f o u r

182 55 7
                                    

Seseorang yang optimis akan melihat adanya kesempatan dalam setiap malapetaka, sedangkan seorang pesimis melihat malapetaka dalam setiap kesempatan. Kau mengucapkan si kalimat bijak kepada dirimu sendiri dan Doppo mendengarnya. Bertegur muka, monologmu disambut tiga kali ucapan maaf.

Pandangan tersebut sudah lewat setengah bulan. Di lantai paling atas gedung perusahaan, katakanlah atapnya, kau membiarkan udara mendinginkan lingkaran pada matamu yang telah lama dilekatkan safety glasses. Doppo datang dari arah belakang, berterima kasih atas kopi yang kau jaga suhunya.

"Apakah kamu sungguhan dengan motto hidupmu?" Kau bertanya tiba-tiba.

Dunia nyata jauh lebih kecil daripada khayalan. Bisa ditemukan pada profil yang terselip di antara kotak berkas Jakurai Jinguji.

"Saya menulis demikian sesuai perasaan saya waktu itu."

Pertama kali membaca, kau mengira sedang menemukan kepingan dari buku The Dawn of Day karya Friedrich Nietzsche. Mengesampingkan isi—karena aku pun tidak pernah memangku si buku—kau setuju bahwa limitless hadir karena sifat limit. Manusia bisa mengumumkan kalau ruang alam raya infiniti sebab keterbatasan dalam menjelajah. Butir pasir di pantai, butir nasi yang tersaji di dalam mangkuk, tingkat kesabaran, itu semua masuk ke dalam uncountable lantaran manusia terbatas dalam berhitung. Apakah fajar berbanding lurus dengan pikiran pesimis sedang matahari tidak pernah lelah menyinari bumi yang—memangnya timbal balik apa yang didapatnya?

Doppo memanggilmu. Matanya bersirobok melihat selintas uris pastel gemerlap pada dirimu. Apa cuma di keadaan tertentu munculnya?

"Kalau pada akhirnya semua dari kita berada enam kaki di bawah tanah, mengapa manusia mati-matian untuk hidup?" Selama ini ia pikir sudah ada di jalur putih dengan tidak hidup untuk makan. Ia makan untuk hidup.

Ketidakcocokkan mampu dicari benang merahnya. Kau menyesap kopi sekali lagi.

"Entahlah. Mengapa pula matahari bertahan dalam letupan-letupan panas padahal bintang juga berujung mati?"

Kau mengambil gelas Doppo yang sudah habis. "Aku tanya balik. Mengapa manusia memiliki keterbatasan yang mengantarkan ia pada ketidakterbatasan?"

Tanganmu memainkan toska yang menyelip di antara kumparan merah.

Saat menatap badanmu yang melewatinya, aku bisa menebak dari ekspresi Doppo, kalau ceruk kecil di dalam hatinya mulai ada yang bertamu.


Kannonzaka Doppo tidak banyak mendapat ucapan selamat ulang tahun. Hanya beberapa orang, tapi ia selalu diingat. Kakinya melangkah takut di atas pijakan-pijakan khawatir terhadap patahan atau turunan.

Api dari lilin-lilin kecil menyambutnya begitu penutup mata dilepas.

"Happy Birthday to You ... Happy Birthday to You ... Happy Birthday Dear Doppo ... Happy Birthday to You...."

Kau bernyanyi sambil menadah kue persegi. Jakurai dan Hifumi ikut merekani.

Ucapan selamat dan kado bergilir sampai. Maaf dan terima kasih satu paket dikembalikan. Jakurai dan Hifumi memancing setelahnya, dan kalian menonton di belakang. Jalinan festoon acak menerangi wajah.

"Kamu tidak turut menangkap ikan?"

Doppo sedikit kesusahan memotong kue.

"Kehadiran mereka saja sudah cukup untuk saya."

Tangan Doppo berhenti mengiris manis. Kalau ia lebih cepat menoleh ke kanan, hidungmu masih menempel di pipinya.

"Selamat ulang tahun, Doppo. Terima kasih sudah menjalani hidup sampai hari ini." Dari tas tenteng, kau mengeluarkan kotak kecil seukuran pena. "Aku tidak memohon untuk menghilangkan sifat pesimis yang mana kau hidup dengannya sampai hari ini. Tapi, selama suatu hal itu baik, aku mengharapkanmu untuk tidak pesimis terhadap permintaanmu kepada Tuhan."

Doppo meneguk air liurnya. Kau tidak tahu lebih baik menyuarakan 'tidak pesimis' atau 'optimis' seperti psikolog verbal. Namun kau yakin pesan itu sampai karena sebelumnya kau telah meminta tolong kepada sosok yang benar.

"Te-te-terima kasih."

Rambut Doppo tidak cukup panjang untuk menyamarkan semburat ranum di pipinya, apalagi yang sebelah kanan. Tapi biarlah. Kondisi sedang malam ini.

𝐢𝐧𝐯𝐞𝐫𝐬𝐞-𝐬𝐪𝐮𝐚𝐫𝐞 𝐥𝐚𝐰 ↯ kannonzaka doppoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang