Pagi ini Kinan sedikit telat bangun dari tidurnya. Sedari malam ia selalu memikirkan bagaimana cara membujuk Kendra. Sok tsundere* banget sih jadi orang.
Jam menunjukkan pukul 06.54 saat Kinan memasuki gerbang sekolahnya. Enam menit lagi bel masuk akan berbunyi. Hampir saja ia telat masuk. Padahal ini baru hari keduanya disekolah.
Kinan berjalan santai memasuki kelas. Ia berpikir Kendra sudah datang terlebih dahulu. Nyatanya, kursi disebelahnya itu masih kosong. Kinan menduduki dirinya.
Sedikit banyak, ia merindukan teman-teman disekolah lama. Walau kadang teman-temannya mengesalkan, tapi itulah yang menjadi sumber kerinduan.
“Minggir,” sebuah suara membuyarkan lamunan Kinan. Kinan mengangkat kepalanya. Terlihat Kendra yang memakai hoodie maroon. Jangan lupa kan juga wajahnya yang bisa membuat emosi orang terpancing itu. Wajahnya sangat menjengkelkan!
Kinan berdiri dari duduk dan mempersilahkan Kendra menuju singgahsana miliknya. Tidak ada pergerakan apapun lagi setelah Kendra duduk. Cowok itu hanya diam sambil membaca sebuah buku tebal. Kinan tidak tau buku apa yang dibaca Kendra.
Apa aku bujuk sekarang aja kali, ya? Pikir Kinan.
Tanpa aba-aba Kinan kembali duduk dan menatap Kendra yang sedang membaca dengan wajah damai. Kalau kalem begini, wajah Kendra itu enak dipandang. Alis matanya yang tebal, mata yang tajam, hidung udah kayak perosotan, bibir yang sedikit tebal dibagian bawah, ditambah lagi dengan rahang kokohnya. Kalau nikah sama Kendra bisa memperbaiki keturunan kali ya?
Mikir apasi, Kinan! Bujuk dulu dia ikut lomba! Batin Kinan berperang, antara ingin membujuk Kendra atau tetap diam sambil menikmati pahatan wajahnya yang hampir mendekati sempurna.
“Udah puas ngeliatin gue? Kalau belum foto aja, biar dirumah bisa dilanjutin lagi. Sekarang gue mau tidur.”
Anjirrr! Maluuuu!
Bel masuk akhirnya berbunyi. Kinan segera mengeluarkan buku dan beberapa pena yang sudah dikoleksinya sedari lama.
Waktu sudah berlalu dua puluh menit. Namun, guru yang seharusnya mengajar bahasa Inggris belum terlihat memasuki kelas. Keadaan kelas jauh dari kata tenang. Kacau balau. Ada yang sibuk tik-tokan, ada yang belajar, ada yang bergossip ria, dan ada juga yang tidur seperti teman disebelah Kinan ini.
Kinan bosan. Ia mengedarkan pandangan kesuluruh kelas. Matanya berhenti pada bangku kelompok tengah barisan ketiga. Itu adalah bangku Lula dan Farah.
Kinan mendekati mereka berdua yang asik bercengkrama. Lula yang heboh dengan segala ceritanya sedangkan Farah hanya sibuk memutar bola matanya jengah.
“Jadi cewek halu banget si lo. Dia tau lo napas dibagian bumi aja nggak tau! Udah sih ah La, ngehalu juga ada batas wajarnya.”
Kinan sedikit terkekeh mendengar ocehan Farah. Karena bagaimana pun, yang dikatakan Farah itu benar.
“Sirik amat lo jadi manusia!” Lula mendorong pelan kening Farah. Saat Farah baru akan membalas, Kinan buru-buru mendekatinya.
“Hai, aku boleh gabung nggak?” Lula dan Farah menoleh. Lalu mengangguk antusias.
“Boleh kok Nan, boleh,” tampaknya Lula terlalu berlebihan menyambut Kinan. Kinan mengambil kursi di meja depan tempat duduk Farah. Sepertinya pemilik kursi tersebut juga berkeliaran ke tempat lain.
“Maaf ya, kemarin nggak bisa ikut ke kantin.”
“Selow aja kali, Nan. Tapi nanti gabung, ya?” Farah membalas pertanyaan Kinan.
“Iya, aku sekarang nggak bawa bekal kok. Nanti aku ikut ngantin, ya.”
Percakapan antara mereka mengalir begitu saja. Seakan tiada henti, selalu saja ada topik yang akan mereka bahas.
KAMU SEDANG MEMBACA
K
Teen FictionKinan Gabriella. Gadis asal Padang yang pindah ke Jakarta mengikuti kakak laki-lakinya. Pindah sekolah dan mencari teman baru merupakan pengalaman yang baru untuknya. Tidak sulit untuknya mencari teman baru. Dengan sifat nya yang periang, mudah ber...