Pria itu berdecak malas kala sang paman menceramahinya. Entah sudah berapa kali manajernya itu mengucapkan hal yang sama padanya.
"stop. Tidakkah uncle bosan dengan ucapan yang hanya berputar disitu-situ saja. Dan yang kau katanya selalu saja sama" ucapnya.
"kau ini sedang ku nasehati malah membantah" ucap sang manajer.
"aku tak peduli" lalu ia keluar dari ruangan itu. Berjalan menuju keluar gedung yang semakin lama semakin terasa bak neraka. Tak ada kebebasan untuknya.
Ia pun berjalan menuju apartementnya yang tak jauh dari gedung tempat ia bekerja. Masuk kedalam salah satu unit. Mengambil barang yang sekiranya butuh. Lalu pergi dari sana.
Tangannya dengan lincah mengetik suatu pesan pada seseorang. Ia pun berjalan santai dengan tas punggung yang menyampir di bahunya.
Tin tin
Ia pun menoleh, tersenyum dibalik maskernya. Dan mendekati mobil itu, masuk kedalam kursi penumpang.
"kau serius akan ke Indonesia. Kembali kesana? Setelah 10 tahun di Seoul?" tanya sang pengemudi.
"ya, setidaknya sampai pikiranku benar-benar dingin. Kau sudah dapat tiketnya?" orang itu mengangguk.
"baguslah. Kukira kau tak dapat"
"ya aku dapat tiketnya. Kalau pamanmu bertanya di mana dirimu aku jawab apa? Yang benar saja Jaeminn. Kau akan menghilang berapa lama kali ini" ucap orang yang mengetir itu.
"tak perlu berteriak Jeno. Kau tinggal jawab tak tahu. Setelah itu biar aku yang urus" ucap pemuda yang di panggil Jaemin itu.
"kau mau kemana?" tanya Jeno.
"rumahku. Setelahnya aku langsung kebandara"
Setelahnya hening. Jaemin memandang jalan diluar. Sedangkan Jeno fokus dengan jalanan. Sedikit melirik Jaemin, lalu kembali fokus.
"kau tak salah pilih Jaem? Kembali ke Indonesia?"
"tentu saja tidak. Tempat kelahiran ibuku disana Jeno. Aku ingin mengenal tempat kelahiran ibuku itu. Satu lagi,tolong rahasiakan ini dari siapa pun. Hanya kau dan aku yang tahu" Jeno mengangguk.
Sampai di rumah Jaemin,Jeno langsung pamit pergi. Jaemin berjalan kedalam rumahnya.
Masuk kedalam kamarnya, mengambil koper kecil lalu mengisinya dengan barang-barang yang akan ia bawa. Setelah selesai, ia berjalan kedekat laci membuka laci tersebut.
"ku harap kita bertemu. Walaupun aku tak yakin aku bisa tahu dirimu yang sekarang" ia mengambil foto,gelang dan juga kalung yang ada didalam laci itu. Memakai gelang itu, dan memasukkan kalung dan foto kedalam dompetnya.
Setelahnya ia menyeret kopernya keluar kamarnya. Ia sudah memesan taksi menuju bandara. Senyumnya sedikit mengembang dibalik masker yang ia gunakan.
***
"Haechan, kau dicari oleh kak Mark"
Merasa terpanggil ia pun mendongakkan kepalanya.
"bisakah kecilkan suaramu itu Renjun? Ini perpustakaan" ucapnya.
"ups aku minta maaf. Tapi kak Mark mencarimu. Dia bilang jika aku bertemu denganmu, dia menunggumu di kantin" ucap Haechan, seorang gadis manis yang menjadi penjaga perpustakaan. Gadis berpipi cubby yang membuat hampir semua senior menyukai dirinya. Selain karna fisik, gadis itu juga dikenal akan krpintarannya. Mengikuti beberapa kali lomba menyanyi, olimpiade dan juga karna ia seorang youtuber.
"aku kan sedang menjaga perpus kali ini. Bilang sama dia aku tak mau" ucap Haechan pada Renjun.
"kau kenapa sih selalu saja menghindari kak Mark" Ucap Renjun dan dibalas gidikan bahu oleh Haechan.