::01

610 50 2
                                    

Mingyu mendatangi ku ketika kelas mulai sepi. Dia menyodorkan iPad nya menunjukkan dua gambar hoodie yang nanti nya akan menjadi seragam kelas kita.

"Menurut elo bagusan yang mana?" Bagiku kedua nya sama saja, yang membedakan hanya gambar pada bagian depannya saja. "Sama saja,"

Mingyu memandangku aneh, alisnya mengkerut, "sama dari mana? Jelas beda Yoon, yang ini hijau botol yang ini hitam," jelas sekali dia geram.

Aku memandang dua foto itu bergantian, serius, dari sudut pandangku keduanya sama saja.

"Pilih saja yang menurut lo bagus," kata ku.

"Elo kan ketua kelas nya, ngga bisa dong kalo gue yang nentuin,"

Aku baru mau menjawab ketika Taehyung mendatangi kami. "Kenapa?"

"Ini nih si Yoongi, masa gue nanya bagusan yang mana dia bilang sama aja." Taehyung melirikku sekilas, "Gue kira ada apa, coba gue liat,"

Mingyu menyodorkan iPadnya dan mereka mulai berdiskusi tanpa ku, dan berakhir Taehyung memutuskan warna yang menurut dia bagus, Taehyung itu mengerti fashion, jadi apapun pilihannya pasti lah bagus.

Taehyung duduk disampingku ketika Mingyu pergi membawa iPadnya.

"Kenapa?" Tanyanya halus. Aku menenggelamkan kepalaku dalam lipatan tangan, menggelengkan kepala sebagai jawaban. Taehyung mengelus puncak kepala ku.

Walau aku tidak bercerita dia selalu tau apa yang aku pikirkan atau aku rasa, dia lelaki yang cukup mengerti perasaan oranglain hanya dengan melihat, sebut saja dia peka.

***

Hujan turun ketika kami diperbolehkan pulang, Taehyung menjulurkan tangannya menampung air hujan lalu ia jatuhkan. Dia menatapku lalu mencipratkan sisa air di tangannya kepadaku, aku mengerutkan dahi.

"Apa sih Tae, kaya anak kecil aja,"

"Biarin, daripada dewasa sebelum waktunya," lagi, Taehyung menangkup air hujan lalu menyipratkannya padaku. Aku ikut menangkup air dengan kedua tanganku sampai penuh lalu menyiramkannya padanya yang lebih tinggi dari ku.

Aku tertawa melihat Taehyung berusaha menghindari air siramanku, ia protes padaku, tapi aku tidak peduli dan asyik membuatnya basah.

"Udah Yoon, udah." protesnya sambil melindungi wajahnya dari air hujan.

"Ga mau wlee,"

Lalu dua anak perempuan lewat didepanku dan Taehyung, melirik kita berdua sambil berbisik-bisik, aku lantas berhenti menyirami Taehyung.

"Udah terlanjur basah ni, daripada nunggu reda gak tau sampek kapan mending hujan-hujanan," aku menoleh pada Taehyung, dan kemudian jantungku berpacu. Dia mengelap wajahnya dengan ujung kaos olahraganya, membuat perutnya yang sudah terbentuk mengintip minta dielus.

Aku menahan diri untuk tidak meraba perutnya, walau mataku tidak bisa lepas darinya.

"Lo tadi bilang apa?" Aku mengangkat kepalaku menatap Taehyung yang juga menatapku dari ekor matanya, aku menggelengkan kepala ku lalu menatap lurus kedepan, sungguh aku tidak kuat menatap mata tajam itu.

Lama sudah kita menunggu hujan reda, tapi tak kunjung terjadi malah semakin deras, akhirnya aku nekat maju menerjang hujan.

"Yoongi!" teriak Taehyung memanggilku. "Balik!"

"Udah terlanjur basah! Nanggung kalo gak diterusin!" teriakku lebih kencang darinya.

Dia tampak bimbang antara menyusulku atau menunggu sampai reda, tapi akhirnya dia juga nekat menyusulku, aku tersenyum padanya. Akhirnya kami pulang dengan menerjang hujan, dan esoknya aku demam.

***

"Rasain, nekat sih." Taehyung pagi-pagi datang kerumah ku setelah tahu aku jatuh sakit, menyuapi ku bubur yang awalnya ogah banget aku sentuh, tapi dia memaksa dengan iming-iming kalau aku sembuh, di hari libur dia akan menemani ku jalan-jalan seharian.

Aku mengeratkan selimutku yang menelan seluruh tubuhku kecuali wajah tampanku, "ya gimana, lo mau nginep di sekolahan? gue sih ogah."

"Aw!" Taehyung menyentil jidatku dengan jari-jari panjangnya, aku meringis mengelus jidatku. "Ya gak hujan-hujanan juga bodoh, kan bisa pesen taxi online,"

"Anjir! kenapa gak kepikiran! kalo gitu gue pesen aja kemarin!"

"Bego sih, aduh." Ku lempar bantal ke muka Taehyung yang ganteng tapi ngeselin itu, dia menyingkirkan bantal dari pahanya, lalu menyuapiku lagi.

Ini lah mengapa aku suka bersahabat dengannya dari SD sampai kami SMA. Dia perhatian dan jarang marah, sesekali dia marah karena aku terlalu bandel untuk di nasehati, itu pun hanya sebentar setelahnya dia pun luluh.

"Suapan terakhir, abis itu gue bisa berangkat sekolah,"

Aku melirik jam di dinding, jam 7:11. Bel masuk berbunyi jam 7:30, Taehyung akan terlambat.

"Gak bolos aja? udah jam segitu," Taehyung melirik jam di dinding belakangnya lalu mendengus.

"Salah lo gak mau makan sendiri, telat kan gue,"

"Dih elo sendiri ya yang mau nyuapin gue, gue gak minta lo suapin!"

"Kalo gue gak nyuapin lo, lo gak bakal makan! dan akhirnya apa? bi Sooha yang bakal nelfon gue buat paksa lo makan,"

Aku diam seribu bahasa, Taehyung selalu menang kalau debat, pantes dipilih jadi perwakilan lomba debat sekolah.

Bubur sudah habis, dan setelah memastikan aku minum obat Taehyung pamit berangkat sekolah. Semoga pak Rudi mau buka gerbang buat dia.

"Pulang sekolah gue kesini lagi, awas aja gue dapet laporan lo belum makan dan minum obat,"

"Iya bawel,"

Taehyung pun pamit pergi, tak lupa menutup pintu, dan aku kembali tidur dengan selimut tebal kesayanganku.

***

ps: harap dimaklumi jika ada salah ketik atau ejaan kata. author cuma makhluk biasa🙏🙏

Terima kasih sudah mampir
Have a nice day/night

-Leinrd

Play Date[Taegi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang