Chapter 2
Seokjin menaruh nampan di atas meja makan dapur dimana pria dengan baju tentara tenfah menatapnya yang terus mondar mandir menyiapkan makan siang untuknya. Seokjin baru sampai tadi sekitar pukul 10 siang. Taehyung hanya menghela nafasnya saat melihat dengan raut wajah ceria seokjin tersenyum padanya. Mengambil sumpit dan menyuap bimbab kedalam mulutnya.
"Hyung, jimin akan tinggal di sebelah apartemen ku kau tidak perluh khawatir. Dia akan baik-baik saja". Ujarnya. Lalu menyeruput Strowybery milk kedalam mulutnya. Meskipun dia seorang tentara taehyung tetap menyukai minuman manis itu apalagi buah merah merekah itu. Seokjin tersenyum tipis menanggapi ucapan sang adik yang terlihat gagah menggunakan seragamnya.
"hmm, ya aku percayakan bocah itu padamu". Ucapnya ikut mendudukan diri di depan taegyung yang hanya terhalang meja dapur.
"kembalilah ke barak aku akan datang nanti jam 1 kesana, bersama yang lainnya". Kata Seokjin. Taehyung menelisik ke arah wajah seokjin. Benar atau tidak taehyung dapat melihat kantung mata di sana. Hyungnya bukan tipe orang yang melupakan perawatan dia seseorang yang cukup cerewet baginya. Tapi melihat keadaanya seperti ini pasti ada beban pikiran yang sedang ia pikul.
"hyung kau oke? ".
"eh? Ah, yah aku baik. Kenapa? ".
"aniya". Taehyung mengalihkan pembicaraan dengan memakan makan siangnya sebelum kembali ke barak. Sebentar lagi ada pelatihan dan Taehyung harus tepat waktu tiba disana.
"hyung mau ku bantu berberes, ku rasa masi ada waktu aku membantumu".
"Oh bisakah? Kalau begitu bantu aku membereskan ruang tamu. Sisanya biar aku saja". Taehyung mengangguk. Mengikuti langkah seokjin menuju ruang tamu. Ruanganya memang tidak terlalu berdebu hanya saja kain putih menutupi barang-barangnya. Dan seokjin harus menyikirkanya.
;
"Lukamu sudah mulai kering, jangan sampai terkena air ya". Seokjin baru saja selesai mengobati pasien membereskan gunting juga kain kasa memasukan kembali ke tempat kotak obat. Seokjin baru saja akan duduk saat seseorang datang ke ruanganya.
"Yah apa ada yang luka?". Pria itu terlihat gugup dan ia tersenyum lucu, dimata seokjin itu sangat menggemaskan.
Dia tiba-tiba membukuk memberi salam padanya dan memperkenalkan dirinya seokjin hanya tersenyum gemas dia pun juga mengenalkan dirinya.
"Ah, saya Jeon Jungkook".
"Kim seokjin, apa ada yang luka jungkook-ssi".
Jungkook mengerucutkan bibirnya dan duduk didepan seokjin membuat seokjin menahan agar tidak menguyel-uyel pipi gemas itu. Seokjin juga ikut duduk didepan jungkook dia menunggu jungkook bersuara.
"Dokter, apa kau pernah menyukai seseorang?". Dahi seokjin mengerut dia bukan pembaca pikiran orang.
"maksutnya?"
"ah–lupakan, maaf aku mengganggu, saya permisi".
Jungkook membukuk dengan lesu meninggalkan seokjin yang masi tidak mengerti. Seokjin hanya menatap kepergian jungkook lalu menggeleng kecil kepalanya.
;
"Tae, dengar ya kau bocah! Mau tidak mau nanti tinggal di apartemen mu, titik! ". Taehyung merolingkan matanya malas. Jimin kekeh sekali mau tinggal di apartemenya."Terserah kau saja". Jimin tersenyum menang lalu merangkul pundak taehyung senang sekarang mereka ada di klinik hanya ada mereka berdua saja. Taehyung membiarkan jimin bergelanyut sesukahnya.
"ekhem".
Brak!
"ahk! Kim sialan Taehyung! ". Pekik Jimin dengan tidak elitnya dia tersungkur ke lantai. Jimin hendak memukul wajah taehyung namun ditahan taehyung dan memberi kode padanya untuk berbalik.
Jimin urung memukul taehyung dan berbalik ke belakangnya dimana seorang Min Yoongi tengah berdiri menatap datar mereka berdua. Dia salah satu bawahan namjoon yang sangat setia dan juga terlihat sangat sadis pada orang yang terlihat mengancam. Jimin menurunkan tanganya. Raut wajahnya tidak terbaca bahkan jimin masi terbungkam.
Taehyung yang seakan tahu situasi ini ia pun berjalan pelan keluar dari ruang perawatan dan menarik jungkook ikut sertanya yang sempat akan masuk kedalam ruang perawat bukan apa sebenarnya.
Hanya saja mulut vulgar Taehyung itu mengesalkan baginya. "Hay Montok ayo ikut aku". Terpaksa jungkook ikut taehyung menjahu dari ruang perawat yang sekarang hanya tersisah Jimin dan Yoongi. Mereka bukan hanya sekedar kenal melainkan sudah sangat mengenal luar dalam maksutnya sifatnya.
Yoongi menghela nafasnya berjalan mendekat ke arah jimin yang tingginya tidak jahu berbeda denganya.
"Keras kepala! ". Dingin Yoongi.
Jimin yang tidak siap di tarik pun membelakan matanya karena terkejut saat yoongi menariknya dalam pelukanya mencoba melepaskanya namun pelukanya sangat erat dan jimin menyerah. Lagian dia juga merindukan pelukan ini.
"Aku tahu". Jimin menikmati pelukan yoongi dan membalas pelukan itu tatkalah erat.
"Bogosipoyo hyungie~". Gumam jimin. Yoongi tersenyum tipis mendengar gumaman semakin menyamankan tubuhnya memeluk erat pinggang ramping jimin.
"Nado".
;
"yak! Lepaskan sakit! ". Jungkook menarik tanganya dari cengkaraman taehyung. Malu dilihatin banyak orang. Jungkook mendelik ke arah taehyung yang terlihat seperti kelinci memggemaskan.
"Apa liat-liat ".
"Tidak!". Setelahnya Taehyung meninggalkan jungkook dengan suara jungkook yang nyaring mampu membuat gendang telinga siapa saja pecah.
Dan hoseok tersedak ramyeonnya untung saja sampai tidak mati dadakan.
"Jungkook sialan!". Desisinya mengelus dadanya.
;
TBCHanya rasa kegabutan yang hqq ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
t̾h̾e̾ d̾o̾c̾k̾t̾o̾r̾ a̾n̾d̾ t̾h̾e̾ a̾ g̾u̾n̾ ||NamJin||
Fanfiction''the reason why i'm not deserve u bcz of ur job" Kisah klasik antara Dokter dan Kapten Tentara Team khusus NIS «"BxB"»«"Mpreg"»«"AU"»«"NamJin"». by : Kim-Parkaran