Sehun sudah berjalan selama 2 jam tanpa tujuan. Ia terus melangkahkan kakinya sesuai hatinya mau. Pikirannya kosong, ia tidak peduli dengan sekitarnya. Hantu pun enggan mengganggunya.
Wajah pucat Sehun terlihat semakin pucat karna ia tidak makan sejak tadi malam. Ekspresi datarnya ditambah kantung mata yang terlihat membuat orang-orang berfikiran bahwa pria pucat ini sedang depresi.
Tapi memang begitu, ia depresi. Tenang, bukan depresi berat yang membuat orang menjadi gila. Ia masih waras, setidaknya hal itu membuatnya lega.
Sehun menghela nafasnya. Ia melihat sekitar, ternyata kakinya membawanya ke tepi jurang yang berada di pinggir kota. Jauh dari keramaian.
Matahari yang masih bersinar tetapi langitnya sudah berwarna jingga menandakan hari sudah sore. Tempat ini sangat cantik.
Pikirannya berkelana mengingat kehidupannya yang sangat menyedihkan. Ia terlahir di keluarga yang bisa dikatakan tidak baik. Ibunya seorang pelacur dan ayahnya seorang penjudi, huh kombinasi yang sangat epic. Orang tuanya selalu bertengkar ntah masalah uang, orang ketiga, dan dirinya. Ya, Sehun bisa menjadi perdebatan kedua orangtuanya itu.
"Urus anakmu itu! Untuk apa kau melahirkannya kalau tidak bisa merawatnya!?" Teriak ayah Sehun setelah melempar bingkai di sampingnya.
"Kau kira merawat anak tidak membutuhkan uang!? Kau tidak pernah memberiku uang untuk menghidupi anak itu. Kau sibuk dengan perjudian mu!" Balas Ibu Sehun dengan wajah yang memerah karna emosi.
Sehun mengurung diri di kamarnya. Ia sudah terbiasa dengan hal ini. Saking seringnya sampai tidak ada air mata lagi yang bisa keluar hanya ekspresi dingin yang dia tampakkan. Hatinya sudah sekeras batu akibat kehidupannya ini.
Helaan nafas terdengar lagi dari pria pucat itu. Ia tidak menyalahkan Tuhan karna memberikan kehidupan seperti ini. Ia hanya merasa Tuhan tidak berlaku adil padanya. Dimulai dari keluarga yang buruk, dibully di kampus, sampai menjadi bahan taruhan orang-orang picik di kampusnya.
Cih, muak. Itu yang dirasakannya sekarang. Muak dengan semua hal yang terjadi padanya. Sehun menatap lurus kedepan, langkahnya perlahan maju hingga kepinggir jurang.
"Neraka, aku datang." Gumam Sehun
Satu langkah lagi ia akan jatuh ke jurang tetapi ada suara lain yang membuatnya berhenti.
"Bodoh."
Sehun berbalik. Disana terlihat pria berkulit tan eksotis, rambut berwarna putih yang acak-acakan, dan jangan lupakan bibir tebal yang menggoda untuk dicium kapan saja sedang bersandar di salah satu pohon yang berjarak tidak jauh dari Sehun. Cukup tampan, aku Sehun dalam hatinya.
"Mau apa kau? Apa kau mau mati juga?" Tanya Sehun datar
Pemuda itu terkekeh kemudian menyeringai. Dalam sekejap pemuda tan itu sudah berada di depan Sehun dengan jarak yang sangat dekat.
"Jangan main-main dengan kematian." Ucapnya membuat bulu kuduk Sehun merinding.
Dengan gerakan yang sangat cepat pemuda itu sudah menarik Sehun menjauh dari pinggir jurang.
Sehun melepas cengkraman pemuda itu lalu menatapnya dengan kesal.
"Jangan mengganggu ku. Aku ingin mati, jadi jangan sok pahlawan dengan menolong ku."
"Siapa yang menolongmu?"
"Huh?"
Sehun bingung, pria ini cukup tampan tetapi juga aneh. Apa maunya?
"Ah, aku tau. Kau salah satu dari orang-orang picik yang selalu membully ku di kampus kan? Kau disini untuk membully ku kan? Baiklah, lakukan saja. Setelah kau selasai, langsung buang aku ke jurang itu. Ayo cepat, aku malas menunggu."
Pemuda itu hanya terkekeh, "aku bukan manusia."
"Lalu kau apa? Hantu?" Balas Sehun dengan tangan yang bersedekap di depan dadanya.
"Bukan."
Pemuda itu menyeringai lebar dan memperlihatkan kedua taringnya yang tajam. Sehun masih menatapnya dengan datar tanpa ada sedikit pun ketakutan disana seperti sedang melihat badut.
"Ya, kau vampir. Lalu? Apa kau ingin menghisap darah ku? Lakukan lah. Aku sudah lelah hidup, sedot darah ku hingga benar-benar habis." Sehun melonggarkan kerahnya sehingga terlihat lehernya yang putih bersih tanpa goresan.
Vampir itu tertegun. Ia baru kali ini bertemu dengan manusia yang tidak lari saat melihat taringnya. Pemuda pucat di depannya ini malah dengan santainya menawarkan darahnya, bahkan semua darahnya. Apa dia sangat frustasi dengan hidupnya?
Pemuda itu menyembunyikan taringnya lalu tersenyum kecil, "kau unik."
Sehun mengerutkan dahinya, "apa maksudmu vampir? Sudah lakukan cepat."
"Tidak"
"Apa?"
Sehun mendengus mendengar jawaban vampir di depannya ini. Ternyata bukan manusia saja yang jijik padanya, tetapi makhluk supra natural seperti vampir ini juga tidak mau menghisap darahnya.
"Terserah, aku mau loncat saja."
"Hei"
Tangan Sehun ditahan oleh vampir itu. Dengan enggan Sehun kembali menghadap ke arahnya.
"Apa lagi vampir? Biarkan saja aku mati. Tidak ada yang peduli dengan ku." Lirih Sehun
"Berhenti memanggil ku vampir."
"Kan kau memang vampir." Sehun memiringkan kepalanya yang membuatnya terlihat menggemaskan di mata vampir tampan itu.
"Panggil aku Kai."
.
.
.
.
.
.TBC
Vomen juseyo~~~ Masih minat gaa??🧐 Langsung aku up chap 1 ya hahahaha kalo banyak yang minat, skuyy aku lanjut~
Visual Kai kayak gini yaa😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate
FanfictionSehun sudah muak dengan hidupnya. Ia berfikir untuk mengakhiri hidupnya saja toh tidak ada yang peduli dengannya. Tetapi, terkadang takdir suka mempermainkannya.