Ujian Masuk dan Ujian Hidup (I)

66 18 21
                                    


Dua bulan bukanlah waktu yang lama. Rasanya baru kemarin Tamas dan Yosi datang ke kampus Haesang untuk mendaftarkan diri, tau-tau besok sudah sampai waktunya mereka ujian masuk. 

Ngomong-ngomong, mereka berdua sudah lebih nyaman hidup di Seoul. Terbukti mereka sudah tidak terlalu sering mengurung diri di kamar penginapan. Atau yang sekarang sudah mereka anggap rumah sendiri. Mereka sudah sepakat untuk tinggal disana saja selama di Seoul. Toh pemiliknya sudah menganggap mereka seperti anak sendiri.

Hari-hari mereka sudah mulai sibuk sejak dua bulan yang lalu. Setiap pagi mereka akan membantu Junmyeon di kafe. Lumayan untuk paruh waktu. Siangnya mereka akan ikut les bahasa dengan kakak Hyeop. Malam hari mereka akan kembali ke Kafe, bantu-bantu sebentar setelah itu les privat dengan Junmyeon. Persiapan ujian masuk.

Bicara tentang kakak Hyeop, gadis itu awalnya agak ragu menerima mereka sebagai siswa les. Mmmm, lebih tepatnya menerima Yosi. Kalau diingat pertemuan pertama mereka, Yosi bisa kesal sendiri. Bisa dibilang alasan dia diterima karena dia adalah teman Tamas. Dasar perempuan.

[Flashback dua bulan yang lalu]

Yosi dan Tamas sampai di tempat yang dijanjikan Hyeop lima menit lebih awal. Mahasiswa S1 itu bilang kakaknya tidak suka 'jam karet'. Ya, mereka akan bertemu dengan kakak Hyeop untuk pertama kalinya. Kakak Hyeop yang akan membantu mereka lancar berbahasa Korea.

Tempat ini seperti kios makanan di bagian bawah, karena ada berbagai macam makanan yang dijual disini. Tapi tempat kakak Hyeop ada di lantai dua, jadi mereka harus naik satu lantai lagi.

Karena panggilan alam untuk Tamas, Yosi terpaksa naik duluan menemui kakak perempuan Hyeop yang dia bilang namanya Lee Jieun. Suasana di lantai dua ini tidak seperti di bawah tadi. Sepi, sangat sepi. Siapa yang tahu ada tempat les disini?

Yosi sampai di depan pintu bercat hijau. Ada tulisan 'Ji Korean Course' terpasang sejajar ventilasi pintu. Tidak diragukan lagi memang inilah tempatnya.

Yosi mengetuk pintu itu tiga kali. Lalu dua kali lagi saat tak juga ia dengar jawaban dari dalam. Dahi Yosi mengernyit, Hyeop bilang kakaknya hari ini ada di tempat kursus.

Baru saja Yosi mau mengetuk lagi, tiba-tiba pintu hijau itu terbuka. Sosok dengan rambut agak acak-acakan menyembulkan kepalanya dari pintu yang hanya sedikit sekali terbukanya. Seperti enggan menerima tamu.

"Annyeonghaseo... Lee Jieun-ssi maja?" (Hallo, benar anda Lee Jieun?) Sapa Yosi ramah.

Gadis itu menaikan kacamata bulatnya yang agak merosot dari hidungnya. Reaksi yang ia tunjukkan tidak terlalu ramah. Ia memandangi Yosi dari atas sampai bawah.

"Not Korean?" Sama sekali tidak bersahabat nadanya.

Yosi berdeham canggung.

"Yess, i'm from Indonesia." 

"I know, i can hear your." Balasnya. Masih juga tak ingin mempersilahkan Yosi masuk.

"Mmm, Hyeop tell me..."

"Aiishhh, geu sekki~" Mata Yosi membulat. Ia tidak buta-buta sekali bahasa Korea. Dia tahu gadis di depannya itu tengah mengumpat.

"I can speak korean just little bit." Ujar Yosi lambat-lambat. Sepertinya tempramen kakak Hyeop ini tida begitu bagus.

"Oo, jeongmalyo? Mianhae... Nae mareun neoga aniya." (Oo, benarkah? Maaf, yang kumaksud bukan dirimu)

Mungkin gadis itu merasa tidak enak karena sudah mengumpat di depan Yosi, karena itu ia menyuruh Yosi untuk masuk ke tempatnya.

Sepenggal Kisah KamiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang