NO! -12-

715 41 2
                                    

Vote dan komentar akan sangat dihargai! Terimakasih!^^

Selamat membaca!

🌚

"Aku sangat tertarik untuk menjadikanmu milikku, Samuel Matvey"

Samuel menelan ludahnya. "A-apa maksudnya...kekasihmu?" Ia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya. Kenapa semudah ini permainannya?!

Reynand mengeluarkan secarik kertas, meletakkannya di depan Samuel.

"A-apa ini?"

"Kontrak"

"Kontrak?"

"Apa kau pernah mendengar tentang Dominance/Submission?"














Hah. Ternyata bukan seperti yang ia bayangkan.
















"Tentu aku tau"

"Baguslah kalau begitu, akan lebih mudah menjelaskan hal ini padamu."

Samuel berusaha menahan air matanya. Bukan, bukan seperti ini yang aku inginkan.

"Langsung saja, aku sudah tau pekerjaan malam mu. Dan aku ingin menjadikanmu submisifku, Samuel Matvey."

"...."

"Di kertas ini sudah tertulis 54 peraturan yang harus kau dan aku patuhi dalam permainan ini"

Permainan katamu?

"Kau bisa membaca lebih detailnya di rumah. Kau tak perlu terburu-buru. Kau bisa menandatanganinya kapan saja kau siap. Dan jika saat itu tiba, hubungi aku."

Reynand menunjuk nomor telepon nya yang tertera di kertas perjanjian itu.

"Ayo, aku antar kau pulang."


🌚

Ini gila! Sungguh gila!

Samuel kini memegang kertas perjanjian 'permainan' sialan itu sambil berpikir keras. Bukan ini yang aku harapkan. Tapi,

Jika tidak aku tanda tangani, apa aku masih bisa melihatnya? Ngobrol dengannya? Atau sekedar bertemu mata indah itu saja? Masih bisa kah?

Uhh, ia butuh alkohol.

Samuel mengambil sebotol dari kulkasnya, lalu meneguknya hingga tersisa setengah. Ia sangat kacau saat ini. Ia tak tau harus senang karena akan menjadi lebih dekat dengan Tuan Gracio, atau sedih karena ia tak akan bisa melewati garis diantara keduanya. Samuel benar-benar kacau. Ia meminum lagi alkohol itu hingga tak tersisa setetes pun.

Mari kita lihat apa yang akan terjadi besok.



🌚


Sepanjang hari Samuel habiskan waktunya di tempat tidur. Ia tidak berangkat kerja, ia tidak datang ke klub, bahkan 10 panggilan masuk dari Loren pun tak ia tanggapi.

Iya, sekacau itu.

Ini patah hati pertamanya omong-omong.

"Kak"

Tok tok tok

"Kak, kau dengar aku?"

Ya, Samuel dengan jelas mendengar panggilan Clarish, tapi dirinya enggan menjawab. Melihatnya sekacau ini pasti akan membuat adiknya kecewa dan Samuel tak ingin itu terjadi. Cukup ia pikul sendiri sedihnya. Kesedihannya tak perlu dibagi rata.

"Setidaknya makan lah dulu, kak. Jangan sampai kau mati kesepian."

Jam berapa ini?

Pukul 11 malam.

Terlalu larut untuk makan. Tubuh Samuel juga sudah kelelahan menangis sepanjang waktu. Matanya juga sudah setebal dosanya.

Selamat tidur.



🌚


Selamat pagi, dunia! Samuel Bahagia Matvey disini!

Clasrish yang sedang menyantap sarapan dibuat kaget dengan sikap kakaknya ini. Kemarin dia sedih seperti orang yang telah melihat doppelganger nya sendiri. Tapi apa yang dia lihat saat ini sungguh berbeda 180 derajat.

Kakaknya membuka seluruh tirai jendela sambil bersenandung ria. Ya Tuhan, jangan cabut akal kakakku secepat ini.

"Clarish! Bagaimana jika setelah kau menyelesaikan sarapanmu, kau menemaniku ke salon?"

"Bhuahuk huk uhuk"

"Eung?"

"A-pa barusan uhuk! yang kakak katakan?"

"Temani aku ke salon!"

Senyum. Senyumnya itu loh!

Tuhan, tolong pertimbangkan doaku tadi sekali lagi.

"Jadi? Bagaimana? Ayolah~"

"Kak, jangan buat aku khawatir"

"Ha? Kenapa kau harus khawatir?"

"Aku mengkhawatirkan kejiwaanmu, kak"

Samuel spontan mencubit lengan atas Clarish. "Mumumu~! Adik kurang ajar!"

Samuel meraih ponselnya, menghubungkan panggilan ke nomor seseorang.

"Halo?"

"Besok, saat jam makan siang. Di kantormu."

Tut..tut..tut..

🌚


Vote dan komentar akan sangat dihargai! Terima kasih!^^

Black lives matter ✊🏽✊🏾✊🏿
Everyone lives matter🌈

Oiya, happy pride month!🏳️‍🌈
Happy chanbaek's day!🏳️‍🌈

Stay safe, everyone. I woof you 💜

Next>> NO! -13-

Not Your SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang