Hujan baru saja mengguyur setiap sudut kota Jakarta, termasuk gedung pencakar langit serta jalanan yang dipadati oleh kendaraan yang melintas. Terlihat Beberapa pengguna jalan yang menepi sekedar berteduh ataupun memakai jas hujan.
Pemandangan itu menjadi tatapan seorang gadis berpakaian sweater maroon yang sedari tadi mengamati objek yang berada di depan matanya dari balik kaca mobil yang ia tumpangi.
Hampir setengah jam gadis itu berada di mobil dengan menduduki kursi penumpang, dan selama itu lah ia melihat jalanan kota yang terkenal akan kemacetan itu.
Jujur saja. Ele, gadis itu baru pertama kali menginjakkan kaki ke Ibukota.
Tapi ini bukan yang pertama bagi Ele ke kota besar. Dulu saat Ele masi SMP, ia pernah ke Jogja untuk mengikuti pemilihan duta sanitasi tingkat Nasional.Alunan musik terdengar menyelimuti mobil sepanjang perjalanan, sampai pada akhirnya mobil yang ia tumpangi berhenti sejenak di hadapan rumah yang membuat siapa saja terpukau.
Sebelumnya Ele juga melihat beberapa rumah seperti dihadapannya saat memasuki kawasan ini. Mungkin ini perumahan elite yang sering ia dengar.
Di depannya, Ele melihat rumah berlantai tiga dengan halaman yang begitu luas dari balik pagar yang menjulang tinggi.
Kehadiran mobil yang ditumpangi Ele membuat seorang penjaga yang berada di pos seberang pagar, segera membuka pintu gerbang dengan lebar dan tersenyum saat mobil itu memasuki pekarangan rumah.
Rumah yang ada di hadapannya benar-benar mewah. Ditengah-tengah halaman saja ada kolam kecil dengan air pancur.
Belum lagi taman bunga yang berada di samping pekarangan menambah keindahan penampilan rumah ini.Ele berdecak kagum "gila, ini mah bukan rumah tapi istana"
"Ayo El masuk" suara bernada lembut itu menghentikan kegiatannya mengagumi rumah itu.
"Iya tante" jawab Ele sembari mengikuti langkah Ratih dari belakang.
"Selamat Datang di Rumah baru" lengkingan suara itu mengagetkan Ele serta Ratih yang baru saja masuk ke dalam rumah.
Ele menelisik orang yang berdiri dihadapannya dengan merentangkan tangan. Dia seorang perempuan. Mengenakan pakaian dress selutut tanpa lengan dihiasi corak bunga-bunga berwarna putih tulang. Rambut hitam sebahu. Rupa yang imut dengan tinggi yang hampir sama dengan Ele.
"Kenapa kau mengagetkan kami seperti itu ey?" Ucap Ratih dengan ekspresi terkejut sambil mengusap-usap dadanya.
Gadis yang ditanyai itu pun meringis tersenyum tidak enak sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Maaf, Eya terlalu bersemangat menyambut kedatangan kalian sampai-sampai Eya teriak seperti tadi"Ratih berdecak mendengar alasan keponakannya itu.
"Baiklah klo begitu. Sekarang, Eya kenalkan ini Grizelle Anjani." Ratih memperkenalkan membuat Ele dan Eya saling melempar senyuman satu sama lain."Hai, gue Freya Wijaya, panggil aja Eya. Keponakannya Tante Ratih" ucap Eya tersenyum seraya mengulurkan tangannya kepada Ele.
"Grizelle Anjani, panggil aja Ele" balas Ele menyambut uluran tangan Eya.
"Ele, Eya ini anaknya kakak tante, Aditya. Mulai sekarang kamu tinggal disini, sebenarnya Tante mau kamu tinggal bersama Tante tapi mengingat Tante sering keluar kota jadi lebih baik kamu tinggal disini, Apalagi ada Eya jdi kamu tidak sendirian. Kamu tidak masalah kan El?" Jelas Ratih menatap Ele.
Ele mengangguk sambil tersenyum
"Tidak masalah Tante, terimakasih banyak""Tidak masalah Ele, itu sudah menjadi tanggung jawab Tante. Eya, kamu ajak Ele ke kamarnya. Tante mau pergi sekarang" ujar Ratih membuat Eya mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Grizelle
Подростковая литератураGrizelle Anjani seorang gadis biasa yang hanya mempunyai sang Ibu, namun saat kepergian Ibunya Kehidupan Ele berubah. Ele yang tinggal di pulau Bangka, Harus pindah ke Jakarta untuk tinggal dengan Sahabat Ibunya sesuai permintaan Almarhum. Namun kar...