Kali pertama Bintang datang berkunjung

99 12 0
                                    


Siang itu Bintang ke rumahku bersama Putra. Ku akui dia begitu keras kepala, meski sudah ku beri tahu jangan ke rumahku dengan berbagai macam alasan tapi ternyata dia tetap berani memunculkan batang hidungnya dihadapanku. Di rumahku pula.

Kaget sekaligus takut. Ayah ibuku adalah orangtua yang mengawasi betul pergaulan kedua anaknya. Jadi tak heran, jika mereka tidak sembarangan memperbolehkan kedua putrinya menerima tamu laki-laki jika tidak ada maksud yang penting. Ku rasa semua orangtua akan begitu, terlebih jika anaknya perempuan. Tapi bukan berarti orangtuaku menutup pintu rapat-rapat untuk tamu-tamu putrinya. Karna jika dengan tujuan yang jelas, orangtua ku pasti memperbolehkan juga. Ini yang membuat aku dan kakakku bisa menempatkan diri. Mana tamu yang boleh datang kerumah, mana yang ngga boleh.

Lagipula Bintang dan Putra datang diwaktu yang tepat. Untuk membahas kegiatan buka bersama kelas waktu itu. Jadi aman, kalo ditanya-tanya.

Ya, untuk orangtua aman. Tapi ternyata masih ada satu lagi nenek lampir yang tidak suka jika ada laki-laki yang datang ke rumah menemuiku. Ya, itu kakak perempuanku.

Entah mengapa dan sejak kapan kakakku anti dengan yang namanya laki-laki. Meski sudah ku jelaskan berkali-kali bahwa dia temanku, dia akan selalu tidak percaya. Penting baginya untuk memusuhi setiap teman laki-laki ku yang datang kerumah. Kali ini Bintang dan Putra lah mangsanya.

"Suruh masuk tamunya!", Kata kakakku dengan wajah yang tak mengenakkan. Iya, mimik wajah kakakku sangat kontras dengan ucapannya.

Dia menyuruhku mempersilahkan mereka masuk, tapi raut mukanya seakan berkata "ngapain mereka disini? Suruh pulang sana".

Tapi yaudahlah, setidaknya dia sudah mengijinkan curut-curut itu masuk.

"Ngapain sih kesini, kan janjiannya jam 9. Jam segini mah aku belum siap", gerutuku pada mereka.

"Nih, Bintang pingin cepet-cepet ketemu", kata Putra.

"Ga lah, ya gabut aja ga ada kerjaan, makanya kesini. Lagian kan kalo kita mintain uangnya agak pagian, pasti kan cepet kelar", kata Bintang pembelaan.

Ya, rencana kita waktu itu adalah memintai dana buka bersama kelas. Mendatangi rumah ke rumah sejumlah siswa sekelas. Karna aku bendahara kelas waktu itu, mau ngga mau aku harus ikut. Kalo bukan karna aku bendaharanya, mana sudi aku rela panas-panasan. Mending tidur-tiduran dirumah yakan.

"Tapi kan ga perlu kesini. Kita janjiannya juga ga disini", jawabku kesal.

"Udah-udah buru siap-siap. Udah ditungguin juga.", Lerai Putra.

"Hm, tunggu bentar", jawabku.

"Nah gitu dong, cepetan gausah dandan buat aku, paling juga ga cantik-cantik amat" ledek Bintang.

"Apaan sih, siapa juga yang dandan buat elu", jawabku nyolot.

"Udaaah, kalo gini kapan berangkatnya", kata Putra yang akhirnya kesal juga melihat kita tiap bertemu selalu bertengkar.

Kita memang selalu bertengkar untuk hal-hal kecil. Tapi lucunya, kita tak pernah saling menjauh waktu itu. Tidak seperti sekarang. Tidak saling bertengkar tetapi tak tahu kenapa tiba-tiba saling menjauh. Benar, lebih baik selalu bertengkar tapi tak pernah saling meninggalkan. Daripada berpura-pura baik-baik saja, tapi saling melepaskan.

Andai waktu itu bisa terulang ya. Ah apaan dah halu terosss.

"Udah, aku mau minta ijin kakakku dulu. Tunggu disini", kataku yang sudah siap untuk berpanas-panasan dalam keadaan puasa waktu itu.

Mereka meng-iya.

Karna ayah dan ibuku bekerja, mau tak mau aku harus ijin dengan kakakku. Ijin dengan seseorang yang ku pikir akan memasang wajah galak karena tahu, aku akan keluar dengan dua laki-laki yang entah baik atau buruk untukku. Aku menemuinya ketika sedang menjemur jemuran di halaman.

"Mba aku mau keluar", kataku.

"Mau kemana?", Tanyanya ketus.

"Mau keliling rumah temen, mintain uang buka bersama. Ga cuma sama dua orang ini kok. Nanti aku ajak temen cewe juga, ga aneh-aneh. Kalo udah selesai langsung pulang", jelasku panjang lebar supaya diijinkan.

Bisa bayangin kan, kalo ternyata ngga diijinin padahal udah didatengin rumahnya. Kan malu!!

"Ya", jawabnya ketus lagi.

Yes, setidaknya dibolehin uhuyy.

"TAPI GAUSAH ANEH-ANEH", Timpanya lagi. Ngotot pula.

"Iya iya", jawabku kesal. Memang dia pikir aku akan melakukan apa dengan kedua curut-curut ini. Huhh.

Setelah itu aku kembali ke ruang tamu. Berharap Bintang dan Putra tidak mendengar percakapanku dengan nenek lampir yang judes itu.

"Gimana Va? Diijinin?", Tanya Putra.

"Diijinin", jawabku singkat.

"Kakakmu tadi bilang apa, Va?", Sahut Bintang

Deg, apa Bintang dan Putra barusan dengar? Ah malunya aku.

"Gapapa, cuman tadi kakakku pesen jangan aneh-aneh", jawabku yang tak butuh pertanyaan lagi.

"Ohh", jawab Bintang.

Leganya, ternyata cuma sampai disini percakapannya hahaha.

"Oh iya Va, kakakmu nanti mau kemana?", Tanya Bintang lagi.

Hah, kenapa dia tanya kegiatan kakakku.

"Gatau, tapi katanya juga mau keluar. Ada urusan kampus mungkin", jawabku.

"Bilangin Va"

"Apa?"

"Jangan aneh-aneh", jawab Bintang menirukan nada bicara kakakku.

Allahu!!! Kenapa kamu lucu Bintaaaaaaang.

"Ga lah, gila aja", jawabku. Kita bertiga tertawa.

Selalu ada cara untuk Bintang membuatku tertawa. Bahkan dengan hal yang ku rasa tidak akan terpikir oleh manusia lain di dunia. Hanya dia yang bisa. Hanya dia yang bisa menjadikan semua hal menjadi lebih menyenangkan. Hanya dia yang bisa menyenangkanku, sesedarhana apapun caranya.

Benar memang. Setiap orang diciptakan berbeda satu sama lain. Dan sejauh ini, tidak ada yang sama seperti Bintang. Bintang tetaplah makhluk istimewa yang Tuhan ijinkan untuk menemuiku. Namun sayang, mungkin Bintang tidak diijinkan untuk membersamaiku sekarang. Tidak tahu besuk atau lusa. Doain ya ehehe.

🌻🌻🌻

Author's notes : Hai, nyenengin Aliva tu ternyata gampang ya. Oh iya, siapa disini yang punya kakak sifatnya mirip kakaknya Aliva hayo? Wkwk

Rampung yang RumpangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang