𝘾𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧 3

57 10 25
                                    

📍Seoul. 2020 . Lee Arin, 23 tahun
______________________________

"Arin udah siap semua belum barang nya sayang?" Tanya seorang wanita yang sudah bisa dibilang tua tapi awet muda, kepada anaknya.

"Belum eomma, tolong ambilkan kunci gembok untuk kopernya eomma," Eomma Arin mengangguk dan segera mengambilkan kunci dari gembok koper Arin.

Setelah mendapatkan kunci gembok dari eommanya, Arin segera mengunci kopernya tersebut. Lalu dia berdiri dan mengangkat kopernya menuju ruang tamu.

Semenjak lulus SMA, Arin memutuskan untuk pindah ke sebuah apartemen yang bisa dibilang mewah di daerah Seoul. Karna dia memang berkuliah di kota Seoul, dan juga usaha untuk melupakan dia.

"Arin, udah selesai beres beres barang yang bakalan dibawa ke Paris?" Tanya appa tiri namun sudah dianggap appa kandung oleh Arin sendiri.

"Sudah appa, apa aku berangkat sekarang saja ya? Takutnya ketinggalan pesawat."

"Sekarang aja eonnie, tau sendiri kan dari apartemen eonnie menuju bandara  berjarak cukup jauh. Nanti Yeri aja yang nganterin, biar appa sama eomma dirumah aja." Ujar Yeri, masih ingat Yeri kan?

Appa, Eomma, dan Arin mengangguk dengan kompak. Appa itu sudah sakit sakitan, jadi lebih baik dirumah saja, dan Eomma menjaga appa.

"Baiklah, ayo Yerim kita pergi sekarang, Eomma appa kita Arin izin pergi ke Paris 3 bulan ya,"

"Iya sayang, jangan lupa selalu hubungi kami bertiga ya!" Jawab Eomma.

"Arin, kamera yang itu nggak kamu bawa nak?" Ucap appa sembari menunjuk kamera yang lumayan jadul namun terlihat aesthetic tersebut. Arin hanya menatapnya dengan tatapan sayu.

Tadinya dia akan pura pura lupa dengan kamera tersebut supaya tidak terpikirkan akan membawanya. Karna dia sudah mempunyai kamera yang lebih canggih, dan satu lagi. Kamera tersebut menyimpan banyak kenangan bersama Dia.

"Eon? Nggak diambil kameranya?" Tanya Yeri sembari menepuk pelan bahu Arin. Arin hanya tersenyum dan reflek mengambil kamera tersebut lalu memasukannya kedalam tas kecilnya.

"Sudah, ayo kita pergi."

***
📍Incheon Airport. 09.00.

"Yeri, eonnie pergi dulu ya! Udah boleh masuk pesawat tuh."

"Yah Cepet banget. Yaudah deh, eonnie hati hati ya! Tenang aja, nanti kalau eonnie nyasar di Paris tinggal telfon asisten yang appa kirim."

"Asisten? Maksud dari asisten apa?"

"Itu loh eonnie, kaya bibi aya gitu. Tapi kalo bibi aya kan nyiapin semua nya, kalo asisten disana nanti cuma bertindak kalo ada perintah dari eonnie." Aku hanya mengangguk tanda paham oleh kalimat Yeri.

Kami pun berpelukan singkat, dan aku membungkuk kecil ke arah bibi aya yang kebetulan juga ikut mengantar. Lalu aku berjalan ke ruang tunggu lalu segera memperlihatkan tiketku dan aku pun masuk ke pesawat. Sesampainya didalam pesawat, aku duduk di kursi dekat jendela, samping ku kosong, Karna memang akhir akhir ini penerbangan memang sedang sepi.

Aku menatap keluar jendela sambil bergumam,

"Kim Taehyung, bagaimana kabarmu?"

***
📍Paris, 20.55

Arin turun dari pesawat sambil membawa kopernya dan masuk ke ruang pengambilan barang. Dia ingin sekali melihat lihat bandara di negara selain Korea itu, namun matanya sudah sangat berat dan badannya juga sudah lemas. Bagaimana tidak lemas, kalau perjalanan tadi memakan waktu 11 jam 55 menit.

𝗠𝗶𝗿𝗮𝗰𝗹𝗲 𝗜𝗻 𝗣𝗮𝗿𝗶𝘀 ☽ KTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang