Pertemuan

13 0 0
                                    

Mereka bersiap siap selepas magrib, menggunakan Alphard putih milik Wisnu, Farah, Wisnu dan Kail bergerak ke arah rumah makan Hanum. Lokasinya paling hanya memakan waktu tak lebih dari 20 menit, ada di  daerah akses UI, tepat di pinggir jalan. 

Rumah makan itu semula hanya bangunan satu lantai sekaligus tempat tinggal Hanum dan Karina, namun karena usaha yang semakin meningkat, beberapa rumah di belakang lokasi awal dibeli, dirubah menjadi gazeebo gazeebo dengan sentuhan jawa yang kental. Rumah tinggal mereka jadi dipindah ke bagian belakang area rumah makan. Usaha rumah makan Hanum dibilang ramai, minimal Wisnu mengamati, keponakannya tidak hidup berkekurangan, karena kalau sampai demikian, ia yang akan merasa bersalah membiarkan mereka dalam kesulitan. Jangan sampai keluarganya sendiri kekurangan sementara ia berlebihan. Hanum keras kepala sekali, padahal hubungannya dengan Hanum sejak kecil dekat. Hanum itu kakak yang sangat mengayomi adiknya, terbilang penurut namun ternyata cinta yang besar kepada pasangannya memantapkan hatinya untuk menentukan pilihan hidup. Dan memang, pilihan Hanum tidak salah, ia memilih kaya cinta dan toh pada akhirnya hidup  cukup dan bahagia. 

Empat  tahun  ia tidak berkunjung ke rumah makan milik budhe Hanum, dan Kail salut dengan perkembangan yang ia lihat. Mobil parkir di pelataran parkir yang letaknya ada di bagian dalam rumah makan. Kail ingat dulu ketika empat tahun lalu berkunjung menemani ayahnya ke rumah makan ini, rumah tinggal budhe Hanum masih ada di bagian depan. Namun sekarang semua sudah berubah menjadi gazeeboo gazeebo tempat makan. Ada gazeebo kecil besar dan sedang. Mungkin konsep yang diambil adalah makanan paket kecil paket keluarga dan paket perusahaan. Boleh juga, batin Kail. Suasana rumah makan ini sangat teduh dengan banyak sekali tanaman hias di sekitar gazeebo menambah kesan sejuk. Ia ingat, budhe Hanum itu memang pecinta tanaman hias, di kota sebesar ini jarang jarang masih ada tanaman kelapa.. dan dari lampu lampu yang menghiasi lokasi rumah makan, banyak terdapat pohon kelapa dan tertempel rimbun pohon tanduk rusa. 

Mereka bertiga mendekat ke meja kasir dan meminta untuk dipertemukan dengan pemilik restoran. Kasir yang sudah mengenal baik Pak Wisnu mengangguk dengan hormat dan menelpon melalui interkom. 

Selang tak berapa lama, terlihat seorang perempuan paruh baya tergopoh gopoh keluar dari rumah tinggalnya diikuti suami dan Karina. Kail memperhatikan Karina yang saat ini menurutnya makin cantik dan dewasa. Rambut panjangnya yang ikal sebahu dengan celana jeans pendek kaos oblong putih dan sendal jepit, di mata Kail tetap terlihat anggun. 

"Kaiiil, ya ampuuuun budhe pangliiiing" kata budhe Hanum langsung memeluk Kail dengan raut bahagia.

"Budheee, apa kabaar... Budhe kok nggak ada perubahan malah makin cantik ajaaaa"kata Kail sambil melepaskan diri dari  pelukan budhenya dan budhenya membalasnya dengan menepuk nepuk pipi Kail.

"Kamu juga, kok ganteng begini siiih.. berapa bule ini pacarnya di Inggris" kata budhe Hanum

"Kata ayah, disuruh cari istri di depok aja budhe.. biar bisa diajakin  makan ayam goreng dan ayam bakar budhe tiap saat. 

 "Waaah Karina... mas pangling jugaaaa" kata Kail memeluk Karina. Sementara Karina canggung mendapat pelukan mendadak dari Kail.

Hanum lalu berjalan ke arah Wisnu dan memeluk adiknya dengan sayang lalu mendatangi Farah lalu memeluk dan mencium pipi adik iparnya. 

"Ayu ayu kita makan dulu yu" ajak Hanum sambil menggandeng tangan  Kail  menuju ke gazeeboo. 

Begitu mereka duduk di gazeeboo Farah langsung membuka tasnya dan menyerahkan bingkisan ke Karina.

"Sayang, selamat atas kelulusannya yaaaa, semoga kelak karirmu cemerlang, sukses ya Karin" kata Farah sambil menyerahkan bingkisannya. Karina menerima bingkisan itu dengan kikuk.

"Terima kasih tante, aduh tante jadi repot begini." kata Karina

"Ah mana ada tante repot buat ponakan secantik kamu." Kata Farah.

Hidangan tersaji di meja. Karina banyak terdiam. Kail menikmati suasana malam di restoran ini dan membayangkan kalau siang hari pasti tempat ini teduh dan nyaman dikelilingi tanaman tanaman hias yang cantik di setiap gazeebo.

"Nah ini nih Kail... nggak akan nemu makanan seenak ini di Inggris tooh.  Aku wanti wanti sama dia mbak yu.. jangan sampai bawa bule pulang ke rumah.. ya biar nanti aku makin tua.. anak mantuku bisa masak yang kayak begini iniii" kata Wisnu.

"Alaah ayah... orang tinggal telpon aja delivery dari sini. Modus aja biar aku nggak jauh jauh" cibir Kail disambut tawa semua orang.

"Aku ini makin tua.. aku kesini sekalian minta ijin sama mbakyu.. Karina kan sudah lulus kuliahnyaa.. dampingi Kail yaa... ngurusin perusahaan om" kata Wisnu.

" Wah wah.. dia bisa apa Nu.. baru lulus.. mosok mendampingi lulusan master dari Inggris.. nanti kebanting" kata Hanum. Wisnu tersenyum paham dengan penolakan halus dari Hanum untuk terlibat kembali dalam urusan bisnis keluarga mereka.

"Mbok dicoba dulu mbakyuu... setahuun aja.. itung itung magang nanti  Karin bisa berhenti kalau memang ingin pindah ke kantor lain. Tolong dampingi Kail ya sayang" kata Wisnu penuh harap kepada Karin.

Sementara Karin kikuk sendiri dengan tatapan penuh permohonan dari omnya. Ia paham betul akan kekerasan hati ibunya.

"Mau kan sayang?" Tanya Wisnu penuh harap. Karin menoleh ke arah ibunya dengan tatapan meminta persetujuan. Hanum menghela napas berat.

Semua mata penuh harap tertuju ke arah Hanum menunggu jawaban.
" Ya sudah.. hitung hitung Karin latihan bekerja. Nanti tahun depan bisa pindah ke perusahaan lain kalau Karin ingin" kata Hanum dengan berat hati.

Wisnu tersenyum lega. Akhirnyaaa pelan pelan ia bisa mencoba mewujudkan cita citanya mengembalikan Hanum ke keluarganya melalui anaknya.

"Matursuwun mbak yu" kata Wisnu bersungguh sungguh.

Menikahlah dengankuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang