Chapter 2

596 62 7
                                    

Setelah melempar ponsel sembarangan ke sofa Naruto masuk ke kamar yang berada di lantai dua lalu mandi dan mengganti pakaiannya. Pemuda pirang itu kini memakai henley lengan pendek dan cotton short yang terlihat nyaman sekali dipakai di rumah.

Ia keluar kamar bermaksud untuk bersantai di sofa sambil menonton televisi, siapa tau ada acara malam yang bagus diluar acara berita, namun sosok bermata hitam langsung menyambut kedatangannya di lantai bawah dengan berojigi ketika Naruto hendak menuruni tangga.

"Kenapa kau ada di rumahku, siapa yang memperbolehkanmu masuk?" Naruto mengerutkan dahi. Perasaannya tadi ia sudah benar-benar mengunci pintu dengan baik, jadi lewat mana bocah ini masuk?

"...Aku sudah menyuruh ayahku untuk menarikmu kembali, kalau kau tidak pergi juga aku akan menelepon 119!" Naruto berlari kecil menuruni tangga ke meja telepon rumah, lalu ia mulai memencet tombol-tombol, tapi ternyata teleponnya tidak tersambung.

"Sial, ada apa dengan teleponnya, kenapa tidak tersambung?" Naruto menaruh gagang telepon agak kasar karena kesal, lalu menatap Sasuke yang bergetar karena kedinginan, tangannya terlihat gemetaran, Naruto jadi sadar diluar memang cukup dingin.

Ada apa dengan tatapan manja dan tubuh gemetaran itu?

Hatinya melengos karena berhasil iba pada seseorang yang sebenarnya sangat mengganggunya.

"Kuberi kau tempat untuk bermalam satu hari, tapi besok kau sudah harus pergi dari sini."

Naruto menaiki tangga menuju ke kamarnya lagi, minatnya untuk bersantai di ruang tamu kandas setelah melihat sosok asing merepotkan.

***

Dua jam berlalu dan Naruto terbangun. Setelah melihat jam dinding ia melihat waktu masih menunjukkan tengah malam.

Lapar...

Perutnya keroncongan, Naruto ingat belum makan dari tadi sore.

Kaki mengantuk itu menuruni tangga, berbelok ke dapur mengambil ramen instan dan menyeduhnya dengan air panas.

Pemuda berpakaian rumahan itu menengok ke belakang setelah menyadari sesuatu, "Oh, ya, Tuhan, kau mengejutkanku." Air panas digelas ramen hampir saja tumpah karena kehadiran Sasuke sang penghuni baru di rumah itu membuat Naruto terkejut.

Sasuke berjalan duduk ke meja makan, ia memperhatikan Naruto yang berhati-hati membawa ramen panas ke meja makan mengikutinya. Setelah menunggu tiga menit, Naruto menyeruput ramen panas itu dengan sumpit.

"Kau lapar?"

Naruto bertanya kepada Sasuke, namun yang ditanya hanya diam.

"...Sayang sekali, cuma sisa satu."

Naruto menjelaskan kalau persediaan cup ramen instannya cuma sisa satu di pantry, itupun sudah ia seduh.

Srup.. srupp.. sruupp...

Sasuke beranjak, ia mengambil frypan yang tergantung dan memasak, tercium bau harum dari masakan yang Sasuke olah.

Naruto menajamkan penciumannya selama proses memasak itu, Sampai Sasuke menaruh piring berisi makanan di meja, dihadapan Naruto.

Naruto menatap makanan itu, anak ini ternyata pandai memasak. Naruto mencicipi omelet gulung (Tamagoyaki) buatan Sasuke.

Hmm gurih...

Ia menutup mata kala mengunyah. Saat digigit teksturnya tidak keras, melumer dimulut tetapi terasa tidak mentah, Sasuke memasaknya rata sehingga tidak membuatnya gosong. Naruto bertepuk tangan dalam hati.

"Mirip seperti masakan ibuku..."

Naruto menatap Sasuke sambil terus mengunyah, ada hal yang ganjal dimata Naruto.

***

"Aku tidak bisa menemanimu."

"Santai saja, istirahatlah di rumah sakit."

Yamato bercerita kepada Naruto dalam sambungan telepon mengenai dirinya kemarin yang terlempar keluar dari mobil saat sedan Naruto berputar-putar sebelum akhirnya menabrak pembatas jalan, Yamato pingsan setelah terbentur keras di aspal.

Naruto sudah terbiasa bekerja sendiri, jadi hari ini pun sendirian lagi itu tidak masalah baginya. Naruto menepikan mobil, menekan headset di kuping sebelah kiri, tapi benda itu direbut seseorang setelah beberapa detik.

"Uh?!"

Naruto terlonjak kaget dan melotot ketika melihat Sasuke telah duduk di kursi penumpang, berbagi headset dengan Naruto dengan wajah tenang.

Terdengar seseorang yang berasal dari kantor pusat berbicara pada headset, namun Naruto sekarang sedang tidak fokus mendengar speaker tersebut.

"Jangan mengurusi urusanku!" pemuda pirang menarik headset dari telinga Sasuke dan memasangnya kembali ketelinganya.

Tanpa tersenyum Naruto membetulkan posisi duduk dan menghadapkan wajah ke objek penyelidikan, tidak menghiraukan keberadaan Sasuke yang bisa mengurusi hidupnya sendiri.

"Tuan Uzumaki suka bekerja sendiri karena tidak ada yang dia percaya, kalau begitu aku adalah rekan yang sempurna untukmu."

"Apa yang kau katakan, kau bahkan bukan anggota kepolisian?"

"Aku sudah dibayar oleh ayahmu, jadi untuk hal ini aku tidak akan menuntut bayaran darimu."

"Siapa juga yang akan membayarmu, brengsek!"

Naruto mendengus dengan tampang kesal, seakan ingin menendang pemuda omega ini keluar dari mobilnya.

Dalam penyelidikan lanjutannya kali ini, ia memilih seorang kolega dari Keluarga Madame sebagai orang yang patut dicurigai, meski orang itu sampai kini masih berstatus sebagai saksi.

"Dia mungkin saja tau dan terlibat dalam kejahatan Madame sekeluarga, namun polisi kekurangan bukti untuk menetapkannya sebagai tersangka."

Dalam hati Naruto menyokong perkataan Sasuke itu, meski Naruto tau Sasuke tidak tau apa-apa mengenai kasus itu.

***

Hari ketiga, sedan hitam kembali terparkir dekat toko bunga, penyelidikan kepada salah satu kolega Keluarga Madame masih dilanjutkan oleh Naruto.

"Kau tidak akan mendapatkan apa-apa kalau tidak menyapanya." Sasuke hendak turun dari mobil bermaksud menemui pria incaran Naruto itu.

"Apa-apaan kau, jangan bodoh!"

Naruto sedang mengamati dan mempelajari target, kehidupannya, kebiasaannya dan orang-orang yang dikenalnya. Namun kehadiran Sasuke akan mengacaukan penyelidikan.

"Sa-Sasuke, apa yang kau lakukan?"

Tanpa bisa mencegah Naruto melihat Sasuke mengitari mobil lalu masuk ke toko bunga milik target dan mengobrol dengan target. Dari jarak jauh pria dewasa berambut pirang itu melihat si raven tersenyum manis dan bersikap manja, menopangkan dagu dikedua kepalan tangannya di atas meja kasir.

"Bodoh, apa yang dia pikirkan."

Naruto terlihat tidak suka apalagi ketika melihat satu tangan target melingkar dipinggang Sasuke.

Setelah itu Sasuke kembali memasuki mobil, ia langsung mendapati Naruto yang memijit pertemuan keningnya.

"Aku hanya bilang dia tampan, tapi dia langsung memberikanku nomornya."

***

Malam itu Naruto tertidur lebih cepat, saat dia bangun dan dalam perjalanan menuju dapur untuk meredakan rasa haus ia melihat Sasuke tidur di sofa ruang tamu, tidurnya yang nyenyak membuat Naruto berpikir Sasuke juga pasti juga lelah setelah seharian menyelidiki kasus itu.

Naruto menghela napas, alih-alih mengusir Sasuke, niat untuk mengusir berubah menjadi rasa kasihan. Apa salahnya membiarkan omega itu bermalam satu hari lagi di rumahnya.

|
|
|

Tbc...

Detective, Are You Okay? (NaruSasu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang