[Kunto Aji - Rehat]
Manusia kadang hilang. Meninggalkan mereka yang kemudian berelegi bersama nyanyian hujan.
Yang ditinggalkan? Jatuh dan terperosok kedalam jurang tak berdasar. Terperangkap dalam kubangan duka yang terus memerangkap, seberapapun mereka berusaha untuk berdiri.
Dulu, kupikir mereka yang pergi itu jahat. Tak ada salam perpisahan, tak ada kecupan selamat tinggal, atau sekedar memberi sedikit waktu untuk mencoba menerima, mereka terbang begitu saja.
Ingin rasanya marah pada mereka yang melupakan mimpi-mimpi yang dibangun bersama, lalu menghempaskannya begitu saja. Hancur dan tak bersisa. Juga pada mereka yang melepas jiwa-jiwa yang bergantung padanya, membiarkannya terbang sendiri tanpa persiapan.
Aku pernah merasakan kehilangan dalam yang belum bisa disebut dewasa. Sosok itu mungkin tak tahu, mungkin tak akan pernah tahu, seberapa gelap hari-hari yang hinggap setelah kepergiannya. Memaksaku untuk terus meraba-raba mencari cahayaku sendiri.
Kecewa datang menghantui. Beberapa bahkan rela mengubah mimpinya, kemudian mencoba menghidupkan kembali mimpi-mimpi sosok yang pernah meninggalkannya, berharap mimpi itu hidup dan bersinar dalam dirinya, bersama dengan jejak sosok itu sendiri. Benar kata orang, manusia membuat mimpi dan rencana melampaui umur hidupnya, tapi kematian datang dan memutus semuanya.
Tapi, kau tahu? Tak semestinya manusia bergerak melawan garis takdir yang sudah dituliskan dalam hidupnya. Itu tak bisa, dan tak akan pernah bisa.
Hari-harimu berarti, jangan biarkan yang berlalu terus menghantui.
Kini, alih-alih meratapi masa lalu, aku tersadar. Sang Pencipta itu baik, menjadikan setiap insan yang terlahir di dunia sebagai titipan bagi insan-insan lainnya. Sewaktu-waktu, Dia akan menjemput titipan tersebut satu per satu, bertemu di tempat yang lebih baik.
Kau boleh untuk bersedih, kau sangat berhak untuk itu. Dan saat kau mulai merelakan kepergiannya, saat itulah semesta bekerja. Akan selalu ada pengganti mereka yang pergi. Beberapa hadir dalam rupa yang sama, beberapa jauh tinggi melebihi ekspektasi.
Saat dukamu mulai tak bisa kau bendung, tataplah langit, titip salam pada semesta dan yakinlah, pesanmu akan sampai.
Sampai bumi berhenti berotasi, sampai dunia berhenti berevolusi, tetaplah tangguh seperti karang, yang tak pernah hancur dihempas ombak.
Teruslah berlari dan jangan berhenti, pergi kemana hatimu menuju. Kau tak pernah bisa menebak kemana arah mata angin, namun kau bisa kendalikan layarnya.
Sampai tiba waktunya, kau telah siap kembali dipertemukan dengan mereka, membawa mimpi-mimpi yang tak pernah meredup;
Lalu kamu akan mendengar mereka berkata, "Aku bangga padamu"[]
- Untuk kamu yang ditinggalkan, di fase apapun kamu : sedang berusaha atau telah berhasil merelakannya, doaku selalu bersamamu.