3. _Love Changed Him

4 0 0
                                    


"Ya! Kim Taehyung!"

Panggilan Park Jimin langsung membuat langkah kaki buru-buru Taehyung berhenti. Pemuda itu lantas menoleh, menunggu temannya berjalan kearahnya.

"Jungkook. . .apa dia baik-baik saja?" tanya Jimin saat tubuhnya sudah berjalan berdampingan dengan Taehyung.

Taehyung diam, tak menjawab.

Menangkap ada yang tidak beres langkah kaki Jimin terhenti, nada suaranya kemudian meninggi, "What the fuck are you doing with him!?"

Taehyung ikut berhenti, menghadap lurus Jimin. "Ya! Kenapa jadi aku!?" balas pemuda itu tersinggung.

"Karena aku lihat kalian berdua canggung satu sama lain saat rapat tadi. Kau seolah menghindari matanya," tangan Jimin menunjuk manik mata Taehyung, "Don't tell me shit because i smell better than you both."

Taehyung menghela napas lelah. Pikirannya sekarang campur aduk, pemuda itu bahkan lupa kalau dia harus mengumpulkan berkas rapat tadi sesegera mungkin. Jimin terlalu mudah untuk menebak keadaan dan Taehyung terlalu mudah dibaca.

Tidak, Jimin terlalu mudah membaca mereka semua.

Ditepisnya jari telunjuk Jimin, "Panjang. Aku terlalu malas untuk mengingatnya lagi. He's not him. His not living at his best."

"Ok. Intinya?" Kata Jimin tak sabar.

Pemuda didepannya menatap Jimin, menyerah.

"Dasar keras kepala!" Taehyung menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Ok. Aku bertemu dengannya di lift tadi pagi. Dan kau tau apa? Dia masih mabuk. Persis seperti yang kau bilang semalam. Aku bilang padanya untuk berenti mabuk dan dia marah saat aku bilang relakan Hana. Dia tarik kerah bajuku. He's so pissed, i thought? Kau lihat kan dia langsung pergi entah kemana tadi?"

"He's still denial after all. Why don't you just give him time to spare? Bukan malah berkata seperti itu!"

Gantian, Jimin mencengkram kerah Taehyung dan Taehyung terima saja. Karena emang salahnya sudah berkata demikian. Pikirannya diluar kendali, kata-kata tadi pagi benar-benar keluar begitu saja tanpa bisa ditahan.

"Karena memang sudah waktunya, Jim. Apa aku salah?"

Logika Jimin kembali, pemuda itu menghela napas. Melepaskan cengkraman kerah baju Taehyung kemudian menyandarkan punggungnya di dinding. Wajahnya menunduk tampak berpikir.

Beberapa karyawan lewat membungkuk sebentar pada mereka berdua yang langsung dibalas anggukan singkat.

Jimin kembali membuka suara, "No, you dont. Kau benar untuk melarang dia berhenti minum. Aku setuju. He's already fucked up for a couple months. He's aint love his body anymore. Aku setuju akan itu."

Untuk kedua kalinya Taehyung membenarkan kerah kemejanya yang bertambah kusut. Ah.. semua orang hari ini suka sekali dengan kerah bajunya. "Berarti benar kan? Makanya aku bilang padanya untuk segera melupakan Hana."

"Ya!" Jimin mengeram,"Bagian itu kau salah besar. Mereka baru menikah dan kau tau Jungkook terlalu mencintai Hana."

Nada suara Taehyung perlahan meninggi. "Ara! Nan a neundae! Geundae jimin-ah . . . . coba kau lihat dia, dia bukan Jungkook yang kita kenal. Terserah pada jabatannya, aku bicara soal Jeon Jungkook. Temanku. Teman kita sejak lama. Did you lost your sight? Love changed him!"

"Jadi, kau bilang Hana berubahnya?" tanya Jimin.

"Tidak?"

"Tapi nyatanya Hana is his love?" tanya Jimin lagi. Jujur, dia lelah dan ingin menyudahi percakapan menyebalkan ini.

"Tapi kenapa Hana ninggalin dia?"

Okay. Lagi-lagi Taehyung salah omong.

Jimin menatap Taehyung tak percaya. Matanya menyalak kaget. Speechless. Pemuda itu mendengus keras. Memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa pening. Ada apa dengan isi kepala manusia satu ini. Jimin benar-benar tak habis pikir.

"Ya! Neo sul meoggeonya? Kita semua tau bagaimana ceritanya? Neo wae geurae?"

"Aish! Aku capek! I'm just tired seeing Jungkook walking like a dead man alive. I miss him at his best!"

Jimin mengacak-acak rambutnya sedangkan Taehyung memalingkan wajahnya kelain arah, enggan menatap Jimin. Emosi memenuhi mereka berdua. Tidak sepantasnya mereka adu mulut ditengah koridor seperti ini. Sekertaris Jungkook bahkan sudah berinisiatif keluar sejak tadi untuk memberi mereka berdua privasi. Seolah hal itu adalah hal biasa baginya.

Sejujurnya obrolan ini sangat sensitif bagi mereka semua. Mereka tidak bisa melakukan apapun. Tidak pernah ada habisnya. Tidak ada solusi yang bagus. Tidak ada jalan keluarnya.

Ah...ada.

Namun sulit.

Terutama bagi Jungkook.

Sebagai temannya, mereka berdua hanya ingin Jungkook bahagia. Kembali sebagai Jungkook yang dulu. Hidup normal seperti biasanya. Bahkan Taehyung sangat amat rindu senyum itu, yang entah sejak kapan terakhir kali mereka melihatnya. Merindukan Jungkook yang polos dan ceria.

Dering handphone Jimin menginterupsi keheningan diantara mereka berdua. Jimin merogoh sakunya. Matanya sekilas melirik arlojinya. Sudah hampir jam makan siang.

"Eoh..hyung," katanya saat handphone sudah menempel ditelinga, "Aku dan Taehyung masih didepan ruang rapat. Ada apa?"

Taehyung menatap Jimin dengan rasa ingin tau.

"Jungkookieyo? Handphonenya tidak aktif?" katanya. Matanya Jimin seolah bertanya dimana pada Taehyung yang dibalas oleh bisikan 'tidak tau'.

"Sepertinya dikantornya," kata Jimin tidak yakin. "Arasseoyo hyung. Ketemu di sana aja. Aku cari Jungkook dulu. Nee," katanya. Sambungan kemudian terputus.

Matanya beralih pada Taehyung yang masih menatap Jimin dengan rasa ingin tau. "Ayo cari Jungkook. Seokjin hyung mengajak kita makan siang bersama dengan klien rapat tadi."

***

To be continue....

Setelah bertaun taun cuma baca akhirnya berani ngambil genre angst.

Jangan lupa votement guys. I love u.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

💍𝓋𝑒𝓇𝓉𝒾𝓂𝑒 // JK [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang