mengambil kursi di sebelah Jun. Menariknya pelan supaya tak menghasilkan suara di keheningan perpustakaan.

“Kukira kau tidak bisa berpikir. Tapi kau terlihat memikirkan sesuatu, makanya aku curiga.” Jun mendelik mendengar ucapan sang junior di SMA-nya dulu yang seakan menghinanya.

“Kau kenal Osawa Shunya?”

“Kenal,” Shuta mengangguk. “Mahasiswa yang bikin ulah saat tahun pertama di Fakultas Seni. Humornya agak berlebihan, tapi orangnya seru dan baik. Belakangan ini aku tak melihatnya di kampus,” Shuta mengusap dagunya.

“Dia sakit,” ujar Jun. “Aku bertemu saat kontrol ke dokter tulang.”

“Oh ya? Ah, terakhir kali aku ingat sih dia pingsan di dekat tangga lantai tiga fakultas.” Shuta mengangguk sendiri saat menceritakannya, membuat Jun terkesiap.

“Punya kontaknya?” tanya Jun.

“Tidak. Tapi kami berteman di Instagram. Mau akunnya?”

Dengan anggukan Jun, Shuta memberikan usernameInstagram Shunya. Jun kagum sebab postingan di akun Shunya sangatlah estetik. Mana punya banyak pengikut, pula. Tanpa ragu, Jun menekan tombol 'ikuti'.

Lima menit kemudian, ada notifikasi kalau Shunya mengikutinya balik, ditambah sebuah pesan.

[Besok ke sini dong. Bosan nih :P]

Satu pesan yang membuat Jun yakin untuk kembali menemuinya esok.

Teman Tujuh HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang