Shosei pov
Aku melangkahkan kakiku dengan santai menyusuri lorong-lorong ruangan kelas sekolah ku.
Tak terlalu banyak siswa yang berlalu lalang mengingat jam pulang sekolah telah berbunyi sekitar tiga jam lalu. Hanya sedikit siswa yang masih bertahan disekolah kemungkinan mereka memiliki suatu kepentingan yang mengharuskan mereka tak langsung pulang.
Iya, aku salah satunya.
Tugas kelompok memaksaku untuk bertahan disekolah sampai menjelang malam seperti ini. Salahkan saja diri ku sendiri karena tak pandai-pandai dalam mengerjakan soal-soal matematika. Walaupun ini merupakan tugas kelompok namun setiap siswa harus menyumbangkan jawaban jika ingin namanya dicatat dalam daftar kelompok. Ini membuatku kewalahan karena bagaimana pun dari dulu aku terlalu bodoh di pelajaran itu.
Langit di atas awan telah berubah warna menjadi oranye kemerahan yang mana menandakan jika malam hari akan segera tiba.
Aku membuka loker milikku yang berada didepan ruang kelas. Omong-omong aku baru sempat akan mengecek lokerku setelah seharian penuh aku bergumul dengan pelajaran dan tugas-tugas di perpustakaan.
Dan begitu aku berhasil membuka nya. Ya, seperti biasa, tumpukkan sampah-sampah akan tersaji memenuhi lokerku.
Aku menghembuskan nafas ku sekilas.
Ini sudah biasa aku alami.Tumpukan sampah mulai dari dedaunan kering dan bahkan beberapa bungkus makanan bekas akan selalu berada disana.
Entah siapa yang meletakkan nya, aku pun benar-benar tak tahu dan tak ingin membuang-buang waktuku untuk mencari siapa pelakunya.
Aku mulai memunguti sampah di loker milikku dengan kedua tanganku. Beberapa helai dedaunan kering itu jatuh ke lantai karena kedua tanganku yang tak muat mengeluarkan semuanya sekaligus.
"Butuh bantuan?"
Suara berat dari seseorang langsung membuat ku terkejut tak karuan. Sampah yang berada di tangan ku bahkan sampai jatuh berhamburan mengotori lantai depan loker.
Aku menolehkan kepalaku ke seseorang yang baru saja mengagetkan ku itu. dan di hadapanku, seorang pria tinggi berambut blonde tengah menatapku dengan tatapan bertanya.
Seperti nya ia baru saja akan pulang dari bermain basket. Itu bisa dilihat karena ia yang memakai pakaian khas anak basket, dengan baju sebatas bahu dan celana training sebatas lutut. Dan jangan lupakan juga ditangannya yang memegang sebuah bola berwarna oranye yang ia apitkan si pinggangnya.
"K-keigo senpai?" ucapku agak terbata.
Lelaki tinggi itu terlihat memasukkan bola yang ia pegang ke dalam tas hitam miliknya yang sedari tadi ia sampirkan di punggung tegapnya. Ia beralih meletakkan tasnya dilantai depan salah satu loker.
Tak berapa lama kemudian, ia mulai memunguti sampah-sampah di lantai yang aku jatuhkan beberapa detik lalu.
Aku tentu menatapnya terkejut.
"E-eh? Senpai, kau tak perlu melakukan ini. Ini kotor" ujarku mencoba melarang kakak kelas ku itu untuk menghentikan kegiatan nya.Ia terlihat tak memperdulikan ucapan ku. Lelaki tersebut terus memunguti sampah-sampah itu sampai mengabaikan noda bekas makanan ditangan nya yang mulai mengotori pakaian nya.
"Senpai pakaian mu kotor" ucapku lagi.
"Tak apa. Dirumah ku ada puluhan pembantu yang bisa mencucikan pakaian ku dan jika memang tak bisa dipakai lagi, aku bisa membelinya yang baru" ujarnya dengan begitu santai. Terdengar ia tengah menyombongkan diri memang, tapi apa boleh buat? Aku hanya menganggukkan kepalaku paham karena perlu diingat ia memang orang yang bergelimang harta, ayahnya bahkan merupakan orang terkaya ke-7 di Jepang. Apapun bisa ia beli.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENTAKU ㅣ SkySei KeiSei
FanfictionKinjo Sukai. Si lelaki tampan dengan kecerdasan di atas rata-rata. anak kepala sekolah. serta pria yang romantis dan hangat. Sato Keigo. Si lelaki ketua dance dan atlet sekolah. penampilan urakan namun memiliki banyak penghargaan di tingkat nasio...