"Night night, daddy." [7]

1.5K 146 32
                                    

Beberapa hari berlalu dengan Jeonghan yang menghindari Seungcheol. Namun, berkat tekad Seungcheol yang kekeh mengambil hati Jeonghan, hubungan mereka kembali seperti awal. Walaupun Seungcheol tidak sepenuhnya mengerti alasan Jeonghan marah kepadanya saat itu.

Pada jumat sore, Seungcheol menjemput Jeonghan agar mereka dapat menghabiskan waktu bersama sebab akhir pekan ini Jeonghan akan bertamasya dengan teman-teman satu sekolahnya. Dari surat pemberitahuan, Seungcheol membaca bahwa mereka akan menghabiskan waktu selama dua hari satu malam di pulau jeju.

Seungcheol yakin Jeonghan belum memiliki pakaian renang dan perlengkapan lain untuk ke pantai. Maka Seungcheol menyempatkan waktunya untuk bisa membelikan Jeonghan perlengkapan jalan-jalannya dan juga meluangkan waktu lebih banyak sebab dia tidak akan bersamanya akhir pekan ini.

Seungcheol tersenyum ketika melihat pria cantiknya yang berlari ke parkiran ketika menangkap sosoknya di retina matanya yang indah. Tubuh kecil itu berhambur ke pelukan Seungcheol sembari ia memuaskan dirinya menghirup aroma jantan dari ayah tirinya yang sangat ia rindukan seharian ini.

"Daddy, kenapa tiba-tiba memutuskan untuk menjemputku? Tidakkah kau sibuk?"

Jeonghan menatap Seungcheol dengan semburat merah di pipinya, bibir kecil itu tidak bisa tertutup rapat setiap bersama Seungcheol. Ia harap hanya ada rasa bahagia seperti ini yang mengelilingi mereka seterusnya.

"Kau bilang besok kau akan ke pulau jeju, aku yakin kau harus menyiapkan beberapa barang untuk kesana. Ayo pergi membeli beberapa barang untukmu."

Seungcheol menatap Jeonghan dengan mata penuh cintanya yang merupakan penampakan langka di kehidupan sehari-harinya sebelum bertemu Jeonghan. Walaupun Seungcheol bukanlah orang yang kaku, emosinya hanya sekedar formalitas terhadap orang-orang disekitarnya. Itulah yang ia lakukan untuk bertahan hidup ditengah-tengah anggota keluarganya yang keras.

"Memangnya barang apa saja yang harus kubawa ke pantai?"



"Daddy, tidakkah pakaian itu terlalu banyak? Aku hanya akan berada di jeju selama dua hari bukan dua minggu."

Jeonghan melihat barang belanjaan yang dipegang oleh kurir untuk ditaruh ke mobil sebelum mereka pergi mencari makan malam.

"Kau tidak perlu membawa semuanya, yang lainnya bisa kau gunakan dikesempatan lain. Lagipula bajumu sangat sedikit."

"Baiklah.."

Jeonghan masih khawatir tentang jumlah barang belanjaan itu dan terus melihat kearah kurir. Sebagai pemegang medali ayah ter-protektif di muka bumi, tentu ia menjadi sedikit cemburu, Seungcheol mengeratkan pelukannya di pinggang Jeonghan selagi mereka berjalan ke arah mobil mereka yang sudah disiapkan oleh valet di lobby barat.

Begitu semua barang yang mereka beli masuk ke dalam bagasi mobil, mereka meluncur ke salah satu restoran terkenal di daerah itu. Harga makanan di restoran itu mengingatkan betapa kaya raya ayah tirinya itu. Jeonghan tidak mengerti makanan yang ada di menu itu dan membiarkan Seungcheol yang tahu seleranya untuk memilihkannya satu set makanan dari restoran mewah tersebut.

Sedari tadi, Jeonghan sudah merasakan pandangan orang-orang. Skandal ayahnya dan Seolhyun belum juga mereda. Ia membenci ketika ayahnya dan Seolhyun dilibatkan dalam kata "mereka". Hal itu membuatnya sadar, walaupun ia menghirup udara dan menginjak tanah yang sama, ia ada di dunia yang berbeda.

Seusai makan malam, pasangan ayah dan anak itu segera pulang ke rumah. Hari ini Jeonghan menginap di kamar Seungcheol atas perintah ayahnya dengan alasan bahwa ia ingin menikmati waktu lebih banyak sebelum Jeonghan pergi. Sebagai gantinya, Jeonghan meminta bantuan kepada Seungcheol.

"Kau sudah siap?"

Jeonghan tengah terduduk di depan wastafel kamar mandi dengan warna marbel putih yang mendominasi. Seungcheol membelai rambut panjang Jeonghan dengan lembut dari belakangnya. Jeonghan mengangguk pelan. Terlihat jelas di wajahnya bahwa ia gugup dengan keputusan yang dia ambil. Ia ingin terlihat seperti anak lelaki seumurannya.

"Pejamkan matamu, sayang."

Seungcheol berucap di telinganya selagi dia memasangkan kain putih untuk menutupi tubuh Jeonghan. Memotong rambutnya adalah pilihan yang sulit, tetapi dia ingin berbaur dan tidak terlihat mencolok diantara yang lain. Jeonghan menutup matanya, ia bisa mendengar suara gunting yang memotong rambutnya dengan hati-hati. Berat rambut yang jatuh kepundaknya seketika meringankan beban di kepalanya. Tidak lama kemudian, Seungcheol melepas kain dari tubuh Jeonghan.

"Bukalah matamu."

Seungcheol meletakkan kedua tangannya di pundak Jeonghan selagi ia melihat pantulan wajah Jeonghan dari cermin di depan mereka.

Seungcheol meletakkan kedua tangannya di pundak Jeonghan selagi ia melihat pantulan wajah Jeonghan dari cermin di depan mereka

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ini adalah pertama kali dalam hidupnya ia memiliki rambut pendek. Semenjak kecil suster di pantinya melarangnya memotong rambut, suster mengatakan bahwa itu mengurangi daya tariknya. Sampai-sampai, Jeonghan berpikir jika ia memotong rambutnya maka tidak akan ada yang mau mengadopsinya.

Namun sekarang berbeda. Ia bisa merubah penampilannya sebanyak apapun, dan orang yang menatap wajahnya dengan penuh cinta dari pantulan cermin tetap akan mencintainya tanpa alasan. Begitupun juga Jeonghan. Ia tidak akan menyerahkan Seungcheol kepada siapapun.

"Kau sangat cantik, Jeonghan."

Yang mendapatkan pujian langsung tersenyum, ia menggenggam tangan Seungcheol diatas pundaknya dan memberikan punggung tangan ayahnya beberapa ciuman kecil. Apa yang harus ia lakukan terhadap perasaannya disaat Seungcheol dan Seolhyun sudah bertunangan.

Jam sudah menunjukkan pukul 9 dan Jeonghan harus tidur tepat waktu agar tidak kelelahan besok. Mereka memutuskan untuk menonton film dokumenter, sebab Jeonghan lebih mudah tertidur ketika ia fokus. Seperti biasa, Jeonghan duduk diantara kedua kaki Seungcheol sambil bersandar pada dada bidang ayahnya.

"Kau sudah mengantuk?"

Jeonghan menggelengkan kepalanya lalu menatap Seungcheol. Dengan tangan kecilnya, Jeonghan menarik tengkuk Seungcheol dan membawanya ke dalam ciuman lembut. Bibir tebal Seungcheol dan bibir tipis Jeonghan bersatu menjadi sebuah kenikmatan yang tidak bisa mereka jelaskan. Ini bukanlah ciuman pertama mereka ketika keduanya sadar.

Bisa dibilang salah satu alasan hubungan mereka membaik karena ciuman yang memperjelas situasi yang mereka miliki sekarang. Bahwa keduanya haus akan cinta mereka. Seungcheol membawa Jeonghan untuk duduk di pangkuannya sembari menurunkan ciumannya ke leher jenjang Jeonghan yang sekarang terekspos dengan jelas tanpa terhalang rambut.

"Ahh-"

Badan Jeonghan bergetar ketika merasakan bibir basah Seungcheol menggeliat di lehernya. Desahan Jeonghan membawa Seungcheol kembali ke realita, bahwa Jeonghan adalah anaknya dan terlebih lagi dia belum cukup umur untuk melakukan hal seperti ini, Seungcheol tidak ingin melakukan sesuatu tanpa kehendak dari Jeonghan.

"Maafkan daddy, ayo kita tidur."

Jeonghan memeluk Seungcheol sembari memejamkan matanya, nafasnya masih agak berat tetapi hari yang cukup melelahkan membuatnya tertidur dengan cepat ketika sudah berada di pelukan ayahnya.

"Night night, daddy."

Daddy, don't hurt meWhere stories live. Discover now