Chapter 2

39 4 0
                                    

Rania mendorong sepeda kesayangan nya untuk mencari bengkel terdekat. Air mata nya mengalir deras mengingat kejadiaan beberapa menit yang lalu. 

Rania meremas kuat ujung baju nya untuk melampiaskan rasa kesalnya kepada orang-orang yang membully nya.

Ia menatap lekat pada jam yang melingkar di tangannya. Bel masuk sudah berbunyi 5 menit yang lalu, Rania bergegas menitipkan sepedanya ke bengkel lalu berjalan kaki ke sekolah.

*****
Rania sampai kesekolah masuk memanjat pagar belakang karena sudah pasti gerbang sekolah di tutup oleh pak Satpam.

Senyap, ketika dirinya berada di ambang pintu kelas XII IPA 2 pertanda bahwa gurunya telah memasuki kelasnya. Keringat dingin di sertai gugup Rania rasakan karena ini pertama kali nya dia telat.

Tok..tok..tok

"Masuk." Sahut bu Sintya

"Maaf bu saya terlambat." Ucap Rania sambil menunduk.

Bu Sintya memandang Rania lekat seperti ada sesuatu yang Rania sembunyikan karena tidak seperti biasanya murid kesayanganya terlambat seperti ini.

Bu Sintya menghela nafas "Apa alasan kamu terlambat hari ini Rania?"

"Sepeda saya rusak bu jadi harus jalan kaki ke sekolah."

"Ya sudah. Kamu terlambat 10 menit, ibu akan tetap memberikan hukuman ke kamu. Sepulang sekolah nanti bersihkan kelas XII IPA 1-XII IPA 3".

Anak anak kelas bersorak ketika mendengar Rania di beri hukuman. Memang Rania tak punya teman di sekolah itu dikarenakan tidak ada yang berani menjadi teman Rania karena takut kepada geng Sibling.

"Siapa yang menyuruh kalian ribut?"tegas bu Sintya yang membuat seisi kelas menjadi hening.

Bu Sintya mengernyit heran ketika mendapati ekspresi Raka,Rinda,Sella,Iqbal,dan Radit mereka saling kompak atau tos satu sama lain.

"Silahkan kembali duduk ke tempat kamu Rania."

Rania mengangguk lalu berjalan menuju kursi nya, belum sampai dia melangkah kaki nya kembali di sandung oleh Rinda

Braakkk..

Suara jatuh Rania, kelas ribut oleh tawa yang saling bersahutan. Ada yang sekedar tertawa dan ada juga secara langsung mencemooh nya.

Sakit, perih, malu yang bersarang di hati Rania saat ini, dia ingin berteriak sekencang-kencangnya menumpahkan rasa kesal kepada mereka semua yang menyakiti Rania, tapi kembali seperti awal Rania tak bisa berbuat apa-apa.

Bruukkk

Gebrakan di meja Rania cukup nyaring untuk mengejutkan seorang Rania.

"Beliin gue lemon tea dong, gerah banget nih."kata Iqbal

"Maaf kamu sendiri juga punya kaki."

Prok..prok..prokk

Tepuk tangan dari seorang Raka terdengar.

"Oh jadi lo udah pintar ngomong ya." Raka menarik wajah Rania secara kasar sehingga membuat Rania mau tak mau mendongak menatapnya.

"Kayak nya mulut lo perlu di beri pelajaran baru deh. Hhmm?" Raka kembali menyiksa Rania dengan menarik rambut lurus Rania. Raka mengambil uang di saku nya lalu menempelkan nya tepat di dahi Rania. Lantas ia mendorong Rania agar mau bergerak ke kantin.

Rania berusaha agar tidak meneteskan air matanya lagi, dia tidak lemah, dia kuat.

Dia mulai melangkah pelan menuju kantin dengan rasa sakit yang dia tahan. Aneh setiap kali Rania lewat semua siswa tertawa, berbagai macam tatapan yang dia lihat, ada tatapan prihatin, tatapan mencemooh bahkan mengejek.

"Lemon tea nya 5 ya bi."tanya Rania

"tunggu bentar ya neng ya". Kata bi Ratih ibu kantin sekolah.

Rania menerima plastik yang di berikan oleh bi Ratih. Rania berbalik menuju kelas.

"Neng gak apa-apa?." Tanya bi Ratih yang membuat Rania menghentikan langkah nya.

"Memangnya saya kenapa bi?"

Bi Ratih menatap malang anak perempuan di depan nya ini lantas beliau menarik kertas tulisan yang ada di belakang Rania.

"Ada yang jahil sama eneng." Kata bi Ratih miris sambil memoerlihatkan tulisan yang ada di kertas itu.

AKU LONTE BANGSAT!!

MISTERI BELAKANG LAWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang