Hari ke-37 di perantauan. Tak terlalu jauh dari rumah memang, tapi aku banyak belajar.
Kamu tahu? Aku selalu mengagumi orang-orang yang hidup dan menghirup udara yang tak sama dengan sanak keluarga mereka, seberapapun jauhnya.
Hidup di perantauan bukan hanya sekedar makan dan tidur sendiri, ada makna tak kasat mata yang lebih dari itu;
Kamu dituntut untuk beradaptasi--cepat menyesuaikan diri. Kamu memapah beban baru, memecut diri untuk menjadi pribadi yang lebih mandiri. Kamu harus selalu memiliki nyala api dalam hati, yang akan menghangatkan dirimu ketika kamu lelah dan tak berdaya.
Untuk kamu yang sedang berlari, selalu berjuang, bahkan tak menyerah untuk merangkak ketika kakimu tak lagi sanggup menopang, bersyukurlah--
Alih-alih musibah, kamu tak ayalnya hanya sedang ditempa. Semesta akan selalu memiliki seleksi untuk memilih mereka yang terkuat, dan kamu sudah setidaknya melewati satu tahap.
Bersyukurlah karena kamu yang terpilih untuk belajar lebih awal, untuk memahami makna kehidupan sedikit lebih dini, dan mengecap rasa manis dari setiap musim yang terus berganti.
Kamu berhak untuk mengeluh atau mencari bahu untuk bersandar, jangan pernah berpikir bahwa kamu berjuang seorang diri.
Ingatlah mereka yang selalu mengharapkan kehadiranmu di sisi mereka, yang selalu mendoakan keberhasilanmu kendati kamu tak pernah tahu.
Ingatlah pulang, kepada mereka yang menggantungkan harapan di bahumu. Ingatlah untuk menciptakan gurat senyuman pada belah bibir mereka ketika mendengar kabar baik darimu.
Kamu hanya perlu berlari sedikit lebih lama, kejar terus bintangmu. Jangan pernah berhenti berharap, karena pada akhirnya, tanpa kamu sadari, kamu telah sampai[]