Jeon Jungkook menyesap kopinya perlahan setelah akhirnya dapat melepaskan diri dari rapat yang membahas hal yang sama sejak seminggu yang lalu. Dilonggarkannya dasi yang terasa mencekik leher. Matanya memandang langit yang terlalu biru, cerlalu cerah rasanya ia ingin marah.Perkataan Kim Taehyung tadi pagi benar-benar membuat suasana hatinya memburuk. Apa maksudnya berkata begitu.
Kim Hana pasti pulang!
Kenapa semua orang berkata yang tidak tidak!
Semilir angin bertiup, lelaki itu kemudian mencoba memejamkan matanya. Memori memori tentang istrinya perlahan memenuhi kepala.
***
Saat itu hujan, Jeon Jungkook yang bangun kesiangan berlari terburu-buru dengan payung yang hampir terbang terbawa angin menuju kelas profesor Kim. Kelas yang akhirnya dapat diikutinya dengan bantuin Kim Seokjin selaku 'orang dalam.'
Setengah badan yang tak tertutup payung kekecilan itu basah kuyup tapi untunglah dirinya tidak terlambat. Kim Seokjin menyambutnya dengan lambaian tangan, pemuda itu berjalan mendekat kemudian menepuk pundak seniornya sebelum akhirnya duduk.
"Barusan professor bilang, kau bisa ditendang dari kelas ini kalau kau telat sekali lagi. Untunglah kau datang tepat waktu."
Jeon Jungkook mengeluarkan buku catatannya tanpa menghiraukan ocehan Kim Seokjin yang sekarang sudah merembet ke gadis yang ia sukai di jurusan sebelah. Jungkook masih bingung bagaimana dirinya bisa dekat dengan orang ini. Jujur saja, tingkahnya tidak seperti pemuda seumurannya.
Profesor Kim–sekaligus ayah dari Kim Seokjin–masih sibuk menyiapkan materi yang akan diajarkan hari ini. Kelas akan dimulai beberapa saat lagi, bangku-bangku sudah sepenuhnya terisi.
Tangan Jungkook kemudian meraba saku celananya. Wajahnya seketika berubah panik saat diketahui dompetnya tidak ada pada tempatnya. Padahal seingatnya tadi sudah taruhnya dengan benar saat mengeluarkan kartu bis.
"Kenapa? Ada apa?"
"Dompetku hilang."
"Bagaimana bisa? Nomor Yuri? Bagaimana dengan nomor Yuri?"
"Kuselipkan didalam sana. Kenapa hyung malah memikirkan nomor Yuri!"
"YA! Bagaimana kau..."
Jungkook sudah tidak lagi mendengarkan ocehan Seokjin yang beradu dengan suara profesor Kim ditengah kelas saat tiba-tiba handphonenya bergetar menandakan sebuah pesan masuk.
Matanya kemudian beralih pada handphonenya, pesan dari nomor tidak dikenal tertera pada layar.
Permisi? Aku menemukan dompetmu didepan toko buku dekat halte bus. Bisa temui aku digerbang kampus sekarang?
Jungkook langsung bangkit dari duduknya begitu selesai mengetik kata 'iya' , mengabaikan teriakan tertahan dari Kim Seokjin dan tatapan bingung prof Kim ditengah Kelas saat pemuda itu perlahan membuka pintu dan keluar.
Masa bodo, daripada ia harus kelaparan sampai dua minggu kedepan. Keuangan keluarganya di Busan sedang tidak baik dan betapa merepotkannya harus melaporkan kehilangan identitas diri.
Pemuda itu terpaksa berlari menuruni tangga karena antrian elevator yang tak kunjung usai. Beberapa kali dirinya meminta maaf setelah tidak sengaja menabrak bahu orang orang.
Sesampainya didepan gerbang, matanya memindai sekeliling. Mencari siapa kira-kira orang yang mengiriminya pesan barusan. Salahnya tidak menanyakajn lebih jelas ciri-ciri si pengirim pesan. Jungkook menarik napas dalam-dalam, membenarkan napasnya yang tak beraturan.
Matanya kemudian bertemu pandang dengan sesosok gadis yang tengah menatapnya lekat dari jarak tiga meter, berlindung dibawah pilar gerbang.
Naluri Jungkook seolah menyuruh dirinya menghampiri gadis itu. Dengan rambut yang sedikit kuyup dan napas yang masih menderu kakinya melangkah mendekat.
"Permisi...dompet?" katanya, saat tubuhnya sudah berhadapan dengan gadis itu.
Bibir gadis itu terbuka menyeruhkan kata 'ah' tanpa suara, matanya melebar. Dengan terburu-buru memasukkan tangannya kedalam tas yang dibawanya, menjatuhkan payung yang dipegangnya tanpa sadar.
Dengan sigap Jungkook menangkap payung itu sebelum jatuh kejalanan, memayungi gadis yang tengah sibuk menyari miliknya didalam bahunya.
"Ah maaf...terimakasih," dikeluarkannya dompet Jungkook dari dalam tasnya, lalu memberikannya pada pemuda itu, "Ini. Maaf kalau lancang, aku menghubungimu lewat kartu nama didalam dompet ini. Aku memanggimu berkali-kali setelah kau turun dari bus tadi, tapi mungkin suaraku kurang keras."
"Ah..maafkan aku. Aku sedang terburu-buru mengikuti kelas Prof.Kim hari ini," balas Jungkook saat dompetnya telah berpindah ketangannya, tangan jungkook yang lain kemudian menyerahkan payung gadis itu, "Ini milikmu."
"Ah..terimakasih. Justru aku yang meminta maaf, kalau saja aku tau aku akan mengembalikannya setelah kelas. Ku dengar, Prof. Kim sangat tegas pada mahasiswanya."
"Tidak apa-apa, terimakasih,"
"Hmm...karena dompetnya sudah ada padamu, jadi aku harus pergi sekarang," pamit seraya membungkuk sopan. Jungkook mengangguk seraya balas membungkuk sebentar.
Gadis itu perlahan berbalik, membelah hujan yang semakin deras. Dengan tersenyum, Jungkook memandangi punggung gadis itu menjauh.
***
To be continue...
Happy 7th Anniversary BTS. Keep trusting each other. 7 to eternity.
Jungkook: sampai 700 tahun, kita kan gak akan mati🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
💍𝓋𝑒𝓇𝓉𝒾𝓂𝑒 // JK [ON HOLD]
Fanfiction[ON HOLD] sampe banyak yang baca wkwkwkwkwk Jungkook belum bisa melupakan Hana. Sampai suatu hari, koleganya memberi kejutan ulang tahun di kantor dan segalanya makin terasa sulit. Mei 2020