Pembuka.

268 35 3
                                    

Haikal Bumi Aksara

Sulit untuk berbicara tentang lelaki dengan nama yang terdiri dari 3 kata ini.
Haikal, Bumi, dan Aksara.

Terdengar seperti nama lelaki penyuka sajak dan senja.
Terdengar seperti nama lelaki yang terkesan hangat dan suka menikmati senja dengan segelas teh hangat.

Aksa memang sehangat itu, namun ia bukan penikmat senja, yang hobi mendengar lagu lagu indie sembari menunggu matahari terbenam.
Aksa lebih senang membuat lagu daripada mendengar lagu.
Ia selalu memiliki rangkaian kata indah yang bisa muncul kapapun ia mau.
Ia bisa menulis untaian kalimat indah nan puitis tanpa harus duduk di tepian sawah sembari menatap langit biru.

Haikal, namun ia senang dipanggil Aksa.
Baginya, Haikal itu terlalu pasaran.
Ia senang dengan Aksa, karena lebih terkesan indah dan nyaman didengar.

Aksa bukan tipikal lelaki yang mudah jatuh cinta.
Bukan karena tak selera.
Bukan juga karena ia berbeda.
Ia hanua takut, dan merasa tidak pantas.

Aksa memiliki banyak beban didalam kepalanya, yang harus ia pikul kemanapun ia pergi.
Namun ia tak pernah terlihat seperti orang depresi ataupun kelelahan.

Sorot matanya berbinar.
Senyumnya cerah.
Suaranya menggelegar, namun sopan masuk ke dalam telinga.

Ia senang bersenandung, suara indahnya memang sudah lama dikenal.
Suaranya unik, tidak begitu berat seperti suara Arian ataupun Mahendra.

Arian? Mahendra? Nanti kita ceritakan.

Terlalu sulit untuk bercerita tentang seorang Haika Bumi Aksara.
Terlalu banyak.
Terlalu sakit untuk diingat.

Ia hanya suka berkata begini :

Rasa itu semu.
Pada waktunya, kau akan sadar sebesar apapun rasa.
Ia juga akan semu.

Dan itu yang Radina rasakan.

Kini Radina tahu.

Menyurat Menyeberang Dimensi.

menyurat dimensi - lee haechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang