Chapter 1

50 1 0
                                    

"Assallamualaikum bu." Ucap Rania memasuki Rumah reyot yang ia tinggali dengan ibunya

"Waallaikumsalam sudah pulang nak?makan dulu sana sudah ibu siapin." Sahut Santi ibu Rania.

Rania bergegas membuka tudung makan sesuai perintah ibunya, ia tersenyum kecut mendapati singkong rebus lagi di meja makan.

Seseorang menepuk pundaknya. "Maaf ya nak hari ini jualan kerupuk kita belum laku terpaksa harus makan ini lagi seperti biasanya." Tatap Santi sedih ketika tak mampu memberi makan anaknya makanan yang layak seperti orang di luar sana.

"Gak apa-apa kok bu. Ini juga enak Rania suka kok, sini ibu makan bareng Rania."

Ibu nya mengangguk lantas mereka makan bersama dalam diam bergelut dengan pikiran mereka masing masing.

Rania tersenyum melihat sang ibu karena hanya ibu nya lah yang menguatkan hidup nya selama ini. Kadang ia lelah dengan hidup yang baginya tak adil,tak sempurna bahkan sangat buruk.

Bukan hanya kemiskinan, cercaan, dan hinaan pun sering kali ia dapat baik disekolah ataupun masyarakat.

******
05.21
Rania telah siap dengan seragam sekolahnya. Ia menatap wajahnya di cermin kecil, lalu menghela nafas kasar.

Langkahnya terlalu lesu jika harus menapakan kaki ke sekolah. Ia harus kembali menyiapkan mental baja yang dia punya untuk menghiraukan bisik bisik yang sering menyakitkan. Ya Rania adalah korban bullying.

Rania kuat untuk ibunya,dia bersekolah agar membuat ibu nya bangga walau pun hanya sebatas tingkat SMA saja. Rania harus bersikap baik baik saja di depan ibu nya.

Rania keluar dari kamarnya tapi tak nampak keberadaan ibu nya. Ia tak heran karena seperti biasa ibu nya sudah pergi kepasar untuk menjajakan kerupuk yang menjadi penghasilan keluarganya.

Ibu Rania setiap pagi pergi kepasar dan jika pasar sudah mulai sepi, ia akan menjajakan kerupuk nya secara keliling. Perasaan sedih kembali terlintas di hati nya karena belum mampu membantu dan membahagiakan ibu nya.

******
Rania mengayuh sepeda butut nya menuju SMA DWIWARNA tempat ia bersekolah dengan bantuan beasiswa.

Krikkk..

Bunyi sepeda yang di tarik paksa dari belakang hingga bannya tak dapat bergerak.

"Heii buluk ketemu dong kita disini."

Sapa Raka sambil tertawa meremehkan.
Rania berbalik kebelakang mendapati 5 orang menatapnya dengan tatapan mengejek. Rania tak dapat memungkiri jika ia takut bertemu sekumpulan orang yang menyebut diri mereka sebagai geng Sibling yang artinya "Saudara".

"Sepeda butut kaya gini diangkut kemana-mana ga malu apa?" Sambung Rinda dengan tatapan jijiknya.

Rania mulai muak dengan sikap mereka tapi ia tak mampu apa-apa. "Kalian kenapa sih gangguin aku terus?"ucap Rania sambil bergetar menahan rasa gugupnya.

"Lo mau tau?lo itu ganggu pemandangan banget tau gak. Dasar sampah masyarakat!"

"Tau ah gak guna banget idup lo, kasian banget nyokap lo ngelahirin anak kaya lo."

"Eh tapi tunggu kaya nya lo sama nyokap lo gaada beda deh. Sama-sama buluk."

Tawa mereka kembali pecah menertawakan kesedihan hidup Rania. Tapi bagi Rania sakit ini melebihi dari hari yang lalu karena mereka melibatkan ibu Rania yang sangat Rania sayangi.

Tangannya mengepal, Rania yang tadinya menunduk secara langsung terang-terangan memandang mereka dengan tatapan benci, sangat-sangat benci.

"Hina aku, tapi jangan hina ibuku!"

Sella yang melihat mimik wajah Rania yang berubah pun merasa tertantang, ia lalu mendekati Rania.

"Kenapa huh?Tersinggung?emang bener kan kata mereka nyokap lo emang jelek kaya lo."

Plakk..

Tamparan mendarat mulus di wajah Sella.  Wanita itu murka lalu menarik rambut Rania dengan kuat membuat Rania meringis kesakitan.

"Udah berani ya lo?huh?"

Rania tak bisa menjawab karena kulit kepalanya yang terasa sangat nyeri. Sella mengangkat tangannya ingin menampar Rania balik. "Cukup Sell tahan dulu ini masih tempat umum." Sella mengurungkan niatnya ketika mendengar suara Iqbal sahabatnya.

"Tunggu pembalasan gue." Bisik Sella sebelum menjauh kan diri dari Rania.

Sella kembali mendekat kepada gengnya, nampak jelas didepan matanya. Sella mencuci tangan beserta pipi yang di tampar Rania dengan air mineral yang di berikan salah satu temannya. Sehina itu kah Rania?padahal dia bukan anjing atau pun sampah.

"Yuk guys cabut, gue udah enek liat muka si Rania." Kata Radit yang diangguki oleh teman-temannnya.

Mereka memasuki mobil milik Raka, Rania masih terpatung di sana.

Raka kembali keluar mobil dan membawa sebilah paku lalu mendekati sepeda Rania. Rania yang merasa janggal lalu bergegas menghampiri Raka yang menuju sepedanya. Raka bersiap menusukkan paku itu di sepeda Rania tapi berhasil di halangi oleh si empu nya sepeda.

"Raka kamu apa-apain sih?"

"Ga usah ngomong aku kamu jijik gue dengernya."

"Jangan Raka!."

Raka tetap bersikukuh dengan niatnya tanpa kasian Raka mendorong Rania hingga terjatuh.

Air mata Rania jatuh ketika paku tersebut berhasil menancap di ban sepeda Rania.

"Lu sih rese." Kata Raka sebelum beranjak meninggalkan Rania yang masih dengan tangis nya.

Gelak tawa terdengar jelas di telinga Rania "Dah Rania sampai jumpa di sekolah jangan sampai telat loh ya."

Mobil itu pun melaju meninggalkan Rania yang menangis terisak dengan kondisi ban sepedanya yang bocor.

MISTERI BELAKANG LAWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang