HS 2# Dream

176 23 2
                                    

Cast: Lea
Genre: Horror-Thriller

23.18

"Tolong!"

"Tolong!"

"Tolong!"

"Akkkhhh! Stop berhenti,"

"Jangan! Jangan!"

"Aku mohon jangan,"

"Akkkkkkkkkk!"

Hosh, hosh, hosh. Aku terbangun dari mimpi buruku. Keringat mengalir membuat sekujur tubuhku basah. Aku mengelap keringat di dahiku.

"Kenapa? Kenapa harus selalu seperti ini?"

Aku bangkit dari tidurku, melangkah ke arah dapur. Kubuka lemari pendingin dan meneguk air putih dengan pikiran yang tak tenang.

Penerangan dapur yang tidak kunyalakan membuat penglihatan ku tidak jelas. Mataku menangkap sebuah bayangan putih melesat begitu cepat, aku mengikuti bayangan itu hingga tak sadar sudah berada di gudang.

Aku merasa pening, mencium bau tidak sedap dari dalam gudang. Ah, bau ini sangat familiar bagiku. Sekelebat memori terputar dalam pikiranku.

"Hihihihi"

"Ayo sini, aku ingin kau bahagia."

"Tolong!"

"Ssttt, jangan berisik."

"Tolong!"

"Diam sayang, bila tidak mulutmu akan kubuat diam. Xixixi"

"Tolong!"

"Damn! Kau sungguh ingin kubuat diam, hm?"

"Akkkhhh! Stop berhenti,"

"Tidak papa, ini tidak sakit. Mulutmu sudah kubuat mati, selanjutnya apa, hm?"

"Jangan! jangan!"

"Kaki Atau tangan?"

"Aku mohon jangan,"

"Baikhlah, mari kita akhiri ini. Hahaha"

"Akkkkkkkkkk!"

Aku tertawa mengingat itu, rasanya menyenangkan sekali. Mayat yang sudah kudiamkan satu hari ini adalah mayat yang kubunuh sendiri. Secara lembut, bagiku.

Aku sangat senang melakukan ini. mencium bau darahnya, mendengar rintihannya, bagiku itu sudah seperti hobby yang kulakukan saat bosan. Aku ini yatim piyatu, tinggal di rumah yang orang tuaku wariskan untuku. Sendiri adalah kesukaanku, aku juga suka keramaian hal itu memudahkan aku untuk mencari mangsa. Haha

"Angkat tangan!"

Aku terkejut ketika kedatangan seorang polisi, cih sudah kuduga ini akan terjadi.

"Saudari Lea, anda ditangkap karena 3 kasus pembunuhan, 1 kasus pelecehan seksual, dan 5 kasus penculikan," Mereka memborgol paksa tanganku.

Aku hanya diam, tidak memberontak. Toh biarkan saja mereka menangkapku, aku hidup saja sudah tidak ada gunanya.

"Pak, ada mayat di dalam sini," salah satu polisi berbisik yang sebenarnya terdengar ke pendengaranku.

Polisi yang memegangku menarik ku keluar dan membawaku ke mobil nya. Rumah ku diberi garis polisi dan aku dibawa ke kantor polisi malam itu juga.

Keesokan harinya aku di introgasi oleh mereka di ruangan khusus.

"Apa benar anda melakukan pembunuhan?"

"Ya."

"Penculikan?"

"Ya."

"Pelecehan seksual?"

"Ya."

"Kenapa anda melakukan hal itu?"

"Karena saya suka."

Begitu banyak pertanyaan yang orang itu lontarkan, tapi kujawab seadanya. Keesokan harinya aku dijebloskan ke dalam jeruji besi dengan hukuman seumur hidup membusuk di penjara.

"Ini hidupku biar aku yang mengatur, jangan pernah kalian ikut campur," ucapku pada polisi yang membawaku ke jeruji besi.

Malam itu juga aku membunuh diriku sendiri.

Arwahku tak tenang, terus menerus bergentayangan kepada kalian yang selalu ikut campur urusan orang.

Hati-hati, Lihatlah ke sekeliling kalian karena Aku sedang mengawasi kalian.

Hihihi.

The end.

A/N: please ya ini cuma fiksi belaka, so semua tentang cerita ini jangan ditiru. Tidak baik. Stay tun!

Miss. blue🍑

Horror Story SECRET NUMBERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang