after party.

776 68 7
                                    

07.10 a.m.

Cahaya matari menembus dari celah tirai, kelopak mata Fighter yang terkena cahaya mengerjap. Silau. Ia meregangkan badannya, kepalanya masih agak pusing karena sisa mabuk semalam. Di sampingnya ada Tutor yang  masih tidur menyamping tanpa atasan.

Tungguㅡ

Tanpa atasan?

Fighter segera bangkit dengan memegangi kepala yang terasa berputar. Mengintip sedikit ke dalam selimut dan benar saja, dia tak tertutup benang sehelaipun. Mahasiswa tingkat 3 itu berinisiatif untuk lebih dulu membersihkan diri sembari mengingat apa yang terjadi semalam akan tetapi baru saja akan bergerak, Tutor bangun.

"Umh... Kak Fight?" matanya mengerjap, membiasakan cahaya terang yang masuk ke matanya. Mengambil posisi telentang sembari meregangkan badan. Kepalanya rasanya berat sekali.

Fighter memalingkan wajah dari pemandangan indah di depannyaㅡTutor dan dada mulusnya yang putih bersih.

Fighter membatu, bagaimana ia bisa keluar dari selimut dengan Tutor yang bangun? Apa ia harus berlari ke kamar mandi dengan telanjang? Matanya melirik sana sini mencari sesuatu untuk menutupi bagian bawah agar bisa kabur ke kamar mandi, tapi pakaian mereka semalam berada jauh dari jangkauannya.

"Kak Fight kenapㅡ" Tutor merasakan ada yang aneh. Kenapa kulitnya bersentuhan langsung dengan selimut?

Fighter menutup wajahnya dengan tangan saat Tutor menyibak selimut.

"AAAAAAKKHH! KOK! INI KOK! HEI!!!"

Fighter menutup telinga saat Tutor berteriak heboh. Tutor kembali memegangi kepalanya yang terasa sakit, tangannya langsung memblok pergerakan Fighter yang ingin menolongnya.

"Uh... Gue..." Fighter mengusap tengkuk, gugup. Wajahnya sangat merah sekarang. "Gue mau pulang." Yang lebih tua memunguti baju-bajunya secepat yang ia bisa dan memakainya. Ia terdiam diambang pintu, membelakangi Tutor yang masih membeku di tempat tidur. Lalu pergi tanpa berpamitan lagi.

Fighter menutup pintu. Tangannya mengusap wajah. Serius, apa yang terjadi semalam?

"FIGHT!" teriakan Saifah membuat Fighter menoleh. "Kok lu kemaren cabut duluan sih?!" tangannya terulur menyerahkan kunci pada empunya. Ia bersiap untuk memisuhi Fighter lagi tapi Fighter menghentikan kalimatnya.

"Diem. Gue mau pulang." Fighter berlalu.

"Heh! Fight! Setidaknya jelasin dulu kenapa lu ninggalin gue sama Zon anjir. Fight! Fight!"

Pintu lift tertutup, menyisakan Saifah yang masih misuh. "Gila tu orang. Kok bisa gue sepupuan sama dia."

.

Perasaan Fighter benar-benar kacau. Ia tidak seharusnya meninggalkan Tutor begitu saja tapi ia juga tidak tahan dengan atmosfer janggal yang melingkupi mereka, apalagi dengan keadaan seperti itu. Tanpa busana. Fighter membenturkan kepalanya ke kemudi mobil, untung sedang lampu merah.

Mobil kembali melaju menuju kawasan tempat tinggal Fighter. Benar-benar kacau.

"Fight? Kau pulang?" ayah Fighter yang menyapa. Ia sedang duduk di ruang tamu.

"Hmmm..." Fighter berlalu menuju kamarnya, ia ingin cepat-cepat mandi.

Guyuran air rasanya membuat kepalanya lebih ringan. Ia membiarkan dirinya berdiri dibawah shower beberapa lama. Sesekali menghela napas berat. Kenapa ia tidak bisa mengingat apapun?

Fighter merebahkan diri di kasur setelah selesai berpakaian. Rambutnya yang masih basah membuat cetakan air di sarung bantal. Ia menutupkan bantal lain ke wajah dan berteriak sekuatnya.

"Gue sebenernya kenapa sih?!" ia duduk. Perasaannya benar-benar tidak dapat diartikan.

Kembali menjatuhkan kepala pada bantal, Fighter memejamkan mata. Semoga semua ini hanya mimpi.

.

Situasi tak jauh berbeda dialami Tutor. Sejak selesai mandi tadi, ia hanya duduk bersandar di atas ranjang. Matanya kosong menerawang, mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi hingga mereka bangun seperti itu.

"Apa aku salah ambil minuman dan mabuk?" Tutor memiringkan kepala. Ia memang merasa ada aroma alkohol yang menguar dari pakaiannya tadi malam, juga darinya. Kakinya menendang-nendang selimut hingga jatuh.

Matanya melirik pada ponsel yang berbunyi, ternyata hanya notifikasi dari official account dari line. Kenapa Fighter tidak juga menghubunginya?

.

"Kunci mobil udah diambil Fighter?" Zon berteriak dari kamar mandi, masih di apartemen Saifah.

"Hm, tadi ketemu di depan kamar Tutor."

"Kamu tanyain ga kenapa kita ditinggal?" Zon akhirnya bergabung dengan Saifah di kasur.

Saifah cemberut. "Sudah, tapi ga dijawab.  Malah melengos gitu aja. Nyebelin banget si pucet."

Zon tertawa, "hei, dia sepupu kamu loh!"

"Bodo." masih cemberut, Saifah memeluk pinggang Zon. "Aku mau kelon sama dedek aja."

"Palamu dedek."

.
.
.

Pengen cepet2 tamatin trus nyelesaiin skripsi. Biar bisa nulis dg free tanpa dikejar deadline.  Doain lancar yak. Jangan sungkan buat ngritik kalo ceritanya kurang kena feelnya.

Sincerely,

Neguro

FighterTutor: Friend? (finished)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang