Kring....kring.....kring...
Suara alarm membangunkan seorang gadis cantik dari tidur nyenyaknya.
"Eughm..." Erangnya sambil mengucek mata dan berusaha mengumpulkan kesadarannya, Jessi memandangi langit-langit kamarnya yang dominan berwarna putih.
Ia sering melakukan ini setiap bangun tidur untuk memikirkan kegiatan apa saja yang akan ia lakukan, tiba-tiba ia teringat bahwa ini adalah hari pertamanya untuk bekerja.
"Aaaaaaaa" Jessi meloncat dari posisi tidurnya dan langsung menyambar handuk untuk melakukan ritual mandinya pagi ini.
~10menit kemudian
Saat telah selesai mandi Jessi mengambil stelan baju yang akan ia gunakan di hari pertama nya ia bekerja.
Saat ini ia memilih untuk menggunakan kaos yang ditutupi blezer terlihat sangat sederhana namun sempurna.
"Cantik" gumamnya setelah memoles wajahnya dengan riasan yang tipis dan terlihat sangat cocok dengan wajah oriental nya. Ia pun segera bergegas menuju dapur dan berniat menyiapkan sarapan untuk sang kakak.
"Kakakkk where are you dear" teriaknya saat menuruni anak tangga menuju meja makan.
"Tuan belum turun non" bi Inah yang mendengar teriakkan Jessi langsung muncul dari dapur dengan sarapan di tangannya.
"Ouuu sini bi aku bantuin" Jessi mengambil alih piring yang bi Inah bawa.
"Bibi ambil kopinya tuan dulu ya non"
"Okeyy" saat ini Jessi sedang sibuk menyiapkan sarapan untuknya dan juga sang kaka. Hingga suara seorang lelaki dewasa mengehentikan aktifitasnya.
"Hy marmut kecil " Jo yang sedang menuruni anak tangga dengan stelan kemeja putih lengkap dengan tuxedo dan jas berwarna hitam lengkap dengan dasi yang senada.
"You look happy today, what's wrong hum?" Saat ini Jo sedang memperhatikan wajah sang adik yang terlihat bahagia, padahal baru semalam ia menangis karena ditinggal oleh kedua orang tuanya pindah ke Jogya.
" of course, this is my first day off to work"
Jessi tersenyum sumringah menjawab pertanyaan sang Kaka."Good luck dear" dengan usil Jo mengacak rambut Jessi hingga membuat nya manyun 3cm.
"Kaa" Jessi merengek dengan tingkah laku sang Kaka.
"Sorry" Jo hanya nyengir kuda dan langsung menyantap hidangan yang disediakan.
"Ka, hari ini aku naik motor aja ya" aku berharap kali ini ka Jo mengizinkanku untuk membawa motor sendiri.
" Bikin SIM dulu baru gw izinin" Jo langsung mengehentikan sarapannya dan menyambar tablet yang disampingnya untuk segera bergegas berangkat menuju kantor, sebelum ia berdebat dengan Jessi. "Hari ini biar pak
Narto yang nganter" ucapnya dengan tegas tak terbantahkan."Ta-pi kan.." ucapannya terhenti saat Jo mencium pucuk kepala Jessi dan langsung melangkahkan kakinya menuju pintu utama.
"Engga bantah de, nanti kalo ada apa-apa langsung kabari aja" teriak Jo sambil berjalan meninggalkan Jessi.
"Edan!" Umpatnya dengan kelakuan sang kaka.
Tidak berselang lama pak. Narto menghampiriku dengan sopan.
"Non, kata tuan hari saya yang anterin non Jessi""Aa-a iya pak, bapak udah sarapan belum?" Tanyaku kepada pak Narto yang sudah mengabdi hampir 20 tahun lamanya.
"Eeh engga perlu non, saya permisi mau nyiapin mobil dulu" ia pamit dari hadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
the destiny of God
General Fiction[On going] Ada yang diam-diam masih menaruh harap, dia begitu rajin memintamu dalam doa di setiap malamnya. Meski dia tau, bahwa terkabulnya doa itu jauh dari kata mungkin. Menceritakan seorang gadis cantik yang mencintai seorang pria sementara sang...